SEJENAK mari melirik Kampoeng Lestari. Wisata alam yang ada di Tahura (Taman Hutan Rakyat) Wan Abdurrahman ini tidak hanya memberikan kepuasan berwisata. Di sini, pengunjung juga akan menyaksikan kekayaan hayati dan nilai eksotis alam pegunungan.
Alam memberikan anugerah tak terbatas. Tapi ketika keindahannya dieksploitasi, justru membuat jauh dari kesan indah alami. Tak jarang objek wisata yang semula bagus, setelah dikelola dengan berbagai modifikasi, justru keindahannya pudar. Umpama perawan desa yang rupawan, ketika didandani dengan make-up berlebihan, lenyap auranya.
Pengelola objek wisata mayoritas punya orientasi keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Untuk menarik pengunjung, objek wisata sering dieksploitasi berlebihan. Bahkan, tak sedikit yang dilengkapi fasilitas yang justru mengurangi nilai objek wisata tersebut. Alhasil, banyak tempat wisata yang justru mendapat label tempat maksiat.
Tak jarang renovasi yang dilakuakan juga bertentangan kaidah alam, seperti pelestarian, penghormatan, dan penjagaan terhadap alam.
Hal ini justru menjauh dari tujuan utama pelancong untuk bermanja ria dengan keaslian alam setelah penat bergelut dengan rutinitas hidup.
Itu objek wisata yang biasa dikelola investor dengan orientasi keuntungan, bagaimana dengan objek wisata yang dikelola masyarakat yang notebene punya kepentingan terhadap alam tempat tinggalnya. Bukan kebutuhan keindahan semata, melainkan keberlangsungan hidup di masa mendatang.
Kampoeng Lestari, kawasan wisata alam yang dikelola Kelompok Sistem Hutan Kerakyatan Lestari (SHK Lestari) di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran adalah "wakil" dari objek wisata lestari yang sesungguhnya. Di belantara alam yang cukup lestari, kita dapat jumpai kearifan lokal dan spekta alam yang mencengangkan. Sunset dan sunrise dengan background Teluk Lampung menjadi daya tarik tersendiri.
Pesona Bandar Lampung jika dilihat dari kejauhan pada malam hari dengan kerlip lampu menjadi kelangen bagi pemuja alam. Lebatnya hutan tropis lengkap aransemen cenggerek dan burung hutan menjadikan suasana damai. Sambil memanjakan telinga, jika lewat pada waktu yang tepat, mata pun bisa mengamati berbagai aktivitas satwa langka, seperti beruang madu, burung rangkok, rusa, napu, dan lainnya.
Jika bertandang pada musim panas, Kampoeng Lestari dipercantik dengan mekarnya bunga bangkai di setiap penjuru. Dan bagi pencinta tanaman hias, berbagai jenis anggrek liar akan membetot mata disertai decak kagum. Tak ketinggalan pesona kantong semar dan Lembah Seribu Bunga yang menyerupai taman-taman di Negeri Sakura. Tapi, Anda harus menahan diri karena seluruh kekayaan alam di sini hanya diperbolehkan dilihat dan dikagumi. Dan menjadi larangan untuk membawa meski sejumput rumput.
Bagi Anda yang penat dengan pola hidup individualis di kota-kota, di Kampoeng Lestari, kehidupan petani hutan yang arif dan bersahaja akan menuntun kita bersikap hidup lebih bijak. Kenangan di kampung yang hangat dan ramah dengan senyum-senyum tulus yang menyambut setiap pendatang kita rasakan di sini.
Bersama petani hutan, kita akan belajar bagaimana bercocok tanam, menjaga hutan, melestarikan mata air, dan sepenuhnya sadar bahwa air jernih di Bandar Lampung yang selama ini kita minum tak lepas dari peran para petani yang bersusah payah menjaga hutan ini. Andai mereka hitung-hitungan dengan apa yang telah dilakukan, mungkin penduduk di perkotaan (Bandar Lampung dan sekitarnya) tak cukup hanya mengucapkan terima kasih atas sumbangsih kehidupan yang telah diberikan.
Jika Anda telah mencapai puncak, air terjun dengan berbagai ketinggian menanti untuk disinggahi. Gua Kelelawar dan gua Macan pun menjadi salah satu agenda yang sayang untuk dilewatkan. Bagi Anda yang ingin menikmati wisata rohani, beberapa tempat ziarah pun dapat menjadi agenda saat bertandang di Kampoeng Lestari.
Pada musim durian, pesta raja buah yang jatuh langsung dari pohon (tanpa diperam) menjadi daftar yang sayang untuk dilewatkan. Anda bisa mengajak orang-orang tercinta menikmati acara berlibur penuh sensasi. Untuk orang-orang dekat yang teringgal di rumah, Anda bisa membawakan oleh-oleh yang dibuat tangan-tangan perempuan yang telaten memukul emping. Juga kopi bubuk asli yang pasti membuat Anda ketagihan.
Untuk menuju Kampoeng Lestari, dari arah Bandar Lampung Anda bisa menumpang DAMRI jurusan Rajabasa--Hanura. Jaraknya sekitar 20 kilometer. Butuh waktu sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan pribadi. Sesampai di Hanura, tersedia ojek menuju Kampung Siliwangi. Dari Kampung Siliwangi, ada beberapa alternatif menuju Kampoeng Lestari.
Bagi Anda yang ingin bertualang, berjalan kaki adalah pilihan yang tepat. Di tengah perjalanan tersedia home stay untuk melepas penat. Bagi Anda yang enggan berpeluh, jasa ojek yang murah dan ramah pun dapat menjadi pilihan. Dan bagi yang ingin memanjakan diri dan berfantasi ria, Anda bisa menyewa kuda. Sepanjang perjalanan, Anda akan ditemani pemandu wisata yang bisa menginformasikan seputar objek wisata yang Anda tuju. n SUSILOWATI/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 Maret 2009
No comments:
Post a Comment