BANDAR LAMPUNG (Lampost): Personel Hijau Daun memuji band-band indie Lampung karena punya kualitas, power, dan karakter yang sangat khas.
Tiga faktor itu modal yang kuat untuk bersaing dengan grup musik dari daerah lain, khususnya Jawa. "Band-band indie Lampung berpotensi besar karena style-nya sangat beda," ujar Dide, vokalis Hijau Daun, saat dihubungi Lampung Post, kemarin.
Pujian Dide tentu bukan basa-basi di atas pentas. Sebab, Hijau Daun pun tadinya berangkat dari band indie. Begitu pula Kangen Band yang sudah lebih dulu mengentak belantika musik Tanah Air.
Malam ini, Hijau Daun yang digawangi Dide, Array dan Arya (gitar), Deny (drum), dan Richan (bas) pulang kandang untuk menyambangi fans dan masyarakat Lampung di Tugu Adipura, Bandar Lampung. Kepulangan anak-anak band asal Bumi Ruwa Jurai itu untuk memeriahkan HUT Kota Bandar Lampung ke-327 yang baru saja meraih Penghargaan Adipura.
Di mata Dide, kualitas band-band Lampung--seperti Pangeran, Coin, The President, The Potter, Sticker, Aliaz, atau b.a.g--tak kalah dengan band-band Jakarta, Bandung, atau Yogya.
"Tinggal bagaimana mengembangkan diri dan mau masuk major label," kata Dide yang tinggal di Jalan Mayjen Sutiyoso No. 84 Kotabaru, Bandar Lampung.
Sebelum meraih sukses, ungkap Dide, Hijau Daun cukup lama "mengamen" sebagai band indie lokal. Band yang kini bermarkas di Cibubur, Jabar, itu sempat merekam lagunya dalam Kompilasi Video Klip Indie Lampung. Bendera Hijau Daun baru berkibar pada April 2008 setelah Sony merekam album perdana Ikuti Cahaya.
Ia mengakui selama ini band-band di Jawa mendominasi belantika musik Tanah Air. Itu sebabnya, ketika sukses lewat single hits-nya, Suara (Ku Berharap), banyak yang mengira asal Hijau Daun dari Bandung.
Apa boleh buat, Dide dkk. perlu waktu ekstra meyakinkan publik bahwa Hijau Daun lahir dan dibesarkan di Bumi Ruwa Jurai. "Sewaktu konser di berbagai kota, banyak yang tidak tahu di mana Bandar Lampung. Mereka kira Lampung itu cuma hutan melulu."
Dide mengaku sangat bangga pada Lampung. Bangga jadi orang Lampung. Maka, setiap kali konser, ia tak lupa memakai syal sulaman usus etnik Lampung yang berwarna hijau. "Di panggung, saya berusaha jadi duta daerah untuk memperkenalkan Lampung," kata Dide.
Meski telah menembus pasar Ibu Kota dan merebut hati pencinta musik Indonesia, personel Hijau Daun mengaku lebih kerasan berada di Lampung. Dide pun berencana membuat base camp di Bandar Lampung. AST/X-2
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Juni 2009
No comments:
Post a Comment