BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pengalaman hidup Nilla Nargis yang begitu heterogen membuat tulisan yang dihasilkannya kaya akan perspektif. Latar belakang Nilla, penulis buku Merawat Hati Membangun Keluarga Sakinah dan Metamorfosis Kemiskinan, sebagai dosen, praktisi, dan pengusaha, membuat lebih hidup.
Pernyataan tersebut disampaikan dosen FISIP Unila Arizka Warganegara dalam bedah buku karya Nilla Nargis di Gedung PKK, Sabtu (20-2). Diskusi yang dimoderatori Ketua AJI Bandar Lampung Juwendra Asdiansyah ini dihadiri oleh Nilla Nargis dan Direktur Mata Kata Budi Hutasuhut.
Arizka mengatakan dua buku Nilla Nargis saling melengkapi. Bagai dua keping mata uang. Buku Merawat Hati dan Metamorfosis Kemiskinan tidak bisa dipisahkan.
Buku karya Nilla, kata Arizka, berisi tentang pengalaman hidup. Pengalaman yang dialami penulis dikontekskan dengan kondisi sosial politik yang ada. "Buku Nilla kaya akan perspektif karena latar belakang Nilla yang heterogen sebagai dosen, praktisi, dan pengusaha," kata Arizka.
Arizka juga mengatakan buku Nilla mudah dipahami. Ia hanya memerlukan waktu 30 menit untuk membaca buku tersebut. Isi buku tidak hanya masalah hukum, tapi juga politik, lingkungan, dan kemiskinan. Ia menyebutkan ada enam artikel tentang politik, satu artikel hukum, dua artikel tentang kemiskinan, dan dua artikel tentang lingkungan. "Jarang sekali buku yang ditulis dari berbagai perspektif," ujar Arizka.
Arizka menambahkan buku Nilla sangat personal dan tulisan yang dihasilkan sifatnya sangat pribadi. Tulisan dikontekskan dengan masalah soial kemasyaratan yang ada. "Buku ini menarik untuk diikuti dan dipelajari," kata dia.
Nilla mengatakan keinginannya menulis termotivasi oleh dosen FH Abdul Kadir. Abdul Kadir menulis banyak buku. Inspirasi tulisan juga berasal dari orang-orang yang disayangi. Keinginan menulis juga untuk menyempaikan kebenaran meskipun cuma satu ayat.
Nilla menyebut dua bukunya sebagai kembar siam dan tidak bisa dipisahkan. Ia berharap bukunya bisa menyadarkan para bapak-bapak bahwa anak adalah harta yang tidak ternilai. Dosen FH Unila ini juga melihat kemiskinan bukan hanya materi, melainkan juga kemiskinan hati. n MG2/K-1
Sumber: Lampung Post, Senin, 22 Februari 2010
No comments:
Post a Comment