CATATAN kebesaran Kerajaan Tulangbawang memang tak banyak ditemukan. Namun, warisannya masih banyak ditemui. Setiap awal Maret, beberapa cuplikan kebesaran itu dapat dinikmati lewat Festival Megou Pak.
Lewat kegiatan pariwisata tahunan ini, keemasan kerajaan yang makmur dan berjaya bernama To-Lang Po-Hwang (Tulangbawang) di pedalaman Chrqse (Pulau Emas Sumatera), ini masih terasa. Paling tidak di Menggala, ibu kota Tulangbawang, yang pada masa sebelum kemerdekaan Kota Menggala berjuluk Paris Van Lampung.
Seperti tahun sebelumnya, Festival Megou Pak yang berlangsung mulai 22 Februari hingga 10 Maret, masih didominasi agenda kesenian. Bupati Tulangbawang Abdurrahman Sarbini, pada pembukaan, Rabu (3-3), mengatakan festival ini bertujuan menggali dan mengembangkan potensi daerah dan sumber daya manusia di Tulangbawang. "Festival ini diangkat dari empat kebudayaan adat Pepadun Megou Pak yakni Buay Bulan, Buay Suwai Umpu, Buay Tegamoan, dan Buay Aji," kata Mance, panggilan akrab Abdurrahman Sarbini.
Keseriusan Pemerintah Kabupaten Tulangbawang menggali kekayaan dan potensi budaya itu ditandai dengan hadirnya Gedung Kesenian R.A. Kartini di depan Islamic Centre, Menggala. Di jalur lintas timur Sumatera itu, kini berdiri gedung megah yang merupakan satu-satunya gedung kesenian yang dibangun pemerintah kota/kabupaten di Lampung.
Kehadiran gedung kesenian ini, menurut Mance, sebagai upaya mengembalikan Menggala sebagai kota budaya. Menggala merupakan salah satu kota tua yang berkembang sejak Belanda.
Ciri khas kehidupan tradisional, kesibukan sebagai kota pelabuhan sungai, pola permukiman, rumah tua, dan tata kehidupan asli masih terlihat. Bagi yang menyenangi budaya dan sejarah lama, kehidupan tradisional, dan kesibukan perdagangan tradisional, Menggala bisa jadi tujuan perjalanan. Kehidupan ini dapat dijumpai di Pasar Lama dan Pelabuhan Sungai Tulangbawang yang membelah Menggala.
Sebagai salah satu kota tertua di Lampung, sejak dahulu seni dan budaya berkembang baik. Sebagian besar Wilayah Tulangbawang berupa daerah rawa pasang surut. Pada musim hujan, rawa ini menjelma menjadi danau yang menarik untuk objek wisata air. Apalagi Tulangbawang dilalui sungai terbesar di Lampung, yaitu Way Tulangbawang, yang menyimpan banyak potensi pariwisata berbasis air.
Kemeriahan Berkurang
Tulangbawang yang dimekarkan menjadi Kabupaten Tulangbawang Barat dan Kabupaten Mesuji, banyak berpengaruh terhadap penyelenggaraan Festival Megou Pak. Penyelenggaraanya tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Tulangbawang, Ahmad Suharyo, mengatakan pemekaran Kabupaten Tulangbawang, ikut menyedot anggaran sehingga festival tahun ini diselenggaran sederhana.
Festival Megou Pak yang biasanya mengandalkan wisata sungai dan rawa (wet land), tahun ini tidak ada lagi. Agenda menikmati keindahan sungai dan kekayaan objek wisata Way Tulangbawang, tak diselenggarakan. Satu-satunya acara yang berbau air hanya lomba memancing di Kolam Pemancingan Astra Ksetra, Menggala.
Di tengah keterbatasan dana itu, Festival Megou Pak hanya mengusung acara pokok, yakni pemilihan muli mekhanai Tulangbawang (1--2 Maret), Megou Pak Music Concert (4 Maret), parade tari kreasi daerah Lampung (4 Maret), lomba tari bedana (5 Maret), parade lagu Lampung (9 Maret), dan lomba mancing (10 Maret).n AMIRUDDIN SORMIN
Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 Maret 2010
No comments:
Post a Comment