-- Helena Nababan
SELAIN dikenal sebagai lokasi sekolah gajah, Lampung juga dikenal akan duriannya. Di antara berbagai nama durian, durian lampung memiliki ”nama” di kalangan penggemar durian sehingga mengundang orang datang dan datang lagi ke Lampung demi menikmati durian.
Tugu durian di kawasan Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung, Kamis (12/2). Kawasan itu dikenal sebagai salah satu sentra durian lampung di Provinsi Lampung. (KOMPAS/HELENA F NABABAN)
Durian merupakan tumbuhan tropis dengan nama ilmiah Durio zibethinus. Di Indonesia, masyarakat mengenal durian dalam aneka ragam nama disesuaikan dengan jenis atau kultivar. Hal itu di antaranya durian monthong, petruk, sukun, sunan, dan sitokong, sementara dari lokasi produksi, masyarakat Indonesia mengenal durian jepara, lampung, padang, medan, atau bengkalis.
Ketika penggemar berat durian mengatakan, durian lampung berarti itu durian yang tumbuh dan diproduksi di wilayah Lampung. Masyarakat Lampung mengenal durian lampung dengan nama durian Putra Alam. Adapun jenisnya terkadang tidak hanya pembeli, bahkan pedagang pun tidak bisa mengetahui persis apakah durian itu monthong atau sukun saking sudah bercampurnya jenis durian.
Apabila berkesempatan ke Bandar Lampung, Anda dengan mudah akan menemukan sentra durian Lampung. Wilayah penghasil durian terletak di Desa Tanjung Alo, Kelurahan Kemiling, dan di Sukadanaham, Kecamatan Tangjungkarang Barat, Bandar Lampung. Sentra pemasaran yang paling dikenal ada di Jalan Radin Imba Kesuma, Sukadanaham, dan Jalan Way Halim, Bandar Lampung.
Setiap musim durian tiba, yang kebetulan selalu bertepatan dengan musim liburan, aneka jenis mobil bernomor polisi luar Lampung, seperti Jakarta, Bogor, dan Banten, bahkan dari Bandung, bisa ditemui berderet di Jalan Raden Imba Kesuma atau Way Halim.
Untuk menuju Jalan Raden Imba Kesuma, yang terletak di perbukitan, Anda bisa mengambil arah dari Jalan Cut Nyak Dien dan berbelok ke arah Jalan Agus Salim. Setelah mendaki sesaat, jalan tersebut akan membawa Anda ke pertigaan yang menghubungkan Jalan Agus Salim dengan Jalan Ridwan Rais dan Jalan Radin Imba Kesuma.
Di tengah-tengah pertigaan tersebut berdiri tegak Tugu Durian. Apabila sudah menemukan tugu tersebut, artinya Anda sudah memasuki wilayah sentra produksi sekaligus pemasaran durian.
Mudah ditemukan
Kawasan Way Halim dengan mudah ditemukan apabila Anda memasuki Bandar Lampung melewati Jalan Soekarno-Hatta dari arah Pelabuhan Bakauheni. Sentra durian Way Halim terletak di sepanjang jalan menuju hutan kota Way Halim.
Seperti terlihat Sabtu (7/2) di kanan-kiri Jalan Raden Imba Kesuma pedagang durian dengan lapak-lapaknya menjajakan durian lampung. Terkadang di antara sajian gunungan durian itu, pedagang juga melengkapi dagangan dengan petai, buah manggis, dan cempedak.
Diamati sekilas, pemilik mobil yang memarkir kendaraan di sepanjang jalan itu bukan hanya menikmati durian lampung, tetapi juga menikmati pemandangan perbukitan Sukadanaham yang kental dengan nuansa pedesaan yang asri dengan udara sejuk.
Teguh P, warga Kampung Sawah, Bandar Lampung, salah satu pembeli yang mengaku penggemar berat durian dan ditemui tengah menyantap durian bersama kawan-kawannya, mengatakan, sebagai warga Lampung, ia sama saja dengan warga luar Lampung yang datang ke Bandar Lampung khusus untuk menikmati durian.
”Setiap musim durian tiba, kami tidak pernah absen menikmati rajanya buah ini,” ujar - nya sambil menghitung durian yang ia makan.
Sebagai penggemar berat durian, ia mengaku pernah makan durian dari beberapa jenis, seperti monthong, durian bengkulu, hingga durian bangkok. Namun, dari semua jenis tersebut, dia lebih menyukai durian lampung.
Ia beranggapan, durian lampung sangat enak, manis, legit, dan cocok disajikan kapan pun dalam kesempatan apa pun. ”Besaran gelondong buah bervariasi, tetapi begitu mendapatkan buah yang matang, kita akan menemukan daging buah tebal kekuningan dengan biji yang kecil. Manis dan mantap r a sa ny a , ” ujar Teguh.
Rasanya memang tidak berlebihan kalau durian lampung mampu menarik perhatian warga daerah lain. Nurhayati (24), warga Medan, tertarik makan durian lampung setelah kawannya bercerita tentang enaknya durian lampung. ”Saya baru sekali ini mencoba makan durian lampung. Rasanya mantap,” ujar Nurhayati.
Sementara Dudi, warga Garut, Jawa Barat, berburu durian adalah hal wajib yang harus dilakukan setiap kali ke Bandar Lampung. ”Rasa manis daging durian lampung dengan warna kuning tembaga itu mengundang saya untuk datang,” ujar Dudi.
Menurut dia, durian lampung memiliki citarasa berbeda dibandingkan dengan durian dari daerah lain. Ia puas karena selain rasa yang enak, ia juga tidak keberatan dengan harga yang ditawarkan pedagang.
Di dua sentra pemasaran itu, durian didatangkan langsung dari kebun-kebun durian warga Sukadanaham. Satu gelondong kecil dijual dengan harga Rp 7.500, gelondong sedang Rp 15.000, dan gelondong besar sekitar Rp 30.000. Harga tersebut bukan harga mati. Bagi Anda yang pandai menawar, silakan uji kemampuan menawar durian di sini.
Tentunya, ini tawaran yang menggiurkan bagi Anda penggemar berat durian.
Buah musiman
M Husein (43), warga Kali Awi, Tanjungkarang Pusat, yang menjadi pedagang durian selama 18 tahun di kawasan itu, mengatakan, musim durian di Lampung dimulai setiap bulan November.
Menurut Husein, apabila pendatang mengunjungi Bandar Lampung di luar bulan November- April dan mendapati durian, itu biasanya berasal dari daerah lain, seperti Bengkulu atau Kota Agung, Lampung Utara. Namun, penggemar berat durian lampung tahu persis, mereka akan datang pada bulan November- April untuk menikmati durian asli Lampung.
Produksi durian sangat dipengaruhi curah hujan. Semakin banyak curah hujan, produksi durian menurun. ”Bunga yang siap berubah rontok karena hujan. Akibatnya, produksi menurun,” ujar M Husein.
Apabila curah hujan sedang, produksi durian bisa dipastikan melimpah. Bahkan, durian bisa dipanen sampai bulan April. Artinya, semakin lama penggemar durian bisa menikmati buah yang dikenal sebagai rajanya buah- buahan itu.
Khusus tahun ini, kata Husein, ia menyarankan penggemar durian lampung datang ke Lampung sebelum akhir Februari 2009. Musim durian lampung tahun ini diperkirakan berakhir lebih cepat karena curah hujan tinggi sehingga produksi turun.
Nah, apabila Anda berkesempatan mengunjungi Bandar Lampung, jangan lupa mampir di dua sentra pemasaran tersebut. Selain menikmati durian dalam versi segar, Anda juga bisa membawa pulang durian olahan.
Masyarakat Lampung biasa mengolah durian menjadi makanan, di antaranya tempoyak, dodol durian, lempok durian, kolak durian, hingga permen durian. Makanan olahan ini bisa didapatkan di sentra oleh-oleh dan jajanan tradisional Lampung.
Saking terkenalnya durian lampung dan Sukadanaham sebagai penghasil durian, Pemkot Bandar Lampung berupaya mengangkat daerah tersebut sebagai kawasan agrowisata durian. Tugu durian yang disebut sebagai penanda sentra durian merupakan salah satu upaya didirikan 5 Februari 2008.
Menyusul ide tersebut, Pemkot Bandar Lampung mengimbau warga desa Sukadanaham merawat dan memelihara pohon durian yang tumbuh di kebun masing-masing. Semoga saja, selain makan durian di dua sentra pemasaran, nantinya Anda juga bisa langsung datang ke kebun penduduk dan makan durian matang langsung dari pohon. (HLN)
Sumber: Kompas, Rabu, 18 Maret 2009
Saya pernah melakujkan perjalanan dari Liwa ke Krui melintasi hutan di Taman Nasional Bukit Barisan. Dari dalam hutan ada Bapak-bapak menggendong durian yang katanya dari jenis durian sejabat. Nikmatnya.... jangan tanya, coba aja... pasti nyari lagi. Soal harga... gak masuk akal. Sekeranjang berisi antara 10 - 12 hanya disuruh bayar Rp. 50.000,- itu aja kata orang Krui mahal. Ini benar-benar durian booo. Promosikan, jangan kalah pamor ama durian bangkok.
ReplyDeleteIya betul. Saya orang Liwa. Kebetulan sering beli durian kalau melintas mau ke Krui.
ReplyDelete