BANDAR LAMPUNG (Lampost): Lagu Lampung merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang harus ditumbuhkembangkan dan dilestarikan. Sebab, di tengah gempuran globalisasi yang menderas, lagu ini bisa menjadi satu kekuatan lokal sebagai ikon, karakteristik ataupun jati diri daerah.
Ketua Sanggar Waya Kenyangan, Nurdin Darsan, mengemukakan hal tersebut saat ditemui di sela-sela pengambilan suara dan gambar pendokumentasian lagu-lagu Lampung di Kompleks GOR Saburai, akhir pekan ini. Pelestarian lagu tersebut perlu melalui pendokumentasian agar bisa dijadikan media sosialisasi karya-karya seniman Lampung. "Selain itu juga, lewat lagu bisa disampaikan nilai-nilai kearifan yang dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan semangat berbangsa dan bernegara," kata dia.
Sementara itu, pimpinan produksi, Syafril Yamin, mengemukakan pendokumentasian lagu-lagu Lampung tradisional ini dilakukan agar lagu Lampung yang memiliki fungsi strategis ini tetap bisa dinikmati masyarakat. "Untuk itulah Sanggar Waya Kenyangan tergerak melakukan pendokumentasian agar lagu Lampung terus tumbuh-berkembang dan dilestarikan," ujar dia.
Apalagi, menurut Ketua Komite Tradisi Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini, Lampung memiliki banyak ragam lagu baik dari Lampung Pepadun hingga Saibatin. "Untuk itu Sanggar Waya Kenyangan yang berasal dari Lampung Barat (Lambar) mendokumentasikan lagu Lampung tradisional seperti Lampung Barat Sai Betik, Patah Junjungan, Anak Ngugha, Temu Judu, Di Pulayan, Meghanai Jebus, Lipang Lipang Dang, Ngebiti Dighi, Minyak Campogh Way, dan Tigham Jauh," ujar Syafril.
Kegiatan ini mengusung penyanyi Leniar, Zubaidi, dan Nurdin Darsan.
Sementara itu, kegiatan pendokumentasian ini mengambil lokasi di berbagai tempat wisata di Lampung, di antaranya kawasan Wisata Lumbok dan Puncak Pas di Lambar, serta kawasan PKOR Way Halim. TYO/S-2
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 8 Maret 2008
No comments:
Post a Comment