BANDAR LAMPUNG (Lampost): Salah satu pelaku sejarah di Lampung, Dr. Arifin Nitipradjo Tegamo'an menyayangkan banyak bangunan peninggalan sejarah di Lampung tidak terurus.
Hal itu ia ungkapkan pada pembukaan pameran Photo Lampoeng Tempo Doeloe, yang digelar Dinas Promosi, Investasi, Kebudayaan, dan Pariwisata Provinsi Lampung bersama Dewan Kesenian Lampung (DKL) di GOR Saburai sejak 30 Maret hingga 1 April. Bukti-bukti sejarah perjalanan Provinsi Lampung terekam dalam foto-foto lawas hitam putih terpajang dalam pameran yang dibuka PLT Sekdaprov MS Djoko Umar Said.
"Saya, sampai saat ini, belum puas dengan pembangunan yang terjadi di Lampung dan Kota Bandar Lampung pada khususnya, yang masih banyak mengabaikan bukti-bukti sejarah yang ada," kata Arifin.
Selain itu, ia menambahkan, banyak sebutan yang digunakan saat ini tidak memperlihatkan kepedulian dengan sejarah. Seperti, sebutan lapangan merah untuk Lapangan Enggal. Padahal, sejak tahun 1948, saat Bung Karno berkunjung ke Lampung usai meresmikan Makam Pahlawan langsung menuju Lapangan Enggal.
Bahkan, beberapa bukti sejarah yang ada di Makam Pahlawan Tanjungkarang pun banyak tidak dijumpai lagi. "Makam Pahlawan Tanjungkarang ini adalah satu-satunya makam pahlawan di luar Pulau Jawa yang diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 29 Juni 1948. Malahan, beliau menuliskan pesan Badan Bisa Binasa, Jiwa Besar Tetap yang Dituliskan di Punggung Saya," ujar Arifin, membacakan pesan Bung Karno tersebut.
Kegalauan yang sama juga diutarakan Iin Mutmainah, salah satu panitia pameran. Iin menyayangkan banyak bukti sejarah, yang terdiri dari gedung-gedung tua di Lampung sama sekali tidak terurus, bahkan tidak jelas keberadaannya. "Contohnya, rumah bekas Kantor Daswati (Daerah Swatantra Tingkat, red) I Lampung yang memperjuangkan berdirinya Provinsi Lampung, terletak di Jalan Tulangbawang. Bukannya dipelihara Pemda Provinsi, malahan sekarang dimiliki pengusaha asal Bandung."
Padahal, kata Iin, keberadaan gedung tua tersebut sangat penting untuk mencoba menapaki sejarah berdirinya Provinsi Lampung. "Saat ini gedung tersebut sudah dipagari seng dan rencananya akan dirubuhkan untuk dijadikan ruko. Ini sangat disayangkan sekali, kalau aset berharga ini tidak bisa dipertahankan oleh pemerintah," kata dia.
Sementara itu, kurator pameran Joko Irianta mengatakan pihaknya mengalami kesulitan dalam mempersiapkan pameran ini. "Selain waktunya mepet, data yang ada kurang lengkap. Selain itu, foto yang merupakan hasil repro mengalami pengurangan kualitas. tapi, sebagai dokumen sejarah, sudah sangat representatif untuk bercerita banyak."
Walaupun, diakui Joko, cerita yang dihasilkan dari foto-foto yang dipamerkan masih terbatas pada penggalan saja. "Sebagian sudah bisa bercerita, meskipun hanya penggalan. Ke depan, persiapan bisa lebih lama, sehingga hunting foto bisa dilakukan ke seluruh Lampung," ujarnya. n TYO/K-1
Sumber: Lampung Post, Senin, 2 April 2007
No comments:
Post a Comment