BANDAR LAMPUNG (Lampost): Wafatnya budayawan dan sastrawan W.S. Rendra meninggalkan kenangan mendalam bagi sastrawan dan seniman Lampung. Sebagai penghormatan kepada maestro sastra ini, mereka membawakan puisi dan sajak karya si Burung Merak pada Diskusi Mengenang Rendra di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unila, Selasa (11-8) malam.
Dengan penuh penghayatan, para penyair Lampung, membacakan karya-karya besar penyair legendaris itu pada acara yang digelar Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung (Unila) ini.
Diawali Oyos Saroso H.N., penyair yang juga jurnalis ini mengusung Sajak Bulan Mei. Lalu Eddy Samudra Kertagama membacakan puisi Doa untuk Anak Cucu.
Ada pula Iin Mutmainah yang membawakan Rick dari Corona. A.J. Erwin dan Iswadi Pratama dengan Pamflet Cinta. Sedangkan Pramudya Muchtar membacakan dua sajak bertajuk Surat Cinta dan Sajak Gadis dan Tuan Majikan. Sedangkan penari dan koreografer Harry Jayadiningrat mengawali pembacaan puisi dengan menembang dan menari. Harry membacakan sajak Peperangan Abimanyu. Sajak yang diciptakan Rendra untuk putranya Isaias Sadewa ini disampaikan dengan penghayatan total.
Tak ketinggalan Agus Sri Danar Dana, mantan Kepala Kantor Bahasa Lampung itu juga membacakan karya si Burung Merak bertajuk Rajawali. Pembacaan sajak dan puisi ini ditutup oleh Ari Pahala Hutabarat dengan Mengolah Gerak Nurani.
Diskusi yang didukung pula oleh Komunitas Berkat Yakin dan Kantor Bahasa Lampung ini menampilkan pembicara Oyos Saroso dan Iswadi Pratama dan dimoderatori Ari P. Hutabarat.
Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat yang hadir dalam diskusi tersebut, menilai W.S. Rendra adalah "raksasa kata-kata." Kata-kata yang tersirat baik dalam sajak dan puisinya sangat dahsyat. "Saya berharap Lampung dapat memberikan penghargaan meskipun kecil kepada Rendra. Rasa kemanusiaannya luar biasa dan Lampung harus berbuat sesuatu," ujar Djadjat.
Sedangkan aktivis perempuan S.N. Laila mengaku kenal dengan si Burung Merak saat tergabung dalam Kantatakwa. "Aktivis sama dengan seniman, karena seni merupakan media penyadaran," kata Laila.
Iwa T.J., pencipta lagu Mars Kota Bandar Lampung, mempunyai kesan mendalam dengan Rendra saat Rendra memanggilnya Ikan (Iwa dengan K). "Rendra adalah tradisi dan masa depan. Saya teringat ucapannya sebagai manusia kita harus mengoptimalkan diri dengan nilai yang dimiliki, sehingga menjadi berguna dan berarti buat semua orang," kata Iwa. n CR-1/L-2
Sumber: Lampung Post, Kamis, 13 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment