BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan seni di perguruan tinggi (PT) penting untuk membentuk manusia seutuhnya. Dengan demikian, mereka tidak hanya berintelektual tinggi, tapi juga memiliki kepandaian emosional dan spiritual.
Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Syarifuddin Basyaar, mengemukakan hal tersebut usai pementasan monolog yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Impas STAIN Jurai Siwo di Gedung PKM Unila, Kamis (31-1) malam.
Dia menjelaskan kesenian merupakan subtansi sebuah pendidikan. "Karena itu kegiatan seni sangat baik untuk perkembangan kepribadian mahasiswa. Sebab, kesenian membentuk manusia menjadi seutuhnya."
Untuk itu Syarifuddin sangat mendukung kegiatan seni yang diselenggarakan mahasiswa STAIN Jurai Siwo. "Malahan saya menginginkan mahasiswa tidak terisolasi dari dunia luar. Maka saya mengajak mereka bisa bersosialisasi dengan seniman-seniman di Kota Bandar Lampung, hingga Jakarta dan Bandung untuk menimba pengalaman."
Sebab, selama ini pendidikan kesenian masih dipandang belum begitu penting. "Padahal pendidikan kesenian itu bisa membentuk karakter mahasiswa sehingga dia bisa menjadi manusia yang bermartabat," ujar Syarifuddin.
Sebagai wujud keseriusan pada penerimaan dosen beberapa waktu lalu, pihaknya mencari lulusan S-2 kesenian untuk menjadi dosen di tempatnya. "Awalnya banyak yang mempertanyakan mengapa saya mencari dosen kesenian untuk di STAIN. Setelah dijelaskan, mereka mengerti. Sebab, saya memang ingin mahasiswa STAIN bisa mendapatkan bimbingan kesenian dari yang memiliki pengetahuan di bidangnya," ujar dia.
Penyair Lampung Iswadi Pratama, setuju dengan pendapat Syarifuddin. "Selama ini sistem pendidikan yang ada di Indonesia lebih mengedepankan kemampuan kognitif. Sementara itu, kemampuan afektifnya selama ini tidak tergarap dengan baik. Kesenian menjadi salah satu jembatan untuk mencapai kemampuan afektif tersebut."
Apalagi, menurut dia, dengan kesenian, kemampuan emosional dan spiritual bisa dicapai. "Jadi hendaknya yang harus diubah adalah paradigma dalam memandang seni itu sendiri. Sebab, selama ini seni hanya dipandang sebatas pementasan tari atau pertunjukan teater. Padahal, dampak yang dirasakan lebih panjang. Karena pendidikan kesenian membangun manusia tidak secara instan, tapi membutuhkan waktu panjang untuk melihat hasilnya," ujar Iswadi. TYO/S-2
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 2 Februari 2008
No comments:
Post a Comment