BANDAR LAMPUNG (Lampost): Admi Syarif, peneliti dari Universitas Lampung, membuat kamus dan sarana pembelajaran multimedia bahasa Lampung dan software alih bahasa Indonesia-Lampung.
Tak dinyana, hasil penelitiannya memperoleh penghargaan dari Menristek di Hari Iptek Nasional, Selasa (11-8). Admi mengisahkan ikhwal penelitiannya itu dimulai ketika berada di Jepang, beberapa waktu lalu. Saat itu, ia mendengar kabar ada orang Jepang menulis buku tentang negaranya. Kebetulan Unila memiliki kerja sama dengan Kyoei Japan University dan Professor Yamazaki dari universitas itu.
Admi lalu mengundang profesor Jepang tersebut ke Lampung pada 2006. Keduanya berdiskusi dan menghasilkan kesimpulan untuk mendapatkan kembali apa saja budaya Lampung yang perlu direvitalisasi.
"Banyak ide waktu itu, di antaranya sistem informasi sosial budaya Lampung dan multimedia pembelajaran bahasa Lampung. Selain itu, kita ingin membuat film mengenai pembukaan ladang, pembukaan hutan dengan ritual-ritual animisme zaman dahulu, tapi sudah tak tahu doa-doanya. Pembiacaraan sampai ke situ," kata Admi, di ruang kerjanya, Selasa (11-8).
Lalu, ia membuat proposal. Namun, proposalnya lebih khusus tentang nasib aksara Lampung di sekolah-sekolah. "Pemda telah mewajibkan muatan lokal bahasa Lampung untuk SD, SMP. Namun, saya mendengar beberapa keluhan tentang susahnya mengajarkan bahasa Lampung," kata dia.
Selain itu, banyak siswa ketika ditanya tidak suka belajar bahasa Lampung, terutama kalangan pendatang. Peneliti dari Unila ini kemudian mengundang para tokoh Lampung, Dinas Pendidikan, budayawan, Dinas Pariwisata, dan Kantor Bahasa untuk bertemu dan mewujudkan rencananya membuat kamus bahasa Lampung. Namun, tidak ada solusi.
Akhirnya, dia memutuskan mengambil alih sendiri penyusunan kamus ini, dengan mengirim proposal ke Menristek. "Pada Maret 2007 diundang ke Jakarta untuk menjelaskan apa yang mau saya buat di situ," kata dia lagi.
Admi mengatakan waktu presentasi di Kementerian Riset dan Teknologi banyak peneliti mengusulkan macam-macam, mulai dari pembuatan kapal terbang hingga pesawat tak berawak. Ketika giliran dirinya menyampaikan presentasi, Admi mengatakan ingin merevitalisasi budaya Lampung, karena kondisi bahasa Lampung gawat sekali, hampir punah. Setelah dinilai para juri, akhirnya proposal saya disetujui. Ini untuk pertama kali Unila mendapat bantuan dari Divisi Budaya.
Timnya bekerja selama tiga bulan mengentri kata-kata kemudian mencari padanannya dengan bahasa Lampung. Bersama Vivit Bertofen Nurdin dan Yaser Wijaya, Admi mengundang beberapa narasumber membantu pekerjaan tersebut. "Sumber yang kita gunakan Syahmin, Jammaludin, Muchtar, Hasan, dan saya sendiri. Pekerjaan ini rampung akhir 2008, kemudian dua bulan yang lalu saya dipanggil ke Jakarta, karena karya kami menjadi nominator penghargaan dari Menristek dan akhirnya saya mendapatkan penghargaan tersebut. n MG14/S-1
Sumber: Lampung Post, Rabu, 12 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment