August 31, 2007

Kesenian: Teater Pelopor Juara Liga Teater SMA 2007

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Teater Pelopor dari SMA Perintis 1 terpilih menjadi grup terbaik pertama dalam Liga Teater SMA 2007 selama sepekan dari Jumat (24-8) hingga Rabu (29-8). Sedangkan grup terbaik kedua diraih Teater Kolastra dari SMAN 9 Bandar Lampung dan terbaik ketiga diraih grup Teater Palapa dari SMAN 3 Bandar Lampung.

Selain ketiga grup teater tersebut, tiga grup teater lainnya yang menjadi nominasi grup terbaik adalah Teater Air dari SMA Xaverius Bandar Lampung, Teater Insya Allah SMA Perintis 2 Bandar Lampung, dan Teater Handayani dari SMAN 7 Bandar Lampung.

"Tidak hanya itu, pada ajang Liga Teater 2007 ini, dewan juri yang terdiri dari Ann Lee, Amy Mae, dan Iswadi Pratama memilih satu grup favorit yang diraih Teater Insya Allah dari SMA Perintis 2 Bandar Lampung," kata panitia teknis liga, Imas Sobariah, di sela-sela kegiatan penutupan, Kamis (30-8).

Sedangkan sutradara terbaik diraih Lintang dari Teater Pelopor. "Di kategori ini juri memilih tujuh nominasi sutradara terbaik yakni Ruth Marini dari Teater Palapa, Hamidah (Teater Kolastra), Lintang (Teater Pelopor), Liza Mutiara (Teater Insya Allah), Timudhi (Teater Air), Jayen (Teater Handayani), dan Ajad Sudrajad (Teater Cupido)."

Aktor dan artis terbaik diraih Thomas Herbert dan Kishi Novalia, keduanya dari Teater Air SMA Xaverius Bandar Lampung. "Ditambah dengan peraih pemeran aktor pendukung terbaik Basya Deni dari Teater Insya Allah SMA Perintis 2 serta artis pendukung terbaik diraih Ochi dari Teater Palapa SMAN 3 Bandar Lampung," ujarnya.

Kemudian kategori lainnya, menurut Imas, adalah penata set panggung terbaik yang didapat tim dari Teater Kolastra SMAN 9 Bandar Lampung. "Lalu ditambah dengan penata kostum dan tata rias terbaik diraih Nurul Syahfutri dari Teater Pelopor SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Serta kategori penata musik terbaik diraih Laurensius Agus Winarto dari Teater Gema SMAN 2 Bandar Lampung."

Imas mengatakan para pemenang selain mendapatkan trofi juga uang pembinaan yang sangat lumayan. "Ini paling tidak bisa memberikan satu motivasi lain bagi para peserta untuk bisa tampil lebih baik lagi kedepannya. Sekaligus sebagai bentuk apresiasi Taman Budaya kepada para pelajar yang telah mengikuti liga teater selama sepekan ini," kata dia. n TYO/K-1

Sumber: Lampung Post, Jumat, 31 Agustus 2007

August 29, 2007

Sastra: Pemaknaan Tunggal Timbulkan Konflik

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Keberadaan puisi sama dengan karya sastra lain, yakni cerita pendek ataupun novel yang memberikan ruang tafsir yang luas bagi pembacanya untuk membuka semiotika yang ada di dalamnya. Namun, ternyata masih banyak masyarakat yang memberikan pemaknaan tunggal, sehingga menyempitkan pada subjektivitas yang bisa makin menimbulkan konflik penafsiran.

Penyair asal Cirebon, Ahmad Syubbanuddin Alwy, mengemukakan hal tersebut dalam diskusi sastra yang digelar di Aula Harian Umum Lampung Post dalam rangkaian Lampung Arts Festival (LAF) yang bertajuk Puisi sebagai Teks, Selasa (28-8).

Dia mengatakan pemaknaan tunggal akan menyebabkan substansi yang terumuskan dalam karya sastra akan mengalami distorsi dan resistensi pemaknaan.

"Bahkan, akhirnya karya sastra terlebih puisi tidak lagi berdiri sebagai teks yang membebaskan diri dari subjektivitas para kritikus dan pembacanya," kata Alwy.

Apalagi jika kemudian tafsir terhadap puisi yang ada tersebut memosisikan kata, simbol, metafor, kode, dan tema menjadi setting yang sengaja hendak disembunyikan penulisnya sebagai wilayah paling independen. "Akhirnya, seluruh penciptaan teks karya sastra itu menyimpan sekaligus menyembunyikan proses kreatif serta proses empiris yang berlangsung dalam medan pergulatan makna seorang penulis secara privat," ujarnya.

Bahkan, biasanya tafsir para kritikus ataupun pembaca didominasi atas pemahaman serta pengetahuan diri semata saja tanpa menghubungkan relasi teks yang memiliki konotasi tafsir majemuk. "Kondisi ini yang akan mengerdilkan pemahaman para kritikus dan menegasikan kemungkinan adanya pengalaman lain dari teks-teks yang dituliskan dalam puisi," ujarnya.

Sementara itu, penyair asal Bali pada diskusi yang dipandu penyair Oyos Saroso H.N. itu, Wayan Sunarta mengatakan puisi merupakan sebuah teks besar. "Sehingga dalam membacanya akan melahirkan tafsir yang beragam sesuai dengan ketelitian dan kekuatan pembacaan. Tidak ada tafsir tunggal karena semua pembaca sah menafsirkan teks puisi," ujarnya.

Sedangkan penyair Ahmadun Yosi Herfanda mencoba ingin menempatkan puisi dalam konteks pendidikan bukan hanya sebatas politisasi sastra. "Puisi sebagai teks bukan benda mati karena bisa berdialog dengan pembacanya terutama berkaitan dengan maknanya."

Menurut dia, puisi berhasil apabila ia mampu unggul dan secara tematik kuat sesuai dengan ruang yang ada. Lalu aneh secara demografis serta jika menempatkan metaforanya sebagai sebuah antitesis.

Upaya yang bisa dilakukan, katanya, penguatan jaringan sastra dengan tradisi pertemuan yang efektif untuk memilih teks yang unggul dengan penghargaan. "Lalu dengan menghidupkan kembali kritik sastra yang profesional, meningkatkan penerbitan karya unggul, upaya tingkatkan apresiasi sastra di masyarakat, meningkatkan seleksi pemuatan karya unggul di media massa, dan kebersamaan estetik dengan demokratisasi pemikiran teks," ujarnya.

Diskusi yang dihadiri para penyair Lampung dan sejumlah daerah di Indonesia mengangkat kasus puisi "Malaikat" karya Saeful Badar yang kontroversial. Karena puisinya yang dimuat Harian Umum Pikiran Rakyat dianggap melecehkan kesucian malaikat oleh Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Jawa Barat, Saeful Badar, diminta mencabut dan meminta maaf kepada umat Islam atas karyanya itu.

Malam sebelumnya, penyair asal Lampung dan luar daerah, di antaranya dari Bali, Jakarta, Cirebon, Kalimantan, Makassar, dan daerah lain membacakan puisi karyanya dalam gelaran Dunia Puisi di Panggung Terbuka Pasar Seni Enggal, Senin (27-8) malam. N TYO/X-1

Sumber: Lampung Post, Rabu, 29 Agustus 2007

Sastra: Ketika Dunia Puisi Sepi Penonton

-- Helena Fransiska

Katamu/
katamu ingin negara ini maju/
tapi biaya pendidikan mahal.
Katamu/
katamu ingin melihat negeri ini berkembang/
tapi lihatlah/
bangunan sekolah dihancurkan/
diganti mal dan plaza.
Mau dibawa ke mana anak negeri ini?/
Jadi pembantu di negeri orang?


Demikian sepenggal puisi yang dibacakan YS Agus Suseno dari Banjarmasin pada pertunjukan Dunia Puisi di Pasar Seni Enggal, Bandar Lampung, Senin (27/8). Kritik pedas mengenai dunia pendidikan di Indonesia coba ia ungkapkan pada pementasan Dunia Puisi yang merupakan bagian dari Lampung Art Festival 2007.

Akhirnya, dengan geram ia menyudahi pementasannya dengan menyuruh semua pejabat tinggi negara untuk merenung, apakah masih memiliki hati nurani atau tidak.

Sejumlah penyair dari Bali, Yogyakarta, Cirebon, Jakarta, Kalimantan Selatan, dan Lampung mengikuti pementasan Dunia Puisi itu. Dengan keahlian masing-masing, di atas pentas para penyair dengan lincah memainkan kata-kata.

Mereka menghujat alam, mempertanyakan cinta, mengkritik penguasa negeri, hingga menggelisahkan kondisi terkini negeri yang sarat budaya tradisi ini. Kata dan ekspresi kegelisahan itu bermuara pada kritik pedas dan sindiran.

Sayang sekali pertunjukan penyair nasional seperti I Wayan Sunarta, Isbedy Setiawan ZS, Oyos Saroso HN, Lupita Lukman, Ari Pahala Hutabarat, Budi P Hutasuhut, Y Wibowo, Endang Supriadi, Sugandi Putra, Ahmad Syubbanuddin Alwy, Bambang Widiatmoko, Syaiful Irba Tanpaka, hingga Miki ataupun Inggit Putria Marga ditonton oleh sedikit saja apresian.

Sebagian besar penonton justru adalah pelaku seni itu sendiri. Tidak terlihat masyarakat yang dengan penuh ingin tahu melihat dan mengapresiasi puisi.

Kritik demi kritik hanya tersampaikan begitu saja tanpa bisa tersalurkan kepada orang yang disindir. Tidak ada pejabat yang datang atau mendengar.

Para penyair pun seolah tenggelam dalam keasyikan masing-masing mengungkapkan syair-syair mereka. Tidak ada greget, tidak ada emosi. Dunia puisi yang semestinya hidup karena tampilan-tampilan penyair yang memang berbobot menjadi datar-datar saja.

Dunia Puisi Lampung Art Festival 2007 akhirnya menjadi ajang reuni bagi penyair-penyair yang sudah puluhan atau belasan tahun malang-melintang di dunia sastra dengan genre puisi itu.

Sumber: Kompas, Rabu, 29 Agustus 2007

Penghargaan Muri: Bambang Eka Wijaya Penulis Paling Produktif

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemimpin Umum Lampung Post H. Bambang Eka Wijaya mendapat penghargaan Musium Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai penulis kolom paling produktif tanpa jeda dari 20 Mei 1998 hingga kini. Penghargaan MURI No. 2748/MURI/VIII/2007 diperoleh Bambang lewat kolom Buras yang diserahkan Direktur MURI Paulus Pangka di Rumah Makan Bukit Randu, Bandar Lampung, Selasa (28-8).

PIAGAM MURI. Pemimpin Umum Lampung Post H. Bambang Eka Wijaya (kiri), Direktur Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) Paulus Pangka (tengah), dan Pemimpin Redaksi Lampung Post Ade Alawi mengangkat piagam MURI usai penganugerahan penulis kolom paling produktif kepada Bambang di Rumah Makan Bukit Randu, Bandar Lampung, Selasa (28-8). Penghargaan ini diraih Bambang lewat kolom Buras yang terbit setiap hari di harian ini sejak tanggal 20 Mei 1998 hingga kini. (LAMPUNG POST/SYAIFULLOH)


MURI memberikan penghargaan pada siapa pun yang memiliki empat kriteria: Yang paling, pertama, unik, dan langka. Rekor yang paling banyak tercatat untuk kategori "yang paling". "Jumlahnya mencapai 1.500 rekor. Tentunya, tidak semua rekor dicatat MURI karena kami mengedepankan faktor kesusilaan dan konteks masyarakat," kata Paulus.

Acara penganugerahan juga diisi diskusi membahas Buras dengan sumber pakar pendidikan Unila Profesor Sudjarwo, Bambang Eka Wijaya, dan Paulus Pangka. Diskusi yang dipandu pengamat sosial-politik Jauhari Zaelani ini berlangsung santai dan interaktif.

Sebelum penganugerahan, Asisten Pemimpin Perusahaan Lampung Post Kholid Lubis mengenalkan Tabloid Lampung Post Xin Wen yang terbit setiap hari Jumat. "Kami berusaha mengikuti perkembangan dunia. Kini, China juga menjadi salah satu negara besar di berbagai bidang. Ini tujuan kami mengeluarkan Lampung Post Xin Wen," ujar Kholid.

Acara yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu dihadiri Kapolda Lampung Brigjen Suharijono Kamino, Bupati Lamtim H. Satono, dan sejumlah pejabat. Dari kalangan akademisi, hadir antara lain Pembantu Rektor Unila Anshori Djausal, Direktur Teknokrat Nasrullah Yusuf, dan Rektor UBL Yusuf Sulfarano Barusman.

Dalam penilaian Sudjarwo, membaca Buras mesti disertai dengan konteks dan pemahaman multidimensional. "Jika tidak disertai pemahaman seperti itu, kita sulit menangkap makna yang disampaikan Pak Bambang," ujar Dekan FKIP Unila ini.

Sudjarwo menilai tiga periodisasi pemikiran Bambang dalam Buras. Setelah menunaikan haji, Buras banyak berisi petatah-petitih. Seperti lazimnya kolom yang ditulis wartawan, Buras yang dikemas dalam gaya bertutur kerap berisi kritik.

Kapolda Lampung Brigjen Suharijono Kamino yang hadir pada acara tersebut mengakui kekuatan Buras sebagai kolom yang penuh pesan. "Saya enggak masalah dengan kritik Buras. Saya setuju saja," ujarnya. n TYO/U-1

Sumber: Lampung Post, Rabu, 29 Agustus 2007

August 27, 2007

Sastra: LAF Gelar Dunia Puisi

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Malam ini (27-8), Lampung Arts Festival (LAF) menggelar Dunia Puisi. Kegiatan ini diramaikan puluhan penyair asal Lampung dan luar daerah.

Sekretris Kegiatan LAF Panji Utama, Minggu (26-8), mengatakan kegiatan ini akan difokuskan di panggung terbuka Pasar Seni Enggal, malam ini mulai pukul 20.00.

"Kegiatan digelar mengingat Krakatau Award yang setiap tahun digelar, pada tahun 2007 ini belum jelas dilaksanakan karena persoalan anggaran," kata Panji.

Untuk itulah, menurut dia, dipilihlah puisi sebagai genre dari sastra untuk mewakili kegiatan LAF 2007. "Makanya kami mengundang sejumlah penyair dari beberapa kota, provinsi, pulau, bahkan negara yang dinilai pantas bisa menghadiri event LAF ini."

Pemilihan penyair, menurut Panji, tidak terbatas pada satu angkatan saja, tapi mereka yang berkiprah sejak tahun 1980-an hingga 2000-an.

"Mereka yang jelas mewakili generasi masing-masing, sehingga diharapkan dapat memperjelas benang regenerasi perpuisian di Indonesia. Makanya diharapkan ini bisa memberikan sumbangsih bagi apresiasi puisi utamanya di Lampung," ujarnya.

Adapun generasi 1980-an, di antaranya diwakili Ahmadun Yosi Herfanda, Ahmad Subhanuddin Alwy, Micky Hidayat, Bambang Widiatmoko, Anwar Putra Bayu, Y.S. Agus Suseno, dan Endang Supriadi.

Mereka akan berkolaborasi dengan generasi yang baru bermunculan seperti I Wayan Sunarta, Jimmy Maruli Alfian, Ari Pahala Hutabarat, Inggit Putria Marga, Alex Nainggolan, hingga Pranita Dewi, Shinta Febriani, Ni Putu Vivi Lestari, dan lainnya.

"Malam apresiasi Dunia Puisi ini akan diisi pembacaan puisi dari penyair asal Lampung yang jumlahnya lebih dari 16 orang, lalu penyair asal Sumatera Selatan, Jakarta, Yogyakarta, Cirebon, Bali, Banjarmasin, dan Makassar. Serta penyair asingnya rencananya berasal dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Sri Lanka," ujar Panji.

Selain itu, kegiatan lain yang juga digelar ialah diskusi sastra yang akan mengangkat tema Puisi sebagai Teks yang akan digelar di Kantor Redaksi Lampung Post, Selasa (28-8). n TYO/K-2

Sumber: Lampung Post, Senin, 27 Agustus 2007

Festival Krakatau: 21 Dubes Daki Gunung Krakatau

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Festival Krakatau XVII mencatat sejarah baru. Pada rangkaian Tur Krakatau, Minggu (26-8), Pemprov Lampung mengajak 21 duta besar (dubes) mendaki Gunung Krakatau.

TUR KRAKATAU. Tur Krakatau dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Minggu (26-8), juga diikuti masyarakat dengan menaiki kapal feri. Dari atas kapal, masyarakat melihat rombongan duta besar tengah mendaki Gunung Krakatau (inset). (LAMPUNG POST/ZAINUDDIN/TEGUH PRASETYO)

Para Dubes didampingi rombongan Pemprov dan staf kedutaan yang berjumlah 150-an orang. Mereka naik kapal cepat Srikandi 99 dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni.

Setibanya di Gunung Krakatau, rombongan langsung disambut tarian selamat datang. Kemudian diteruskan dengan pembacaan doa oleh sesepuh Krakatau.

Setelah itu, para dubes langsung mendaki puncak Krakatau. Karena keterbatasan waktu dan terik matahari, tidak ada satu pun yang berhasil mencapai puncak.

Bagi Duta Besar Cile, Humberto Molina, perjalanan ke Krakatau memberi kesan tersendiri. Kondisi Indonesia, ujarnya, hampir sama dengan Cile. "Gunung Krakatau ini mengingatkan saya dengan kondisi di sana. Indonesia dan Cile sama-sama terletak di fire ring yang bisa tiba-tiba datang bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami," ujarnya.

Selain rombongan dubes yang berangkat dengan kapal cepat, Tur Krakatau juga diikuti masyarakat yang diangkut dengan feri. Namun, masyarakat hanya mengelilingi Krakatau.

Sebelum tur ke Krakatau, para dubes mengunjungi Tugu Siger di Bakauheni. Mereka disambut Bupati Lampung Selatan Zulkifli Anwar.

Dalam sambutannya, Zulkifli mengatakan kedatangan tamu dari berbagai negara memotivasi Pemkab Lamsel meningkatkan potensi pariwisata. "Kehadiran duta besar dalam rangkaian Festival Krakatau tentu dapat mempromosikan Lampung, khususnya Lampung Selatan, dalam bidang kepariwisataan," kata Bupati.

Kabupaten Lampung Selatan memiliki 48 titik objek wisata yang dapat dikembangkan. Zulkifli berharap para duta besar bisa menjalin kerja sama mengembangkan objek wisata. "Ini tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat," kata Zulkifli.

Kabupaten Lamsel, ujar Bupati, merupakan pintu gerbang Sumatera. Sebab itu, sektor pariwisata sangat potensial dikembangkan. n TYO/AL/AAN/U-1

Sumber: Lampung Post, 27 Agustus 2007

August 25, 2007

Kesenian: Liga Teater Remaja Angkat Soal Kehidupan

Bandar Lampung, Kompas - Perilaku masyarakat seperti kawin cerai hingga hukum alam kelahiran dan kematian rupanya masih menjadi tema menarik. Tema-tema realis itu terungkap secara gamblang dan lugas dalam pementasan dua kelompok teater pada Liga Teater Remaja Lampung keenam.

Dengan tata panggung sebuah ruang tamu sederhana dari keluarga kelas menengah, Teater Lintang dari SMAN 1 Sri Bhawono, Lampung Timur, mengangkat cerita mengenai kawin cerai yang banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat, Jumat (24/8) di Teater Tertutup Taman Budaya Bandar Lampung.

"Tema-tema tersebut sangat wajar dan sepele karena masyarakat kita akan selalu dihadapkan pada masalah yang demikian itu. Namun, masyarakat kita seringkali cuek dengan kenyataan tersebut," kata Yani Meimunah, Dosen STSI Bandung yang menjadi juri dalam Liga Teater Remaja Lampung keenam itu.

Yani mengakui, cerita kawin cerai karya Motinggo Busye ataupun cerita anjing yang sakit dalam Kisah Cinta karya Arifin C Noer merupakan naskah realis yang sulit ditampilkan.

Saking realisnya, para pementas yang rata-rata masih berusia remaja harus mencoba menampilkan kehidupan orang yang lebih tua umurnya dari mereka. Sehingga eksplorasi mengenai kehidupan orang yang tua bisa jadi kurang atau sangat cukup.

Naskah realisme-realisme demikian akan dicoba digali dan ditampilkan melalui pementasan-pementasan di Taman Budaya Lampung. "Kita pasti akan dikejutkan dengan banyaknya pementasan yang menghadirkan realitas mengenai kita. Tunggu saja," kata Yani.

Ke-20 peserta dalam Liga Teater Remaja Lampung akan menampilkan satu dari enam naskah drama yang ditentukan panitia.

Enam naskah drama itu yakni Pakaian dan Kepalsuan karya Achdiat Karta Maihardja; Pada Suatu Hari dan Kisah Cinta, keduanya karya Arifin C Noer; Saijah dan Adinda karya Multatuli; Malam Jahanam karya Motinggo Busye; dan Barabah karya Motinggo Busye. (hln)

Sumber: Kompas, Sabtu, 25 Agustus 2007

August 24, 2007

Kesenian: Liga Teater Remaja Lampung Tampilkan Naskah Lama

Bandar Lampung, Kompas - Liga Teater Remaja Lampung siap digelar pada 24 hingga 30 Agustus 2007. Liga teater keenam itu akan diikuti 20 peserta dari teater-teater SMA se-Lampung dengan menampilkan naskah-naskah teater lama.

"Kami sengaja menampilkan naskah-naskah teater lama karena hanya karya-karya itu yang bisa ditampilkan dengan kemampuan para peserta. Apalagi pelaku teater SMA merupakan pelaku awal, sehingga mereka kami kenalkan dengan naskah realis dulu," kata Koordinator Teknis Liga Teater Remaja Lampung Imas Sobariyah, Kamis (23/8).

Selain alasan tersebut, panitia melihat naskah-naskah teater modern yang ada saat ini sangat minim. Kalaupun ada, lebih sesuai untuk produksi komersial bukan teater.

Apabila panitia meminta peserta membawakan naskah-naskah nonsurealis, panitia tidak yakin akan kemampuan peserta. "Terlalu berat," katanya.

Demikian juga untuk para penonton yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Panitia melihat, penonton usia sekolah itu akan kesulitan untuk mencerna isi dan lakon yang dibawakan apabila naskahnya bukan naskah realis.

Dengan alasan tersebut, setiap peserta wajib memilih dan membawakan satu dari lima naskah yang ditentukan panitia, yaitu Pakaian dan Kepalsuan karya Achdiat Kartamihardja; Pada Suatu Hari dan Kisah Cinta, keduanya karya Arifin C Noer; Saijah dan Adinda karya Multatuli; Malam Jahanam karya Motinggo Busye; serta Barabah karya Motinggo Busye.

Juri asing

Liga Teater Remaja tersebut akan dinilai oleh tiga juri, yaitu Ann Lee, praktisi teater dan penulis naskah asal Malaysia; Yani Meimunah, dosen seni pertunjukan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung; dan pemain teater sekaligus sutradara Teater Satu Lampung Iswadi Pratama.

Dalam liga itu, setiap hari, mulai Jumat (24/8) hingga Rabu (29/8), akan tampil tiga kelompok peserta. Hari terakhir, Kamis (30/8), akan diisi dengan pelatihan teater.

Penanggung jawab Liga Teater Remaja Lampung Djuwita Nofrida mengatakan, pelatihan teater itu sangat penting untuk menambah pengetahuan pelaku teater remaja. Pelatihan itu juga diharapkan mendukung pelaku teater remaja mengembangkan bakat mereka.

Liga Teater Remaja Lampung merupakan wadah pementasan bakat-bakat teater remaja Lampung. Sejak dilaksanakan pada tahun 2000, Liga Teater Remaja Lampung telah menghasilkan pemain teater andal. (hln)

Sumber: Kompas, Jumat, 24 Agustus 2007

Wisata: Pengantin Jepang Nikah di Atas Gajah Lampung

[JAKARTA] Dua pasang pengantin asal Negeri Sakura Jepang akan melangsungkan pernikahan di atas punggung dua ekor gajah sebagai rangkaian dalam Festival Krakatau di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Sabtu (25/8).

Pasangan pengantin pertama yakni Yusuke Eguchi dan Ms Mai Tohyama dari Tokyo, Jepang. Sedangkan pasangan kedua; Isamu Kuboki dan Yumi Kuboki, warga negara Jepang yang sudah lama menetap di Bogor, Jawa Barat. Pernikahan mereka akan diresmikan menurut adat Lampung.

Peresmiannya dilakukan Gubernur Lampung, Syachrudin Zainal PA. Kedua pasangan pengantin akan duduk di atas kursi yang diletakkan di punggung gajah asal sekolah gajah Way Kambas.

"Pernikahan di atas punggung gajah ini merupakan yang pertama kali dan sebagai acara puncak dari Festival Krakatau yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Lampung," kata Direktur Graha Budaya Indonesia (GBI), Seiichi Okawa dalam percakapan dengan SP di Jakarta, Rabu (22/8).

Mengenai identitas kedua pasangan pengantin, Seiichi Okawa menjelaskan pasangan pertama yakni Yusuke Eguchi, pria kelahiran lahir 2 Juli 1979. Pasangannya, yakni Mai Tohyama, wanita lahir 3 September 1977. Sementara pasangan kedua yakni Isamu Kuboki, lahir 4 November 1969 dan Yumi Kuboki, lahir 26 September 1966. Selesai pernikahan pasangan pertama melanjutkan wisata ke Yogyakarta, Minggu, 26 Agustus.

Sementara pasangan kedua mengikuti wisata ke Gunung Krakatau bersama para duta besar dan undangan lainnya dari Jakarta. Untuk kebutuhan pernikahan tersebut dan atraksi lainnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mendatangkan 9 ekor gajah dari Sekolah Gajah Way Kambas, Lampung Tengah. Kedua penggantian itu, kata Seiichi Okawa, menggunakan busana khas Lampung yang terbuat dari Tenun Tapis.

"Pernikahan ini menunjukkan bahwa Lampung merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara. Apalagi provinsi ini memiliki pusat sekolah gajah Sumatra di Way Kambas, bekas Gunung Berapi Krakatau yang meletus tahun 1883, Pantai Kaliangga yang indah dan juga agrowisata yang luas dan menarik," katanya.

Selain itu, Lampung sangat penting bagi Jepang karena hasil perkebunannya diekspor ke Negeri Matahari terbit itu. Bahkan ke depan ada sejumlah provinsi di Jepang yang melaksanakan kerja sama dengan Lampung sebagai provinsi kembar. Jadi Lampung bukan hanya daerah transit Jawa Sumatera atau sebaliknya, tetapi daerah tujuan wisata yang dapat dijangkau 45 menit dengan pesawat terbang dari Jakarta.

"Kami berharap dalam waktu mendatang banyak pasangan pengantin yang melaksanakan pernikahannya di atas punggung gajah di Lampung sebagai suatu kenangan abadi yang tak terlupakan," tandasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Lampung bekerja sama dengan GBI menyelenggarakan pameran selama dua bulan di Tokyo tentang kain tenun Tapis, pentas seni tradisional, dan diskusi kebudayaan pada tahun lalu. [W-8]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 24 Agustus 2007

Pariwisata Lampung Belum Siap, Agen Wisata Enggan Menjual

Bandar Lampung, Kompas - Pemerintah Provinsi Lampung dinilai belum siap untuk mengembangkan sektor pariwisata. Pasalnya, hingga saat ini belum terlihat upaya pengembangan pariwisata yang fokus untuk mengeksplorasi potensi wisata yang ada di wilayah Lampung.

Komite Pariwisata melihat tidak upaya untuk memfokuskan pengembangan wisata. Semua obyek ingin dikembangkan.

"Itu tidak akan membantu. Seharusnya, mana yang lebih menjual digarap, baru kemudian lainnya menyusul," kata Sekretaris Komite Pariwisata Lampung Citra Persada, Kamis (23/8).

Akibat tidak fokus, obyek wisata di Lampung hanya dikelola apa adanya. Wisatawan sulit mengakses tempat-tempat wisata di Lampung.

Menurut Citra, hal itu terjadi akibat minimnya sumber daya manusia yang mampu merencanakan pengelolaan pariwisata Lampung. Obyek wisata di Lampung tidak dikelola secara profesional.

Enggan menjual


Dampak pengembangan yang tidak fokus menyebabkan agen-agen perjalanan wisata enggan menjual potensi Lampung. Akses dan infrastruktur pariwisata belum disiapkan, sehingga agen-agen wisata lebih suka menjual obyek-obyek wisata yang mudah dijangkau dari Bandar Lampung.

Selain itu, apabila wisatawan hendak mengunjungi salah satu obyek wisata di Lampung, mereka terpaksa menempuh perjalanan panjang tanpa bisa beristirahat dengan nyaman di suatu titik perjalanan.

Akses jalan dibuat tanpa dilengkapi titik-titik untuk beristirahat yang dilengkapi dengan tempat makan ataupun berbelanja cendera mata.

"Bagaimana wisatawan akan nyaman berada di Lampung dan tinggal lama di Lampung?" ujar Citra.

Tidak peduli


Citra juga mengatakan, akibat minimnya kepedulian pemerintah provinsi dan daerah, masyarakat Lampung belum sadar wisata. Misalnya, masyarakat Lampung Barat yang merupakan masyarakat dengan adat Lampung yang kuat. Akibat hidup dikelilingi hutan, daerah mereka merupakan daerah terisolasi.

"Melihat turis asing masuk daerah mereka untuk berselancar rupanya merupakan hal baru. Masyarakat lokal mengejar-ngejar mereka hingga mereka takut dan trauma. Sementara polisi banyak yang memalak mereka dengan alasan tidak ada izin membawa alat surving," ungkap Citra.

Dalam pengembangan pariwisata, perilaku masyarakat semacam itu jelas menghambat upaya pengembangan. Hal tersebut juga menandakan aparat Lampung belum sadar wisata. Kejadian itu menjadi tugas pemerintah daerah untuk membina masyarakat setempat.

Namun, meskipun belum maksimal, Dinas Pariwisata Lampung mencatat angka kunjungan wisatawan Nusantara ke Lampung pada tahun 2006 sebanyak 843.768 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 6.893 orang. (hln)

Sumber: Kompas, Jumat, 24 Agustus 2007

August 23, 2007

Pendidikan: D-3 Bahasa Lampung Unila Terkatung-Katung

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Nasib program studi (prodi) diploma tiga (D-3) Bahasa dan Sastra Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP-Unila), terkatung-katung.

Setelah tiga tahun tidak menerima mahasiswa baru, prodi ini nyaris ditutup.

Ketua Prodi D-3 Bahasa dan Sastra Lampung Iqbal Hilal menjelaskan salah satu penyebab penutupan sementara prodi ini lantaran tak ada komitmen dan perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dan pemerintah kabupaten/kota untuk menampung lulusan prodi tersebut.

Sekaligus ingin melihat peluang dan formasi dalam perekrutan calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) apakah terserap atau tidak. "Kami terpaksa menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar prodi Bahasa dan Sastra Lampung karena ingin melihat pangsa pasar lulusan. Jangan sampai kami sudah meluluskan, tapi output kami lalu tidak mendapat pekerjaan," kata dia, Selasa malam (21-8).

Ia menjelaskan sejak dibuka pada tahun akademik 1989--1999 sudah meluluskan sekitar 800 orang. Namun, hingga saat ini, lulusan belum terserap secara optimal. "Sebenarnya alumnus Bahasa Lampung banyak yang diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun, penyerapannya tak sebanding jumlah lulusan kami," jelas Iqbal.

Ia mengakui sejak prodi ini dibuka perhatian Pemprov Lampung dan pemerintah kabupaten/kota terhadap lulusan kurang. "Seharusnya jurusan ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Karena pengadaan prodi tersebut selain untuk melestarikan budaya juga meningkatkan pemahaman terhadap bahasa dan sastra Lampung kepada siswa," jelas dia.

Apalagi prodi tersebut berbeda dengan prodi lain, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia atau Sejarah yang lulusannya bisa diterima hampir di setiap provinsi. Sementara lulusan prodi Bahasa dan Sastra Lampung hanya untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Lampung saja.

Iqbal menjelaskan sebetulnya Prodi D-3 Bahasa dan Sastra Lampung Unila tidak menerima mahasiswa baru sejak tiga tahun, tepatnya pada tahun akademik 2005-2006. "Kami terakhir menerima mahasiswa baru pada tahun akademik 2004--2005 sebanyak 49 mahasiswa. Mereka akan diwisuda pada September 2007 ini," kata dia.

Ia menguraikan ditutupnya sementara prodi ini bukan lantaran minimnya peminat. "Justru peminatnya banyak. Karena setiap tahun, kuota kami hanya mampu menampung 40 mahasiswa, sementara yang mendaftar mencapai sekitar 300 orang," jelas dia.

Ia mengakui prodi ini belum mendapat akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Karena BAN PT kesulitan mengakreditasi karena minimnya tim penilai dari pusat untuk menilai kelayakan prodi tersebut. Kendati belum mendapat akreditasi, pihak akademik berupaya meningkatkan status prodi ini. Bahkan jika prospeknya bagus, prodi ini akan ditingkatkan dari program D-3 menjadi sarjana strata satu (S-1). "Kami saat ini tengah menyusun proposal tersebut yang akan dikirimkan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional," jelas dia.

Sementara, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila Sudjarwo mengatakan Unila siap membuka kembali Jurusan Bahasa Lampung asal ada komitmen dari pemerintah daerah untuk menampung lulusan bahasa Lampung tersebut.

Menurut dia, tiga tahun lalu, Diploma III Bahasa Lampung sudah pernah dibuka oleh Unila, bahkan peminatnya cukup banyak. Tetapi, setelah mengevaluasi selama dua angkatan, muncul keluhan dari alumni yang tidak diberi peluang dan formasi dalam perekrutan CPNSD. "Kalau tidak ada komitmen seperti ini kan kasihan lulusannya, mereka tidak diberi formasi dan peluang untuk bekerja," kata Sudjarwo.

Hal itu juga disampaikan Pembantu Rektor Bidang Akademik, Tirza Hanum. Menurut dia, jurusan Bahasa Lampung tidak ditutup, tetapi dinonaktifkan. Sehingga, kalau suatu saat ada permintaan dan komitmen dari pemerintah, jurusan itu bisa dibuka kembali.n AST/ENI/S-1

Sumber: Lampung Post, Kamis, 23 Agustus 2007

Festival Krakatau XVII: Dua Pasang Pengantin Jepang Ikut Pawai

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dua pasang pengantin warga Jepang bakal mengikuti pawai kebudayaan pada Festival Krakatau (FK) XVII Lampung 2007.

Pada pawai budaya digelar saat pembukaan FK di PKOR Way Halim Bandar Lampung, Sabtu (25-8), kedua pasang pengantin dibaluti pakaian adat Lampung Sai Batin dan Pepadun. Mereka juga diiringi sembilan ekor gajah dan puluhan perwatin, selain 30 orang famili mereka dari Jepang yang juga berpakaian adat Lampung.

Kedua pasang pengantin tersebut adalah Isamu Kuboki dengan istrinya, Yumi Kuboki, dan Yusuhe Eguchi dengan istrinya, Maitoh Yamu.

Mereka adalah pemenang audisi dengan peserta pengantin baru yang diseleksi untuk mengikuti acara festival tersebut. Audisi diadakan oleh Graha Budaya Indonesia (GBI) Jepang dengan Liasion Officer (LO) Seichi Okawa yang juga koresponden Metro TV di Jepang.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Promosi Investasi Kebudayaan dan Pariwisata (PIKP) Provinsi Lampung Suresmi Ramli ditemui wartawan di tempat kerjanya, Selasa (21-8).

Menurut Suresmi, arakan adat pengantin warga Jepang tersebut merupakan salah satu agenda unggulan pada pawai budaya pembukaan FK XVII Lampung 2007. Kemudian sama seperti tahun-tahun sebelumnya perwakilan seluruh kabupaten/kota dan tari tuping.

"Tapi ada satu lagi yang akan membuat pawai ini beda dengan tahun-tahun lalu, tapi belum bisa saya sebutkan itu apa. Ini akan jadi surprise," kata Suresmi.

Suresmi menambahkan untuk tahun ini akan hadir dua puluhan duta besar dari negara sahabat beserta keluarganya. Selain undangan lain baik dari luar negeri maupun dalam negeri seperti Jambi, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bangka Belitung. Sedangkan Kota Palangkaraya telah menginformasikan kehadiran sekitar 40 delegasi dari daerah itu hadir.

"Mereka ingin melihat format acara yang klasifikasinya nasional. Sebab, banyak festival di daerahnya digelar, tetapi masih tingkat lokal," katanya.

Untuk pembukaan acara itu, Suresmi menjelaskan pihaknya sudah mengundang Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Djero Wacik untuk membukanya.

Namun ini masih dalam tahap konfirmasi kepastian dengan asumsi jika hanya tingkat sekretaris atau direktur. Maka untuk membuka FK XVII Lampung 2007 yang menelan biaya sekitar Rp1,5 miliar itu adalah Gubernur Lampung.

"Untuk meminta presiden yang membukanya, ya kita tahu diri lah infrastrukturnya belum memadai," kata Suresmi saat ditanyai kemungkinan presiden di undang untuk membukanya.

Kasubdin Pariwisata Dinas PIKP Lampung Reni Utari Rusdi mengatakan tingkat keberhasilan penyelenggaraan FK tersebut tidak dapat ditentukan langsung. Sebab seperti acara promosi lainnya, FK adalah alat untuk mengenalkan daerah termasuk seni, budaya bahkan produknya secara nasional maupun internasional.

"Sebagai parameter awalnya adalahmeningkatnya hunian hotel dan penjualan produk oleh-oleh pada saat berlangsung acara," katanya. n AAN/K-2

Sumber: Lampung Post, Kamis, 23 Agustus 2007

August 21, 2007

DKL Siap Gelar Lampung Art Festival

BANDAR LAMPUNG (Lampost/Ant): Dewan Kesenian Lampung (DKL) siap menggelar Lampung Art Festival (LAF) ke-6, pada 25--30 Agustus, yang dipusatkan di Graha Wangsa dan Pasar Seni di Enggal, Bandar Lampung.

Menurut Sekretaris Panitia Pelaksana Juperta Panji Utama di Bandar Lampung, Senin (20-8), pelaksanaan LAF itu merupakan ajang strategis pendukung Festival Krakatau (FK) ke-17 dan Lampung Expo 2007.

Panji menyebutkan LAF akan diikuti seniman dari luar negeri seperti dari Thailand, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Peserta dari dalam negeri yang akan tampil, di antaranya dari Aceh (NAD), Sumut, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Babel, Banten, DKI Jakarta, NTB, Kalsel, Sulsel, Jabar, Yogyakarta, Jateng, dan Bali.

Sebanyak 10 kabupaten/kota di Lampung dipastikan akan unjuk kebolehan dengan karya seni budaya daerahnya masing-masing.

"Jadi, sedikitnya peserta dari empat negara, 15 provinsi, dan 10 kabupaten serta kota di Lampung akan mengikuti LAF itu," kata Panji.

Pergelaran utama pada LAF 2007 adalah musik "Dua Arus", yaitu musik tradisional, modern, dan kontemporer yang dipadukan secara apik.

Ada pula pentas sastra, teater, pemutaran film, festival tari, dan pameran seni rupa. "Kami berupaya menyuguhkan kesenian yang berkualitas untuk masyarakat Lampung untuk meningkatkan apresiasi masyarakat," kata Panji.

Dalam LAF itu, digelar pula dialog musik, sastra, film, dan tari untuk meningkatkan wawasan dan wacana.

Panitia, menurut Panji, siap bekerja sama dengan media massa untuk memfasilitasi para seniman, pengamat, dan masyarakat agar dapat berdiskusi mengusung persoalan dan kendala yang dihadapi oleh masing-masing cabang seni dalam meneguhkan eksistensinya.

Ketua DKL Lampung Syafariah Widianti didampingi Sekretarisnya, Harry Jayaningrat yang juga Ketua Pelaksana, mengatakan LAF bertujuan untuk pengembangan kesenian di Lampung.

"LAF selain dapat dijadikan panggung pementasan karya para seniman, juga menjadi ajang dialog kebudayaan antarbangsa sekaligus tempat untuk memperkenalkan kesenian Lampung lebih luas lagi," kata Syafariah.

Dia mengatakan masyarakat Lampung diharapkan dapat menghadiri dan menyaksikan LAF sebagai tontonan alternatif yang berkualitas dan dapat meningkatkan apresiasi serta mempromosikan kesenian Lampung. "Pengunjung LAF tidak dipungut biaya atau gratis," kata Syafariah. n K-2

Sumber: Lampung Post, Selasa, 21 Agustus 2007

Tari: Lima Nuansa dalam Lampung Art Festival

DEWAN Kesenian Lampung, Ikatan Keluarga Pasar Seni, dan Rain Art Production akan menggelar pertunjukan tari kontemporer bertajuk Nuansa Lima dalam gelaran Lampung Arts Festival yang akan digelar di panggung terbuka Pasar Seni Enggal, 28 Agustus 2007 yang akan datang.

Ahmad Barden Mogni dari Rain Art Production mengemukakan hal tersebut saat ditemui di sekretraiatannya, Senin (20-8). Dia mengatakan bahwa kegiatan ini digelar dalam rangkaian kegiatan memperingati HUT RI ke-62 tahun dan juga gelaran Festival Krakatau.

"Gelaran ini akan menampilkan parade tarian kontemporer hasil dari kreativitas para koreografer muda Pasar Seni Enggal Bandar Lampung. Di antaranya adalah Kemas Abdulah Helmi dan Agus Gunawan dari Sangisu, Joni Effendi dari Sanggar Bunga Mayang, Muhhamad Aris dari Kayu Hara, dan saya dari Sanggar Radin Intan," kata Ahmad.

Dia mengatakan bahwa dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, kondisi kesenian Lampung sepi akan gerak tari kontemporer. "Untuk itu kami mencoba mengembalikan kehidupan pentas tari kontemporer yang ada di Lampung."

Di sisi lain, kata Ahmad, perkembangan tari kontemporer di Lampung sangat tertinggal. Padahal, kata dia, potensi yang dimiliki koreografer muda asal Lampung sangat besar.

"Untuk itulah kami usai pertrunjukan kali ini akan mengangendakan berbagai pertunjukan tari kontemporer lagi ke depannya," ujarnya.

Lewat pergelaran Nuansa Lima itu, Ahmad berharap muncul karya-karya koreografer muda lainnya. "Harapannya, koreografer asal Lampung bisa menyejajarkan diri dengan para koreografer nasional bahkan dunia internasional," ujarnya. n TYO/M-2

Sumber: Lampung Post, Selasa, 21 Agustus 2007

August 15, 2007

Museum Ruwa Jurai: Masyarakat Kurang Peduli Benda Bersejarah

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kepedulian masyarakat terhadap sejarah dan barang-barang purbakala di Provinsi Lampung masih minim. Hal ini bisa dilihat dari kecilnya angka kunjungan masyarakat ke Museum Ruwa Jurai di luar waktu liburan sekolah.

Kepala Museum Ruwa Jurai Bandar Lampung, Pulung Swandaru, mengatakan tingkat kunjungan tersebut berubah bila menghadapi waktu liburan sekolah. "Pada liburan kemarin, angka kunjungan terutama pelajar dan mahasiswa meningkat drastis. Bahkan angka kunjungannya melebihi target yang kami tetapkan sebelumnya," kata Pulung.

Ia mengaku mengalami banyak kendala jika kunjungan mengalami peningkatan. "Pada saat kunjungan sedang ramai tersebut, otomatis mobilitas sangat lambat. Sehingga menyebabkan pengunjung dari grup lain harus mengantri di luar museum," ujar dia.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya berencana membangun beberapa bagian museum guna memberikan ruang lebih kepada pengunjung yang datang. "Kami akan membuka rumah adat Lampung yang ada di halaman untuk bisa dikunjungi. Nantinya kami akan menempatkan petugas jaga guna memberikan informasi kepada pengunjung," ujar dia.

Sekaligus membatasi pengunjung yang akan naik ke atas rumah adat maksimal delapan orang secara bergantian sudah tidak ambruk.

Kemudian di dekat rumah adat akan dibangun areal out bound kecil buat anak-anak TK dan SD yang berkunjung. "Kami akan membuat semacam sungai buatan yang airnya mengalir serta berbagai fasilitas out bound bagi anak-anak yang sederhana. Supaya bisa dimanfaatkan pelajar yang berkunjung. Plus lokasi bermain untuk mencari harta karun," ujar dia.

Selain itu, Pulung juga akan memanfaatkan gedung yang dimiliki untuk tempat pamer foto Lampung tempo doeloe. "Foto-foto itu adalah yang dipamerkan beberapa waktu lalu di GOR Saburai. Nantinya foto itu akan diletakkan di satu ruangan bersamaan dengan lukisan Lampung tempo doeloe yang terekam. Sejarah ini dimulai dari era kolonialisasi hingga jaman prakemerdekaan," ujar dia.

Ia mengharapkan dengan fasilitas baru tersebut mampu menyedot pengunjung lebih banyak lagi. n TYO/S-2

Sumber: Lampung Post, Rabu, 15 Agustus 2007

August 12, 2007

Mewujudkan "Segitiga Emas" Pariwisata Lampung

-- Budisantoso Budiman

"SEGITIGA Emas" pariwisata Lampung selama ini masih sebatas konsep di atas kertas. Padahal potensi wisata Provinsi Lampung tak kalah dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, termasuk Bali dan Lombok.

Namun, Lampung Barat harus gencar mempromosikan pengembangan salah satu potensi "segitiga emas" pariwisata Lampung itu, yakni Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort (KWT-SLR) di Pekon Lumbok, Kecamatan Sukau.

Kawasan itu berada di bibir Danau Ranau dan lereng Gunung Seminung.

Dalam konsepnya "Segitiga Emas" Pariwisata Lampung mencakup Kawasan Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda hingga Kompleks Menara Siger di Kalianda-Lampung Selatan, lalu Pusat Latihan Gajah (PLG) di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur dan Danau Ranau di Lampung Barat.

"Dengan mengembangkan simpul utama segitiga emas objek wisata Lampung itu, seluruh potensi wisata yang terdapat di daerah Lampung dapat terangkat," kata pengamat pariwisata Lampung, Ir H Anshori Djausal MT.

Namun Anshori yang juga Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama Universitas Lampung (Unila) itu mengingatkan, pengembangan "segitiga emas" pariwisata Lampung mesti dijalankan secara terpadu, konsisten dan komprehensif dan tidak sepotong-sepotong.

Kuncinya adalah penataan, pengelolaan, dukungan sarana dan prasarana, pembiayaan serta promosi yang gencar maupun pemeliharaan optimal, jelas Anshori pula.

Pemkab Lampung Barat memelopori pengembangan segitiga dengan membangun Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort (KWT-SLR) itu. Kawasan itu telah diresmikan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, pada Rabu (15/8) lalu.

Keberadaan wisata terpadu di sekitar Danau Ranau, menurut Bupati Erwin Nizar T, diharapkan mendukung mewujudkan konsep "triangulasi" pariwisata Lampung.

Bupati Erwin Nizar, usai peresmian KWT-SLR di Lumbok menyadari bahwa konsep triangulasi tujuan wisata Lampung, sudah saatnya untuk diwujudkan.

"Perlu program terpadu, sehingga mempermudah kunjungan wisatawan ke Lampung dan agar potensi unggulan wisata itu benar-benar dapat dikembangkan secara optimal," kata Erwin Nizar.

Di sekitar Danau Ranau, telah dibuat jalan tembus sepanjang sekitar 5 km, dilanjutkan tahun 2007 dengan pengerasan jalan sepanjang 3 km.

"Idealnya, jalur jalan Melesom-Suka Banjar, sepanjang 35 km juga dapat diwujudkan dalam waktu dekat," ujar Erwin.

Wilayah tersebut saat ini telah pula dialiri listrik secara terbatas, tadinya masih gelap gulita tanpa aliran listrik.

KWT Seminung Lumbok Resort di tepian Danau Ranau di Kec. Sukau yang telah diresmikan itu pun akan dikelola secara profesional.

"Tapi sementara ini masih dikelola Pemkab Lampung Barat," kata Sri Mustika, Manajer KWT Seminung Lumbok Resort yang juga Staf Kantor Dinas Pariwisata Lampung Barat.

Menurut dia, Pemkab berencana untuk membentuk badan usaha daerah (BUMD) tersendiri yang nantinya dapat mengelola kawasan wisata unggulan yang ditargetkan bisa menjaring turis asing dan wisatawan nusantara dari kalangan menengah ke atas tersebut.

Menurut Sri, lokasi KWT Seminung Lumbok Resort memiliki keunggulan yang sulit tertandingi, diantaranya berada persis di bibir Danau Ranau di wilayah Provinsi Lampung --sebagian danau itu masuk wilayah Sumatera Selatan.

Pada sisi lainnya, terdapat pula keindahan panorama alam dari Gunung Seminung, gunung yang memiliki banyak kisah dan legenda rakyat yang terpelihara hingga sekarang.

Beberapa kawasan bukit di sekitar Seminung Lumbok Resort itu juga dapat menjadi lokasi olahraga paralayang ataupun paramotor.

"Karyawan di Resort ini telah dilatih intensif selama beberapa bulan di salah satu hotel berbintang jaringan internasional di Bandarlampung," kata Sri Mustika lagi.

Erwin Nizar T menyebutkan, pada tahap awal pembangunan kawasan KWT Seminung Lumbok Resort baru sekitar 1,8 dari yang dialokasikan seluas 15 ha.

Jumlah kamar resort itu mencapai 20 buah, terdiri 16 kamar hotel, tiga kamar cottage, dan convention hall untuk 400-an orang. Terdapat pula ruang rapat atas berkapasitas 350 orang dan ruang rapat bawah untuk 50 orang.

Ke depan, kawasan wisata itu akan menambah fasilitas seperti rekreasi danau (rekreasi air), showroom, resto-cafe, kebun buah, fasilitas spa, relaksasi, dan sarana olahraga maupun penambahan cottage lagi.

Tarif kamar antara Rp288.000 hingga Rp417.000. Dua cottage yang tersedia bertarif Rp675.000 hingga Rp1,1 juta.

Kerusakan Serius

Namun menurut Dinas Kehutanan Lampung Barat, semua potensi itu akan hilang, kalau kawasan sekitar Danau Ranau tidak dapat dilestarikan dari ancaman kerusakan hutan.

Hutan di sekitar Danau Ranau, baik di wilayah Provinsi Lampung di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) maupun Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan, telah mengalami kerusakan cukup serius, sehingga perlu upaya segera memulihkannya.

Kepala Dinas Kehutanan Lampung Arinal Junaidi membenarkan kerusakan kawasan hutan sekitar Danau Ranau itu.

Menurut Arinal, selain hutan lindung dan kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), terdapat pula hutan rakyat.

"Kerusakannya sudah cukup serius dan luas, sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi alam dan lingkungan di sana," kata dia lagi.

Menurut Arinal, kerusakan lingkungan sekitar danau itu telah berakibat pada penurunan ketinggian muka air yang pada saat kemarau.

Kerusakan lingkungan sekitar Danau Ranau, selain disebabkan faktor manusia juga dampak kebakaran hutan.

Kadishut Lampung Barat Warsito menyebutkan dari sekitar 420 ha hutan lindung sekitar Danau Ranau, sekitar 56 persennya telah mengalami kerusakan akibat perambahan hutan dan dampak kebakaran besar tahun 1997 lalu.

Pemulihan kerusakan hutan itu perlu dukungan kebijakan bersama Lampung dan Sumsel. Dalam waktu dekat akan diagendakan rapat kerja bersama membahas penanganan kerusakan hutan di sekitar Danau Ranau itu.

Sekitar dua pertiga wilayah Danau Ranau masuk wilayah Sumsel, dan sepertiga lainnya masuk wilayah Lampung.

Gubernur Sjachroedin saat meresmikan Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort mengingatkan, kondisi lingkungan sekitar Danau Ranau tetap harus dilindungi dan dilestarikan agar potensi wisata alam di sana tetap diminati turis.

Gubernur juga minta masyarakat setempat mendukung upaya tersebut, dengan mengubah perilaku menjadi ramah lingkungan dan tidak membuang sampah di tepian danau.

Selain Danau Ranau, Lampung memiliki potensi wisata yang tersebar merata pada sepuluh kabupaten/kota.

Setiap daerah juga memiliki festival seni dan budaya , termasuk Festival Krakatau, yang setiap tahun dilakukan pada Agustus --sesuai momentum letusan Gunung Krakatau Agustus 1883. Agenda festival itu antara lain, wisata ke kawasan Anak Krakatau.

Di samping itu terdapat pula Cagar Alam Laut Anak Krakatau dan Menara Siger, ekowisata di Taman Nasional Way Kambas, dan panorama Danau Ranau serta keanekaragaman flora-fauna yang terpelihara di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung Barat.

Semua pesona itu akan menjadi "magnet" bagi para turis mancanegara, kalau dapat terpelihara, tetap alami dan indah sebagaimana aslinya.

Di samping itu, semua potensi wisata itu masih memerlukan dukungan infrastruktur, promosi, pengelolaan dan pengemasan agar turis asing dan turis domestik berbondong-bondong ke sana.

Dengan pembangunan kawasan wisata terpadu, serta promosi yang baik, niscaya Lampung semakin diminati turis asing dan domestik.

Sumber: Antara, Sabtu, 11 Agustus 2007

August 11, 2007

Lampung, Lampung, Lampung

-- Andreas Harsono*

SAYA beberapa kali berkunjung ke Bandar Lampung, menemui para mahasiswa, bicara dengan wartawan, dan tentu saja, menikmati durian kotabumi. Kebetulan ada beberapa warga Lampung, antara lain Eva Danayanti, seorang alumnus Majalah Teknokra, gadis muda, cerdas, dan efisien, kini menjadi rekan kantor saya di Jakarta.

Terkadang, lewat diskusi dengan Eva dan kawan-kawannya, saya tahu adanya persaingan, sehat maupun tak sehat, antara bangsa Jawa--"Kami yang mayoritas," kata satu wartawan--dan bangsa Lampung, sang putra daerah. Eva juga cerita soal etnis Tionghoa, yang dominan dalam perdagangan, serta sering jadi kambing hitam dalam keadaan kacau.

Cuma omong-omong saja. Tak ada liputan, tak ada riset. Lampung, dari sejarahnya, jauh kurang sering berantem. Bandingkan misalnya, dengan Kesultanan Aceh, yang sudah 600 tahun berantem dengan kekuasaan di Pulau Jawa. Gerakan Aceh Merdeka hanya perpanjangan dari sejarah 600 tahun itu. Atau bangsa Papua, yang tak merasa dijadikan bagian yang jujur dari Indonesia. Atau Timor Leste, yang melawan pendudukan Indonesia, dengan korban 183 ribu jiwa mati antara 1975 dan 1999.

Persoalannya, bagaimana harian-harian di Bandar Lampung meliput serta membentuk opini soal ini? Saya kira, soal ini penting banget kalau Anda ingat analisis Benedict Anderson, guru nasionalisme dari Universitas Cornell, soal peranan media cetak dalam membentuk rasa satu nasib, rasa satu bangsa, rasa persaudaraan. Anderson terkenal dengan buku-buku klasik berjudul Java in a Time of Revolution serta Imagined Communities.

Menurut Anderson, bangsa ialah suatu masyarakat khayalan. Warga masyarakat betulan mengenal sebagian besar warga masyarakat tersebut. Suatu masyarakat khayalan atau suatu bangsa, tentu saja, tak mengenal mayoritas warga lain. Namun, media menciptakan khayalan seakan-akan mereka punya nasib sama, seakan-akan mereka saling mengenal dan bersama-sama memperjuangkan sesuatu. Saking hebatnya, khayalan ini bisa menggerakkan orang jadi emosi. Namun, bangsa juga sering jadi sasaran manipulasi. Siapa lagi kalau bukan media pula yang bikin manipulasi?

Hari ini, peranan media cetak itu secara luar biasa disaingi media elektronik, terutama televisi. Ada gosip artis dan politikus kawin-cerai, ada film Holywood supermenarik, ada pelawak macam Tukul Arwana. Orang tertarik menonton televisi, lalu enggan beli koran. Hari ini, juga praktis tak ada orang yang mendapatkan breaking news dari surat kabar. Padahal breaking
news, sejak awal abad XX, jadi daya tarik surat kabar menggaet pembaca. Surat kabar pun makin frustrasi lihat kue iklan direbut televisi. Di Jakarta, saya sering jadi korban "curhat" para redaktur, yang jengkel melihat sirkulasinya turun terus, lalu tergoda menyeleweng dari pakem-pakem jurnalisme.

Jalan keluar yang benar bagaimana? World Association of Newspapers berusaha membantu dunia persuratkabaran. WAN merupakan sebuah organisasi nirlaba, berdiri tahun 1948 di Paris. Anggotanya ada pada 102 negara, mewakili sekitar 18 ribu surat kabar (termasuk Indonesia). Mereka mempunyai macam-macam petunjuk guna mengembangkan sirkulasi dan pendapatan surat kabar. Mulai perbaikan manajemen hingga kerja sama digital.

Semuanya ada dalam proyek yang disebut shaping the future of newspapers. Saya sempat perhatikan judul-judul dari laporan mereka:

* The Power of Local Focus
* Digital Classifieds Survey
* Media Landscapes: Beyond Advertising
* The Format Change Phenomenon
* Classified Models Revisited
* Circulation science
* Profiting from Digital
* New Designs, New Formats
* Reaching and Retaining Young Readers
* The Value Driven Newspaper

Intinya, surat kabar modern tak bisa mengandalkan kecepatan lagi. Surat kabar modern harus menekankan kedalaman. "Analisis, analisis, analisis," katanya. Desain harus diperhatikan. Situs web bisa jadi tambang uang. Iklan baris perlu diformat segar. Pendapatan bukan hanya dari iklan. Sirkulasi harus lebih hemat.

Committee of Concerned Journalists dari Washington D.C. juga memberi banyak usul. Mereka usul mutu jurnalisme ditingkatkan. Surat kabar Lampung, kalau mau modern, harusnya juga makin analitis, makin bercerita serta makin mudah dibaca. Ia juga harus lebih lokal, lebih dekat kepada warga.

Surat kabar Lampung juga harus mendidik warga untuk sadar bahwa nasib mereka, sering tidak ditentukan mereka sendiri. Nasib mereka lebih sering dipengaruhi orang-orang berkuasa di tempat yang jauh dari Lampung. Entah di Jakarta, atau mungkin London, New York, Tokyo, Beijing, Kairo, dan Mekah. "Makin bermutu jurnalisme dalam suatu masyarakat," kata Bill Kovach dari Committee of Concerned Journalists, "makin bermutu pula masyarakatnya."

Lebih penting lagi, surat kabar modern harus memberikan gambar, yang sedekat-dekatnya, bahwa keragaman merupakan bagian dari Lampung. Politik bangsa-bangsaan harus diceritakan dengan segala macam background, yang tak muncul pada berita sepotong dua potong. Ia juga harus lebih memberi tempat kepada warga. Surat kabar modern bukan hanya meliput pejabat dan orang-orang besar.

Orang Amerika bilang, "It's a tall order." Ini permintaan yang sulit. Kebanyakan media Jakarta, baru bebas dari sensor dan beredel sesudah mundurnya Presiden Soeharto. Namun, fasisme Orde Baru, yang antikeragaman, gemar menindas kaum minoritas, serta mengagung-agungkan kekerasan, masih diwarisi di setiap sudut Indonesia dan Timor Leste.

Republik Indonesia, yang dibentuk pada 1950-an, juga menghancurkan semua suratkabar peninggalan Hindia Belanda. Dampaknya, tak ada garis sambung antara media di Indonesia, yang kini 95 persen dikuasai orang Jakarta, dengan jagoan-jagoan macam Tirto Adisurjo, F. Wiggers, H. Kommer, Tio Ie Soei, Marah Sutan, Mas Marco Dikromo, Kwee Kek Beng, atau F.D.J. Pangemanann. Ketika beberapa kali bertemu dengan orang-orang WAN, saya sering gagap bila tahu umur suratkabar-suratkabar Eropa, Amerika atau India, 150 hingga 200 tahun. Republik baru ini tak punya sejarah jurnalisme yang panjang. Paling tua umurnya 40-50 tahun.

Di Jakarta, Goenawan Mohamad dari Tempo sering mengeluh susahnya cari wartawan yang bisa menulis. Saya setuju dengan Goenawan. Coba Anda hitung berapa wartawan di Jakarta, yang biasa menulis, tentu saja dengan benar dan memikat, lebih dari 10.000 kata dalam satu cerita? Bagaimana mau bikin analisis dan cerita mendalam kalau wartawannya tak bisa menulis panjang? Tapi banyak reporter juga mengeluh. Bagaimana bisa menulis bagus dan dalam kalau setiap hari disuruh bikin dua, tiga hingga lima berita? Ini macam lingkaran setan.

Tapi siapa tahu, dari tempat dimana durian Kotabumi bikin banyak orang jatuh cinta pada makanan Lampung, bisa muncul suratkabar bermutu, yang memelopori perubahan jurnalisme kuno ala Majapahit di Jakarta?

* Andreas Harsono, Wartawan, Ketua Yayasan Pantau

Sumber: Lampung Post, Jumat, 10 Agustus 2007

Wisata: Festival Teluk Stabas di Lampung Barat Kaya Pesona

-- Budisantoso Budiman

BELASAN turis asal Kanada dan Australia, dengan wajah bertopeng serta senyum terus mengembang, ikut berjingkrak-jingkrak membaur berjoget bersama Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan isteri, Trully Sjachroedin, Bupati Lampung Barat (Lambar) Erwin Nizar T serta pejabat lainnya.

Mereka diajak oleh para penari Tarian Sekura (Tari Topeng), salah satu peninggalan leluhur asli di Lambar yang masih terus dilestarikan sampai sekarang, di tengah kemeriahan pembukaan Festival Teluk Stabas (FTS) ke-10 di Lapangan Merdeka di Kota Liwa-Lambar--ratusan Km dari Bandarlampung--Selasa (7/8) sore.

Para turis yang mengaku sedang mengikuti 'surfing' di Pantai Tanjung Setia di Pesisir Selatan-Lambar itu pun, seperti enggan berhenti berjoget dengan para penari topeng di sana, kendati para pejabat sudah kembali duduk di kursi masing-masing.

Mereka baru terhenyak dan bergegas untuk duduk, setelah musik yang mengiringi tarian itu berhenti.

"Pesta Sekura" atau pesta topeng merupakan salah satu bentuk budaya asli masyarakat Lampung, khususnya Lambar, berhasil menyedot perhatian pengunjung pada Pembukaan FTS ke-10 di Liwa itu.

Atraksi Sekura, dengan aneka topeng yang ditampilkan pada awal, di tengah dan akhir acara, menjadi perhatian pengunjung yang berkerumun di sekitar tenda tamu dan undangan maupun sekeliling Lapangan Merdeka Kota Liwa.

Pesta Sekura biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Fitri dari 1 Syawal hingga 5 Syawal atau lebih, yang secara bergantian dilaksanakan dari pekon (desa) ke pekon lainnya.

Pesta itu merupakan ungkapan kegembiraan dalam menyongsong datangnya Idul Fitri, setelah umat melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Sekura adalah topeng atau penutup muka, untuk mengubah penampilan yang menggambarkan suasana gembira dan kebebasan berekspresi maupun berkreasi dalam suatu kebersamaan kelompok.

Terdapat dua jenis Sekura, yaitu "Sekura Betik" (memakai penutup muka dan rumbai-rumbai kian panjang) dan "Sekura Kamak"/Kotor (memakai penutup muka topeng kayu serta penampilan yang kumal (kotor), dengan menggunakan rumbai tumbuh-tumbuhan yang dibawa menghiasi badannya.

Sekura Kamak menggambarkan sifat yang lucu dan sebagai jawara (panjat pinang), sedangkan Sekura Betik bersifat sebagai penghibur.

Pesta Sekura itu, diakhiri dengan panjat pinang yang berisikan berbagai hadiah di pucuknya.

Pesta topeng yang ditampilkan itu diproduksi oleh Sanggar Seni Kayangan Lampung Barat yang diasuh Sanggar Seni Stiwang pimpinan Ny Yurida Erwin Nizar, penata tari Edwardsyah Ma'as, dan penata musik Endang Guntoro.

Dalam festival yang menjadi 'calendar-event' tahunan pariwisata Lambar itu, masih banyak ditampilkan atraksi, lomba, pertunjukan dan kompetisi seni dan budaya bernuansa tradisi yang khas masih dilestarikan masyarakat setempat.

Lomba Pacu Kambing dan beberapa kontes serta lomba khas dan tradisional juga meramaikan pelaksanaan FTS.

Staf Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lambar Basuki Rahmat mendampingi Kabag Humas Damri Alamsyah menyebutkan, agenda Lomba Pacu Kambing yang dilaksanakan kepanitiaan dari unsur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lambar itu, sebagai salah satu unggulan festival untuk menarik pengunjung datang dan menonton ke sana.

FTS ke-10 berlangsung 7-11 Agustus 2007 diramaikan pula dengan tari massal, paramotor, atraksi spektakuler, dan pawai budaya dari 17 kecamatan se-Lambar.

Menurut Gunawan Rasyid, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Promosi dan Investasi Lambar selaku Ketua Pelaksana festival tahunan itu, tergelar pula Lomba Nyambai, Hadra, Muayak (7-8/8), berupa kompetisi menyanyi bernuansa memadukan irama kasidah dan tradisi seni suara khas Lampung.

Kemudian di Bumi Perkemahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), pada Rabu (8/8), diadakan pula Lomba Jelajah Alam TNBBS.

Agenda lain, di antaranya Eksibisi Arung Jeram dan Kontes Burung Berkicau (8/8), Lomba Lagu Lampung, Festival Layang Layang, Lomba Voli Pantai, Upih Ngesot (9/8)--prosesi panen padi dengan menggunakan perahu yang meliuk-liuk di rawa-rawa.

Lomba Pacu Kambing dan Olahraga Tradisional Kuda Buta (10/8), Festival Kapal Motor Hias, Triathlon tradisional (8/8)--mengayuh buluh bambu di Danau Ranau dilanjutkan mengayuh perahu jukung, dan diakhiri dengan lari maraton--, Lomba Tari Kreasi, Lomba Panjat Damar, dan Lomba Khika Tengguling (10-11/8)--peserta yang berguling-guling di tanah dengan wadah rotan tradisional.

FTS ke-10 ditutup pada Sabtu (11/8), di lapangan Merdeka Liwa.

Bersamaan FTS itu, juga diresmikan Kawasan Wisata Terpadu (KWT) Seminung Lumbok Resort (SLR) di Lumbok yang berada di tepian Danau Ranau di Lampung Barat yang juga berada di lereng Gunung Seminung itu, pada Rabu (8/8) yang menjanjikan sarana dan fasilitas "wah" bagi pengunjung.

Sejumlah pengunjung FTS itu mengaku kagum dengan kemeriahan dan kekhasan berbagai paket acara yang dikemas di dalamnya.

Belasan wartawan media cetak dan elektronik di Lampung, juga terus bertahan membaur dengan para pengunjung termasuk belasan turis asing, menikmati--sembari menjalankan tugas liputan yang tidak ingin terlewatkan--hingga festival selesai.

Tak Kalah dari Festival Danau Toba

Gubernur Lampung Sjachroedin ZP memotivasi jajaran Pemkab Lambar, agar dapat membuat Festival Teluk Stabas itu yang tidak kalah bersaing dari Festival Danau Toba di Sumatera Utara.

"Jangan pernah kalah dengan Festival Danau Toba, apalagi Lampung Barat juga memiliki Danau Ranau dan juga Pulau Pisang, serta potensi wisata unggulan lainnya," ujar Gubernur pada pembukaan FTS ke-10 di Lapangan Merdeka, Liwa itu pula.

Lambar memiliki potensi wisata yang tidak akan kalah dari Danau Toba di Sumatera Utara itu.

"Apa yang mereka punyai, di sini kita juga punya," ujar Sjachroedin yang kedatangannya di lapangan itu disambut Tari Sekura.

Sjachroedin juga menyatakan, apa yang sebelumnya terus didorong-dorong, saat ini di Lambar mulai memberikan bukti, di antaranya adalah dengan kehadiran para turis asing dari Australia dan Kanada.

"Apalagi kalau lapangan terbang di Pekon Serai di sini sudah jadi, akan semakin banyak wisatawan datang ke daerah ini," kata dia lagi.

Berkaitan dengan kondisi alam di Lambar -sekitar 42,81 persen kawasan non budidaya, yang dapat diusahakan hanya 23,22 persen dan luas hutannnya sebanyak 76,78 persen dari total wilayah 495.040 ha-ia mengingatkan selain kelemahan, pasti terdapat kelebihan dari wilayah kabupaten itu.

Salah satunya, kata Gubernur, adalah potensi wisata dan alam yang terdapat di Lambar dan belum optimal pemanfaatannya.

Menurut Bupati Lambar Erwin Nizar T, FTS ke-10 itu bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata Lambar yang sekaligus menjadi objek wisata unggulan daerah Lampung.

Nama Teluk Stabas diambil dari salah satu kawasan Teluk di Krui-Lambar yang menjadi tempat berlabuh kapal Belanda dan asing di sana sejak zaman dulu, sehingga terus digunakan namanya karena telah dikenal kalangan dunia internasional.

Bupati menyebutkan pula salah satu objek wisata selancar (surfing) dan selam (diving) di Pekon Tanjung Setia di Pesisir Selatan Lambar, juga telah dikenal oleh para peselancar dunia.

"Kami juga sudah undang salah satu pengusaha wisata di Bali, Zaenal Thaeb, untuk dapat mengembangkan wisata Danau Ranau dan objek wisata surfing serta pengembangan wisata kawasan Pulau Pisang di sini," kata Erwin lagi.

Festival itu dinilai kebanyakan pengunjung memiliki pesona yang "dapat dijual" kepada para pelancong dalam dan luar negeri.

Dalam festival itu juga ditampilkan dua potong kue tart tradisional raksasa dari Lambar yang dipotong oleh Gubernur dan isterinya, untuk kemudian dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar.

Kue itu pun jadi rebutan warga terutama anak-anak dan juga orang dewasa, untuk dapat menikmatinya.

Kemeriahan FTS seolah menghapuskan duka mendalam warga Liwa dan Lambar yang pernah dilanda gempa tektonik berskala 6,5 pada Skala Richter pada 15 Februari 1994, dan menewaskan ratusan orang.

"Potensi wisata di Lambar ini, kalau dikelola secara profesional dan terus dipromosikan dengan baik, dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan datang ke sini," kata pengamat pariwisata Lampung, Ir H Anshori Djausal MSc.

Dia menyebutkan adanya konsep "segitiga emas" (Triangulasi Objek Wisata Lampung), yaitu kawasan Anak Gunung Krakatau dan Menara Siger di Kabupaten Lampung Selatan, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, dan Danau Ranau di Lampung Barat yang benar-benar bisa segera diwujudkan sebagai "cluster" wisata memikat di Provinsi Lampung.

"Sudah saatnya Lampung mengemas pesona seni dan budaya khas yang masih terpelihara dan dimiliki, dipadukan dengan keindahan dan pesona alamnya yang juga terus terpelihara, untuk dipromosikan secara terus-menerus agar pada saatnya bisa menjadi tujuan utama kunjungan para turis dunia karena pesona di dalamnya yang sulit tertandingi oleh tempat lainnya," ujar Anshori.

Sumber: Antara, Jumat, 10 Agustus 2007

August 9, 2007

Seni: 17 Sekolah Ikuti Liga Teater Pelajar

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sebanyak 17 sekolah di Provinsi Lampung dipastikan akan mengikuti gelaran Liga Teater Pelajar 2007 yang berlangsung 24--30 Agustus di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung.

Tenaga teknis Taman Budaya Lampung, Imas Sobariah, Selasa (7-8), mengemukakan ke-17 sekolah tersebut tidak hanya berasal dari Bandar Lampung, tapi juga luar kota.

Ia memerinci peserta dari Bandar Lampung adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, SMAN 7, SMAN 9, SMAN 10, SMA YP Unila, SMA Perintis 1, SMA Perintis 2, dan SMA Xaverius Pahoman.

Sedangkan dari luar Kota Bandar Lampung antara lain Diniyah Putri Lampung Selatan, MAN Metro, SMAN 2 Kotabumi, SMAN 1 Sumber Jaya Lampung Barat, SMAN 1 Sribhawono, dan SMA Xaverius Pringsewu.

Karena jumlah peserta begitu banyak, kata Imas, pihak panitia akhirnya menetapkan setiap harinya akan ada lebih dari dua kali pertunjukan. "Karena memang konsep kegiatan ini hanya seminggu, jadinya tiap peserta akan diberi waktu sekitar satu jam untuk tampil. Mereka sendiri akan tampil mulai pukul 14.00," ujarnya.

Dewan juri adalah Ann Lee asal Malaysia. "Lalu yang sedang dikonfirmasi juga berasal dari Malaysia adalah JO Arkansas dan untuk asal Lampung, hingga sekarang belum bisa disebutkan namanya. Mereka berpengalaman dalam bidang penyutradaraan dan juga merupakan praktisi pers di Malaysia dan internasional. Sehingga diharapkan liga bisa lebih dikenal lagi di nasional bahkan internasional."

Adapun naskah yang disediakan adalah "Barabah" karya Motinggo Busye, "Malam Jahanam" karya Motinggo Busye, "Kisah Cinta Dan Lain-lain" karya Arifin C. Noer, "Pada Suatu Pagi" karya Arifin C. Noer, "Saijah dan Adinda" karya Max Havelar, dan "Pakaian dan Kepalsuan" karya Ahdiat. TYO/S-2

Sumber: Lampung Post, Kamis, 9 Agustus 2007

Lumbok Resort: Lambar Lengkapi Triangulasi Wisata

LUMBOK (Lampost): Lampung Barat melengkapi triangulasi tujuan wisata Lampung setelah Gubernur Sjachroedin Z.P. meresmikan Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort di tepian Danau Ranau, Pekon Lombok, Kecamatan Sukau, Rabu (8-8).

Triangulasi tujuan wisata itu, yakni Menara Siger--Taman Nasional Way Kambas--Lumbok. "Dengan konsep ini, ekowisata akan terbentuk sekaligus memadukan pengembangan pariwisata Lampung," kata Bupati Lambar Erwin Nizar pada peresmian tersebut.

Erwin menjelaskan Lampung mempunyai sejumlah kawasan wisata bertaraf internasional, seperti Anak Gunung Krakatau dan Taman Nasional Way Kambas. Pemprov juga telah membangun Menara Siger di Bakauheni yang menjadi ikon masyarakat Lampung.

Untuk mengiringi langkah tersebut, Pemkab Lambar melakukan terobosan dengan membangun Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort. "Kawasan ini nantinya mendukung triangulasi tujuan wisata Lampung; Menara Siger--Taman Nasional Way Kambas--Lombok," ujarnya.

Secara keseluruhan, Kawasan Wisata Terpadu Seminung Lumbok Resort memiliki luas 15 hektare. Akan tetapi, yang termanfaatkan baru 1,8 ha. Sesuai dengan masterplan, kawasan wisata ini dilengkapi fasilitas rekreasi danau, showroom, resto-cafe, dan kebun buah, spa, relaksasi, sarana olahraga, dan penambahan bangunan cottage.

Pada peresmian itu, Gubernur Sjachroedin meminta seluruh jajarannya mendukung pengembangan kawasan wisata tersebut. "Dinas Perkebunan bisa mengembangkan agrowisata untuk mendukung pengembangan potensi di kawasan ini," kata dia.

Peresmian ditandai pemecahan kendi dan penandatanganan prasasti oleh Gubernur dihadiri sejumlah pejabat Pemprov dan kabupaten/kota.

Untuk meramaikan kegiatan tersebut, Pemuda Pemudi Peduli Danau Ranau (P3DR) menggelar berbagai perlombaan yang dikemas dalam Gebyar Pesona Lombok Ranau 2007, di antaranya triatlon tradisional, tarik tambang perahu, perahu motor, dan jukung hias. Sementara itu, penerbang paralayang Anwar Suryamataram, Edwin, Waras, Budi Martah, dan Ryan mengitari Danau Ranau dengan paramotor. HEN/U-2

Sumber: Lampung Post, Kamis, 9 Agustus 2007

August 8, 2007

Festival Stabas Meriah: Lampung Barat Memiliki Potensi, Namun Belum Dikunjungi Wisatawan

Liwa, Kompas - Festival Teluk Stabas yang dibuka Gubernur Lampung Sjachroedin ZP di Lapangan Merdeka Liwa, Lampung Barat, berlangsung meriah. Festival tahunan yang diselenggarakan Pemkab Lampung Barat tersebut, dilaksanakan untuk memperkenalkan budaya dan kesenian tradisi Lampung Barat.

"Festival ini sengaja diselenggarakan untuk memperkenalkan, melestarikan, dan mengembangkan budaya dan tradisi Lampung Barat. Apalagi Lampung Barat saat ini sedang menggalakkan kawasan wisata terpadu untuk mendorong pertumbuhan pariwisata di Lampung Barat," kata Sjachroedin ZP, Selasa (7/8) saat membuka festival tersebut.

Pada kesempatan itu Sjachroedin juga menyebut, Lampung Barat memiliki potensi alam seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan kekayaan flora dan fauna; keindahan alam berupa Danau Ranau-Lumbok, Tanjung Setia yang terkenal dengan ombak yang cocok untuk kegiatan surving, dan pantai barat yang memiliki keindahan matahari terbenam yang indah; serta potensi budaya tradisi pesisir yang kuat.

Potensi tersebut sudah selayaknya diangkat dan dijadikan ikon pariwisata, selain Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur dan Menara Siger di Lampung Selatan.

Belum banyak wisatawan

Bupati Lampung Barat Erwin Nizar mengatakan, meski Lampung Barat memiliki keanekaragaman potensi alam dan budaya, namun belum banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara. Hal itu karena 70 persen wilayah Lampung Barat merupakan wilayah hutan taman nasional yang tidak bisa dibuka secara bebas untuk akses jalan.

"Untuk itu kami berencana menyiapkan akses lain seperti lapangan udara. Supaya turis asing dan domestik bisa dengan mudah menjangkau Lampung Barat," katanya.

Pembukaan Festival yang dimulai pukul 15.00 dan berakhir pukul 16.30 itu juga dimarakkan kehadiran karnaval budaya tradisi dari 17 kecamatan di Lampung Barat. Masing-masing kecamatan menampilkan potensi budaya sesuai ciri khas daerah masing-masing kecamatan.

Pembukaan festival tersebut semakin meriah dengan munculnya tarian sekura. Tarian tersebut biasa dibawakan pemuda pemudi Lampung Barat untuk merayakan kemenangan menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Tarian itu biasa dilakukan selama lima hari berturut-turut usai puasa hari terakhir dan dibawakan dari desa ke desa.

Teluk Stabas

Nama festival teluk stabas diambil dari nama sebuah teluk di Krui. Sesuai jadwal, Festival Teluk Stabas ke-10 akan berlangsung hingga Sabtu (11/8).

Berbagai acara akan memeriakan festival tersebut, antara lain lomba jelajah alam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Festival Layang-layang, upih ngesot atau kegiatan panen padi di rawa, dan lomba panjat damar.

Ratusan warga Liwa dan puluhan turis asing asal Kanada dan Australia, terlihat antusias menonton pembukaan festival. Mereka menyambut meriah pertunjukan yang disuguhkan.

Sjachroedin dan Erwin optimistis, festival itu akan mampu mengangkat pariwisata Lampung Barat, bahkan Lampung secara umum. (hln)

Sumber: Kompas, Rabu, 8 Agustus 2007

Wisata: Gubernur Resmikan Seminung Lumbok Resort

SUKAU (Lampost): Gubernur Lampung, menurut rencana, hari ini (8-8), meresmikan kawasan wisata terpadu Seminung Lumbok Resort di Pekon Lumbok, Sukau, Lampung Barat (Lambar).

Diperoleh penjelasan, kawasan wisata tersebut dibangun menggunakan dana APBD kabupaten sebesar Rp20 miliar lebih.

Bupati Kabupaten Lampung Barat Erwin Nizar mengatakan kawasan wisata Seminung Lumbok Resort memiliki keluasan 16 hektare dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti hotel, cottage, restoran, dan ruang pertemuan.

Keberadaan kawasan ini diharapkan bisa menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Lampung Barat. Dan ke depan, bisa mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD), serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.

"Pemkab juga telah membentuk kelompok masyarakat sadar wisata dari berbagai kompenen masyarakat. Sehingga masyarakat sekitar kawasan bisa ikut membantu memajukan daerah tersebut," katanya.

Menurut Bupati, peresmian kawasan wisata terpadu dikaitkan dengan Festival Teluk Stabas X, yang memang merupakan kalender tahunan Pemkab Lampung Barat.

Dalam rangkaian Festival Teluk Stabas acara yang diadakan selain pawai budaya yang diikuti 17 kecamatan, juga lomba-lomba tradisional di antaranya panjat pohon damar, panjat pohon pinang serta atraksi topeng (sakura).

"Dengan adanya kawasan wisata yang mengandalkan keindahan Danau Ranau serta Gunung Seminung, bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke Lampung Barat," katanya.

Untuk memudahkan wisatawan berkunjung ke kawasan wisata tersebut, Pemkab telah memperbaiki infrastruktur berupa pelebaran jalan, dari empat meter bentang jalan menjadi enam meter.

Rangkaian peresmian kawasan wisata terpadu Seminung Lumbok Resort juga diisi event lomba perahu motor dan jukung hias, tarik tambang jukung yang diikuti pria dan wanita serta triatlon tradisional oleh Pemuda Pemudi Peduli Danau Ranau (P3DR). n HEN/D-2

Sumber: Lampung Post, Rabu, 8 Agustus 2007

August 7, 2007

Festival Teluk Stabas: Menyaksikan Kekayaan Alam dan Budaya Lambar*

FESTIVAL Teluk Stabas (FTS) ke-10 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat (Lambar) di Lapangan Merdeka, Kota Liwa di Lambar, Selasa (7/8) sore, berlangsung semarak dan ditonton ribuan warga, termasuk belasan turis asing.

Foto-foto dari situs Lampung Barat.


FTS ke-10 yang berlangsung hingga Sabtu (11/8), dibuka Gubernur Lampung Sjachroedin ZP didampingi isterinya Ny Trully Sjachroedin, dengan pelepasan burung merpati dan balon terbang dengan spanduk bertuliskan FTS 2007.

Kendati lapangan tetap saja berdebu yang beterbangan, walaupun bagian tengah depannya telah disiram air sebelumnya, pembukaan FTS ke-10 itu tetap meriah, dan menjelang usai setelah berjalan sekitar satu jam lebih, hujan cukup deras turun.

Sejumlah atraksi menarik dan khas ditampilkan pada pembukaan FTS itu, di antaranya adalah tampilan Tari Sekura (topeng) dan gelar budaya dari 17 kecamatan se-Lampung Barat.

Di tengah acara juga ada atraksi paramotor di udara sekitar lapangan itu, termasuk kehadiran belasan turis asing dari Australia dan Kanada yang ikut menari topeng bersama Gubernur Sjachroedin dan Bupati Lambar Erwin Nizar T, beserta pejabat sipil dan TNI di Lampung dan Lambar.

Dalam acara itu juga ditampilkan dua potong kue tart tradisional raksasa dari Lampung Barat yang dipotong Gubernur dan isterinya, untuk kemudian dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar.

Kue itu pun jadi rebutan warga terutama anak-anak dan juga orang dewasa, untuk dapat menikmatinya.

Ribuan warga Lambar menonton acara pembukaan FTS ke-10 itu di sekitar lapangan dan arena upacara maupun dari rumah panggung di sekitar lapangan, di ibukota kabupaten yang pernah dilanda gempa hebat 6,5 SR pada 15 Februari 1994 yang menewaskan ratusan orang.

Pesta Sekura

"Pesta Sekura" atau pesta topeng yang merupakan salah satu bentuk budaya asli masyarakat Lampung, khususnya Lampung Barat, yang masih dilestarikan sampai sekarang bisa menyedot perhatian pengunjung pada Pembukaan FTS ke-10 itu.

Atraksi Sekura, dengan aneka topeng yang ditampilkan pada awal, di tengah dan akhir acara yang dihadiri Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan Bupati Lambar Erwin Nizar T itu menjadi perhatian pengunjung yang berkerumum di sekitar tenda tamu dan undangan maupun sekeliling Lapangan Merdeka Kota Liwa itu.

Gubernur Sjachroedin, Bupati Erwin Nizar, Wakil Bupati Mukhlis Basri, Ketua DPRD Lambar Dadang Sumpena dan pejabat beserta isteri, serta beberapa turis asing dari Kanada dan Australia ikut berbaur memakai topeng dan berjoget dengan para penari ber-Sekura itu.

Pesta Sekura biasanya dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Fitri dari 1 Syawal hingga 5 Syawal atau lebih, yang secara bergantian dilaksanakan dari pekon (desa) ke pekon lainnya.

Pesta itu merupakan ungkapan kegembiraan dalam menyongsong datangnya Idul Fitri, setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Sekura adalah topeng atau penutup muka, untuk mengubah penampilan yang menggambarkan suasana gembira dan kebebasan berekspresi maupun berkreasi dalam suatu kebersamaan kelompok.

Terdapat dua jenis Sekura, yaitu Sekura Kecah/Sekura Betik (memakai penutup muka dan rumbai-rumbai kian panjang) dan Sekura Kamak/Kotor (memakai penutup muka topeng kayu serta penampilan yang kumal (kotor), dengan menggunakan rumbai tumbuh-tumbuhan yang dibawa menghiasi badannya.

Sekura Kamak menggambarkan sifat yang lucu dan sebagai jawara (panjat pinang), sedangkan Sekura Betik bersifat sebagai penghibur.

Pesta Sekura itu, diakhiri dengan panjat pinang yang berisikan berbagai hadiah di pucuknya.

Pesta topeng itu diproduksi oleh Sanggar Seni Kayangan Lampung Barat yang diasuh Sanggar Seni Stiwang, pimpinan Ny Yurida Erwin Nizar, penata tari Edwardsyah Ma'as dan penata musik Endang Guntoro.

Lomba Pacu Kambing

Lomba Pacu Kambing dan beberapa kontes serta lomba khas dan tradisional meramaikan pelaksanaan Festival Teluk Stabas (FTS) ke-10.

Staf Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lambar Basuki Rahmat mendampingi Kabag Humas Damri Alamsyah di Liwa menyebutkan, agenda Lomba Pacu Kambing pada Jumat (10/8) di lapangan sepakbola Pemkab Lambar.

FTS ke-10 yang berlangsung 7-11 Agustus 2007 akan diramaikan pula Atraksi Sekura, tari massal, paramotor, atraksi spektakuler, dan pawai budaya pada pembukaan.

Dalam agenda FTS yang disebutkan Gunawan Rasyid, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Promosi dan Investasi Lampung Barat selaku Ketua Pelaksana Festival tahunan itu, tergelar pula Lomba Nyambai, Hadra, Muayak (7-8/8).

Kemudian di Bumi Perkemahan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), pada Rabu (8/8), diadakan pula Lomba Jelajah Alam TNBBS.

Agenda lain, di antaranya Eksibisi Arung Jeram dan Kontes Burung Berkicau (8/8), Lomba Lagu Lampung, Festival Layang Layang, Lomba Voli Pantai, Upih Ngesot (9/8).

Lomba Pacu Kambing dan Olahraga Tradisional Kuda Buta (10/8), Festival Kapal Motor Hias, Triathlon tradisional (8/8), Lomba Tari Kreasi, Lomba Panjat Damar, dan Lomba Khika Tengguling (10-11/8).
FTS ke-10 akan ditutup pada Sabtu (11/8), di lapangan Merdeka Liwa.

Bersamaan FTS itu, juga siap diresmikan Kawasan Wisata Terpadu (KWT) di Lumbok yang berada di areal sekitar Danau Ranau di Lampung Barat itu, pada Rabu (8/8).

Potensi Wisata Lambar

Gubernur Lampung Sjachroedin ZP memotivasi jajaran Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (Pemkab Lambar) agar menyelenggarakan Festival Teluk Stabas (FTS) yang tidak kalah bersaing dengan Festival Danau Toba di Sumatera Utara.

"Jangan pernah kalah dengan Festival Danau Toba. Apalagi Lampung Barat juga memiliki Danau Ranau dan juga Pulau Pisang, dan potensi wisata unggulan lainnya," ujar Gubernur.

Menurut dia, Lambar memiliki potensi wisata yang tidak akan kalah dengan Danau Toba di Sumatera Utara itu.

"Apa yang mereka punyai, di sini kita juga punya," tegas Sjachroedin yang kedatangannya di lapangan itu disambut Tari Sekura (Topeng), tarian khas dari Lampung Barat yang masih dilestarikan turun temurun.

Sjachroedin juga menyatakan, apa yang sebelumnya terus didorong-dorong, saat ini di Lambar mulai memberikan bukti, di antaranya adalah dengan kehadiran para turis asing dari Australia dan Kanada.

"Apalagi kalau lapangan terbang di Pekon Serai di sini sudah jadi, akan semakin banyak wisatawan datang ke daerah ini," katanya.

Berkaitan dengan kondisi alam di Lambar -- sekitar 42,81 persen kawasan non budidaya, yang dapat diusahakan hanya 23,22 persen dan luas hutannnya sebanyak 76,78 persen dari total wilayah 495.040 ha -- ia mengingatkan selain kelemahan, pasti terdapat kelebihan dari wilayah kabupaten itu.

Salah satunya, lanjut Gubernur, adalah potensi wisata dan alam yang terdapat di Lambar dan belum optimal pemanfaatannya.

Menurut Bupati Lambar Erwin Nizar T, FTS ke-10 itu bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata Lambar yang sekaligus menjadi objek wisata unggulan daerah Lampung.

Nama Teluk Stabas diambil dari salah satu kawasan Teluk di Krui-Lambar yang menjadi tempat berlabuh kapal Belanda dan asing di sana sejak zaman dulu, sehingga terus digunakan namanya karena telah dikenal kalangan dunia internasional.

Bupati menyebutkan pula salah satu objek wisata selancar (surfing) dan selam (diving) di Pekon Tanjung Setia di Pesisir Selatan Lambar, juga telah dikenal oleh para peselancar dunia.

"Kami juga sudah undang salah satu pengusaha wisata di Bali, Zaenal Thaeb, untuk dapat mengembangkan wisata Danau Ranau dan objek wisata surfing serta pengembangan wisata kawasan Pulau Pisang di sini," jelas Erwin lagi.

* Diolah dari Lampung Post, Radar Lampung, dan LKBN Antara, Selasa, 7 Agustus 2007