BANDAR LAMPUNG (Lampost): Buku Kapoltabes Kombes Pol. Syauqie Achmad berjudul Mari Menjadi Polisi Sesungguhnya dapat dijadikan inspirasi bagi anggota Polri dan masyarakat dalam mengenali tugas dan sosok polisi sipil.
"Buku adalah produk intelektual. Lampung menjadi urutan kedua di Sumatera setelah Sumatera Utara, yang setiap tahun menerbitkan buku. Ini bukti minat baca warga Lampung tinggi. Polisi sipil itu ada di buku ini," kata Pemimpin Redaksi Lampung Post Djajat Sudrajat saat menjadi panelis dalam talk show buku ini di Toko Buku Gramedia Tanjungkarang.
Panelis lainnya yakni Abdullah Sani, sosiolog Universitas Lampung; Suprapto dari Radar Lampung, dan pemateri Kombes Pol. Syauqie Achmad.
Hadir juga Wakapolda Lampung Kombes Pol. Beno Kilapong, Wali Kota Eddy Sutrisno, Dandim Kota Letkol (C.Z.I.) Rahmat Triyono, para akademisi, tokoh masyarakat, pengusaha, dan para Kapolsekta se-Bandar Lampung.
Djadjat Sudradjat menilai judul buku Mari Menjadi Polisi Sesungguhnya sangat provokatif dan memiliki dua aspek, yaitu polisi yang tidak sungguh-sungguh dan penjelasan bagaimana menjadi polisi sesungguhnya.
"Buku ini berisi dokumen, fakta-fakta, dan ada catatan sejarah yang selama ini sering dilupakan," kata Djadjat.
Dengan adanya buku Kapoltabes Syauqie Achmad itu, diharapkan terbangun sistem dari nilai-nilai kesungguhan seorang pemimpin. "Nilai-nilai itu dijadikan sistem. Sehingga pemimpin yang lama pergi, pemimpin yang baru tidak lagi merubah sistem yang ada," kata Djadjat.
Buku setebal 182 halaman itu ditulis dua wartawan Lampung Post, Sudarmono dan Juniardi. Isinya menceritakan kinerja Poltabes Bandar Lampung sejak tahun 2008--2009.
Dalam buku itu juga dibahas sejarah Poltabes Bandar Lampung dan kemudian menjabarkan bagaimana polisi yang profesional serta sikap-sikap seorang polisi yang diidam-idamkan masyarakat.
Buku itu juga memuat tentang keberadaan polsekta dan sejarahnya serta apa-apa yang telah dilakukan Syauqie Achmad selama bertugas di Bandar Lampung.
Buku ini juga mendapat kritikan tentang beberapa hal yang belum masuk. Di antaranya, kiat Kapoltabes yang bisa merangkul semua kalangan media cetak dan elektronik serta beberapa daerah seperti Rajabasa yang belum masuk dalam buku itu. Kritikan itu kemudian dijelaskan oleh Syauqie dengan segala keterbatasan. n MG3/K-1
Sumber: Lampung Post, Kamis, 5 November 2009
No comments:
Post a Comment