Oleh Wiwik Hastuti
BANYAK peristiwa di jagat hiburan telah terjadi di sepanjang tahun 2009. Sejumlah berita terhangat di sepanjang tahun 2009 meluncur kencang, mulai dari makin berkibarnya grup-grup band indie Lampung di kancah belantika musik Tanah Air hingga berita penutup akhir tahun terpanas, Luna Maya mengamuk di Twitter.
Tak dapat dimungkiri derap langkah perkembangan musik di Tanah Air, khususnya di daerah, terlihat makin mantap. Dominasi kota-kota besar di Pulau Jawa sebagai kota penghasil band pencetak hit tampaknya mulai luntur dengan ditandai adanya band-band baru yang mampu mengibarkan karyanya di ranah musik Indonesia.
Tentu saja fenomena ini bak sebuah injeksi dosis tinggi penambah semangat bagi rekan-rekannya di daerah untuk lebih berkreasi agar bisa mengikuti jejak kesuksesan pionirnya. Salah satu daerah yang berhasil menjadi penyumbang fenomena band Tanah Air adalah Lampung.
Tengok saja, band-band indie seperti Beage, The Potters, Jenderal, COIN, Udara, Papers26, Jingga, Doc Marten's, Demank, Pangeran, X-Band, Etridi, Apolo, The Bahagia 60, Sketsa, Sixty Second, dan masih banyak lagi. Mereka ingin mengikuti jejak sukses pendahulunya, Kangen Band dan Hijau Daun, di percaturan musik saat ini. Tahun ini Band Beage, The Potters, dan Pangeran adalah produk teranyar daerah ujung selatan Pulau Sumatera tersebut, yang namanya berkibar di ranah musik Tanah Air.
Bergemanya nama Sang Bumi Ruwa Jurai di percaturan musik saat ini tak terlepas dari nama besar Kangen Band dan Hijau Daun. Siapa sangka Kangen Band yang dibentuk pemuda-pemuda "pinggiran" pada 2005, digawangi Doddy, Andika, Tama, Lim, Nory, dan Barry itu mampu menaklukkan musik Tanah Air.
Kangen Band mampu menampilkan kecirikhasan musik Indonesia yang ketimuran. Yang mana, aliran melayu slow pop yang menyambangi musik Kangen Band adalah buktinya lewat album perdana Tentang Aku, Kau, Dan Dia. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus membuat lagu spesial untuk menyambut 100 tahun Kebangkitan Nasional bertajuk Lorong Berujung yang dibawakan kelompok musik pop manis asal Lampung ini.
Kangen pun menendangkan Lorong Berujung yang bertutur tentang ajakan bersatu dalam kondisi apa pun itu dengan tempo lambat, sendu, dan meninabobokan pendengar. Sesuai dengan makna syiar tembang ini--bahwa di tengah masa transisi yang panjang saat ini--ada harapan dan ada cahaya di ujung lorong. Demikian pula Kangen, kelompok musik manis asal Lampung ini ingin terus berkarier kendati kehadirannya dahulu kerap diejek karena lagu-lagunya dianggap terlalu ecek-ecek.
Sukses besar Kangen juga diikuti Hijau Daun. Kehadiran band beraliran pop progresif yang terbentuk tahun 2001 dan berpersonel Dide (vokal), Array dan Arya (gitar), Deny (drum), dan Richan (bas) itu seolah memberi oksigen bagi musik Indonesia. Terbukti, lewat album perdana Ikuti Cahaya, mereka mampu menembus persaingan di industri musik Tanah Air.
Pencinta musik sempat meragukan Hijau Daun dari Lampung. Karena pembuatan album perdana Hijau Daun yang memakan waktu enam bulan, semua penggarapannya dilakukan di Bandung. Anggapan tersebut langsung ditepis oleh sang vokalis Dide. "Hijau Daun berasal dari Lampung, kota kelahiran kami," kata Dide yang diamini Array, Arya, Deny, dan Agung dalam suatu acara.
Karier bermusik Hijau Daun makin melejit. Berbagai penghargaan diraihnya. Bahkan, grup band ini mampu menorehkan catatan baru dalam pertunjukan musik di Bandar Lampung. Band yang berhasil menjual lebih dari enam juta ring back tone (RBT) untuk lagu Suara (Kuberharap) ini tampil di Tugu Adipura yang menjadi ikon Kota Bandar Lampung dalam acara HUT ke-327 pada 20 Juli 2009.
Seperti disampaikan oleh Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno, pertunjukan musik di Tugu Adipura ini merupakan kali pertama dan terakhirnya. Sebab itu, Hijau Daun merasa tersanjung didaulat untuk tampil di acara tersebut. "Bisa tampil di Tugu Adipura yang menjadi ikon kota untuk menghibur masyarakat. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi band kami," kata Dide.
Setelah fenonema Kangen Band dan laris manisnya Hijau Daun, band-band indie seperti Beage, The Potters, Jenderal, Apolo, Pangeran yang mengusung berbagai aliran musik, menyusul kesuksesan band tersebut.
Tahun ini kiprah mereka makin berkibar di kancah musik Tanah Air.
Sebut saja The Potters. Band ini digawangi anak-anak muda: Frans Rizky Aditya (vokal), Jeremiah Jason Paul (gitar), Benny Fernando (drum), dan Bonix Abdul Kadir (bas).
Debut album The Potters bertajuk Bintangku yang dirilis pada Juli 2009 pun laris manis bak kacang goreng. Sebagai pendatang baru, The Potters secara perlahan namun pasti mampu mencuri hati para penggemarnya dari penjuru nusantara.
Demikian pula Beage. Band yang diorbitkan restoran cepat saji asal Amerika, Kentucky Fried Chicken, dan digawangi Alosh (vokal), 'ndi (gitar), Bethe (gitar), Indra (bass) dan Iman (drum) itu lewat single jagoan di antaranya adalah Aw Aw, Presiden Cinta, Tania pun digandrungi pencinta musik Tanah Air.
Berkibarnya band-band indie di Lampung patut kita syukuri. Suksesnya mereka tak hanya menghasilkan pundi-pundi uang, tapi juga popularitas. Eksisestensi band Lampung, diharapkan bisa diikuti band-band indie lainnya yang mengusung berbagai aliran musik.
Masalahnya, begitu banyak band indie Lampung, tetapi kesemuanya belum berani untuk membawakan lagu-lagu daerah Lampung, dalam setiap penampilan mereka. Mungkin kurang gaya atau takut kualat. Atau, mungkin juga bukan zamannya dan tidak ngetren. Tahun depan, mudah-mudahan mereka mau membawakan lagu-lagu Lampung sehingga tak hanya mempromosikan tapi juga melestarikan lagu-lagu daerah yang notabenenya tempat kelahiran sendiri.
Sumber: Lampung Post, Kamis, 31 Desember 2009
...alinea terakhir, iya ya kenapa ga pernah ya, 1 lagu jadi lah, padahal banyak lagu2 lampung yg bagus, malahan bagus2 semua kayak nya ;)
ReplyDelete