-- Teguh Prasetyo
RUANG kelas itu tiba-tiba berubah menjadi satu forum sastra. Sekitar lima sampai enam anak yang bergantian membacakan satu puisi berbeda. Bahkan kemudian mereka berkolaborasi membacakan satu puisi dengan lafal dan gerakan yang kompak. Sementara itu, penonton yang semuanya pelajar khusyuk mendengarkan bait demi bait syair yang dibacakan.
Itu merupakan sekelumit dari kegiatan road show bedah buku terbaru dari penyair Lampung Syaiful Irba Tanpaka, Karena Bola Matamu (Bukupop, Jakarta, 2007) yang dilakukan di 15 sekolah serta lima kampus perguruan tinggi yang tersebar di 5--6 kabupaten dan kota se-Provinsi Lampung dari bulan September hingga bulan November 2007.
Jadwal road show diawali dari SMA di Bandar Lampung, antara lain SMA Taman Siswa, SMAN 11, SMAN 3, SMAN 10, dan SMA Perintis. Kemudian SMAN 1 Gadingrejo, Tanggamus, SMAN 1 Gunungsugih (Lampung Tengah), SMAN 1 Menggala (Tulangbawang), SMAN 2 Kalianda (Lampung Selatan), dan SMAN 3 Kotabumi, Lampung Utara. Lalu STKIP Muhammadiyah Kotabumi, Universitas Muhammadiyah Metro, Perguruan Tinggi Teknokrat, STMIK Darmajaya, dan IAIN Raden Intan, Bandar Lampung.
Kegiatannya diawali di SMA Taman Siswa Teluk Betung, Sabtu (8-9), dengan menghadirkan dua penyair sebagai pembedahnya, yakni penyair Isbedy Stiawan Z.S. dan Y. Wibowo. Selain tentunya juga menghadirkan sang penulisnya yang juga Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini.
Dan, penyelenggaraan kegiatan ini memang bisa dikatakan sangat bagus sekali. Karena memberikan satu ruang apresiasi terhadap para pelajar dan mahasiswa terhadap karya sastra terutama puisi. Sebab, pada umumnya di usianya yang masih belia, para pelajar bisa dikatakan sangat sedikit yang bersentuhan dengan dunia sastra "serius".
Karena pada umumnya, para pelajar dan mahasiswa awal ini masih gandrung akan bacaan-bacaan populer yang banyak beredar di dunia mereka. Seperti cerpen remaja, chicklit, teenlit, serta bacaan lainnya. Bahkan kalaupun mereka sudah mengapresiasi karya penyair, penyair yang dikenalnya adalah mereka yang sangat dekat dengan mereka atau paling tidak mereka yang memang sudah dikenal di dunia selebriti.
Sedangkan bagi penyair-penyair sastra yang karyanya banyak menyebar di media massa, bahkan sudah melahirkan banyak buku sastra, mereka banyak yang tidak begitu dekat dengan dunia remaja. Kalaupun ada hanyalah sebatas pada kelompok pelajar penggiat seni yang biasanya sudah berinteraksi dengan komunitas seni yang ada di luar sekolah misalnya sanggar kesenian ataupun grup teater.
Sehingga langkah Syaiful melakukan road show ke sekolah dan kampus menjadi salah satu langkah strategis untuk mengenalkan karya sastra terutama puisi kepada lebih banyak siswa. Sebab, bisa jadi banyak di antara mereka belum mengenal siapa Syaiful Irba Tanpaka yang sudah malang melintang di dunia berkesenian di Lampung cukup lama.
Harapannya kegiatan ini bisa berefek pada makin dikenalnya dunia kepenyairan dan karya sastra asal Lampung khususnya dan seluruh Indonesia umumnya.
Seperti yang dikemukakan Ketua Komunitas Sastra Kha-Gha-Nga, Yunanda Saputra selaku pelaksana kegiataan road show. Tujuan awal kegiatan ini adalah bisa memberikan ruang apresiasi yang lebih terhadap dunia sastra terutama puisi bagi para pelajar.
Bahkan, Yunanda juga mengatakan kegiatan ini untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung dalam karya puisi karya Syaiful. "Sebab sebagai salah satu penyair terkemuka di Lampung, Syaiful merupakan aset bagi Lampung. Sebab itu, untuk lebih mengenalkannya kearifan pesan-pesan moral yang terkandung dalam karya-karya puisinya, dilakukan road show ini," ujarnya.
Dia juga menambahkan dengan adanya road show ini diharapkan bisa meningkatkan wawasan bagi pelajar dan mahasiswa terhadap khazanah kesusasteraan untuk perkembangan dunia sastra di Lampung. "Apalagi puisinya selain nilai moral juga sarat pesan fenomena sosial, sehingga tidak sebatas cinta kepada kekasih, tetapi juga cinta universal antara makhluk dan Sang Pencipta, sehingga pembaca akan menemukan hakikat cinta kepada kekasih, cinta kepada ibu bapak, cinta kepada sang anak."
Bahkan, penyair Y. Wibowo pun mengakui arti penting penyelenggaraan kegiatan ini. Dia mengatakan kegiatan ini mencerdaskan karena bisa memberikan ruang yang lebih kepada pelajar untuk mengenal dunia kesusastraan terutama puisi.
Namun ternyata di balik hal tersebut, ada satu yang memang terlihat dari penyelenggaraan kegiatan ini, yakni kecerdasan panitia dalam membidik pasar. Terlebih lagi ini berkaitan dengan content dari buku yang dipasarkan.
Mengapa bisa dikatakan demikian? Sebut saja Y. Wibowo mengatakan ketika membaca buku Karena Bola Matamu, dia mengibaratkan sedang membaca puisi nakal seorang remaja yang berpetualang fantasinya. Meskipun kata-katanya tetap terjalin indah dan teratur, sehingga emosinya tetap terjaga, tidak meletup.
Bahkan, dia mengatakan bahwa kelebihan dalam buku ini ialah sebagian besarnya berisikan keselarasan antara gejolak jiwa dan keliaran kata-kata. "Meski dibuat begitu liar, kata-kata yang ditampilkan tetap tertata. Contohnya dalam karya berjudul 'Mengagumi Dirimu', semuanya terjalin dengan indah dan tertata meski berisikan gejolak," katanya.
Bahkan, dia mengatakan menelaah buku ini seakan-akan mengibaratkannya seperti sebuah layang-layang. "Kadang-kadang demikian dekat, tapi ternyata bisa sangat jauhnya jelajah yang dilakukannya. Makanya saya melihat ranah jelajah puisi yang ada dalam buku ini begitu jauhnya."
Wibowo juga menilai bahwa buku kumpulan puisi ini sebagai sebatas catatan perjalanan seorang lelaki yang meletakkan letihnya dalam sepi. "Ini bisa terlihat dari sajaknya yang merupakan permentasi dari luka dan ratap. Maka saya hanya berpesan kepada Syaiful Irba bahwa reguklah kebeningan embun pagi dan untuk terus bertualang," ujarnya.
Sehingga jika ditilik dari apa yang dikemukakan Y. Wibowo, karya Saiful yang terangkum dalam buku ini meski termasuk karya sastra yang berat, yakni puisi, isinya menceritakan tentang cinta. Bahkan gejolaknya seperti seorang remaja yang sedang kepayang akan cinta.
Dan itu pun disetujui Isbedy Stiawan Z.S. yang mengatakan karya Syaiful umumnya tidak pernah jauh dari persoalan di sekitarnya. "Tapi di buku ini sepertinya ingin menggarap tema tunggal yakni cinta. Akan tetapi soal cinta memang menjadi jamak pemaknaannya. Sebab, bisa berisikan antarsesama terutama lawan jenis sampai kepada Tanah Air dan Tuhan."
Akan tetapi, kata dia, di buku ini cinta yang dihadirkan dalam puisi Syaiful justru didominasi cinta lain yakni jenis cinta remaja. "Sedikit untuk istrinya dan untuk anak-anaknya baik ditujukan bagi putra kembarnya ataupun putrinya," kata Isbedy.
Malahan dia juga mengatakan bahwa membaca puisi-puisi dalam Karena Bola Matamu seperti membaca halaman-halaman diari. "Saya membayangkan sedang diajak penyair ini bertur-ria bersama 'sang kekasih'. Saya melihat penyair sedang tur ke Anak Krakatau, lalu melintasi malam di Jalan Radin Intan, dan juga limaran Yogyakarta."
Sehingga sangat jelas apabila buku ini dipasarkan di kalangan remaja yang memang notebene begitu dekat dengan kisah ataupun jalinan serta pesan yang terdapat pada puisi karya Syaiful ini. Makanya road show ini selain mencerdaskan pelajar dengan disuguhkan karya sastra ciptaan penyair sekaliber Syaiful Irba Tanpaka, juga mencerdaskan dalam hal pemasaran. Dan tentu saja konsep ini bisa ditiru para penyair lain yang kerap menelurkan karyanya untuk langsung mendekatkan pada pangsa pasarnya.
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 September 2007
No comments:
Post a Comment