SEBUAH tugu bernama Menara Siger yang menancap di puncak sebelah timur ujung Pulau Sumatera, tepatnya di Pelabuhan Bakauheni, Lamsel, perlahan-lahan menjadi alternatif, khususnya bagi warga sekitar Lamsel, untuk menikmati paronama alam. Untuk itu, tidak ada salahnya menjadikan tugu berornamen Lampung tersebut sebagai pilihan untuk berwisata pada libur panjang sekolah yang sebentar lagi tiba.
Selain berwisata, setiap Jumat dan Minggu ikon Lampung ini juga sering digunakan untuk kegiatan sosial ekonomi dan keagamaan.
Menuju menara dengan lebar bangunan 32 m, panjang 50 m, tinggi 32 meter, dan memiliki 6 lantai ini tak sulit. Lokasinya hanya 200 meter dari jalan lintas Sumatera, tepatnya di belakang Pasar Bakauheni. Begitu juga bagi pengunjung yang melalui jalan lintas pantai timur (jalinpantim), bisa langsung masuk ke dalam Menara Siger sebelum melewati Pasar Bakauheni.
Semilir angin laut di pergantian musim kering dan musim hujan menghadirkan dingin yang cukup ekstrem. Pada waktu tertentu, panas yang terik bagai memanggang tubuh. Tetapi sesaat kemudian, bisa jadi teduh mega memayungi wilayah Bakauheni dan mengundang hujan, menyulut cuaca hingga menembus tulang. Demikianlah jika musim pancaroba menerpa kawasan tersebut.
Kapal feri yang mengantar penumpang dari Merak, Banten, menuju Bakauheni, dan sebaliknya menarik perhatian ratusan pasang mata yang berada di atas Menara Siger. Sebaliknya, pandangan seluruh penumpang tertuju kepada seunit bangunan menjulang berwarna kuning bertanduk sembilan di atas bukit. Kemegahan terlihat karena bangunan itu seperti memahkotai seonggok bukit yang mengerucut di tengah belukar dan latar bukit-bukit lain.
Ada beberapa menara telekomunikasi, tugu pintu gerbang, dan baliho-baliho iklan produk perusahaan, tetapi menara itu mendominasi pemandangan.
Bangunan megah berbentuk mahkota wanita pakaian adat Lampung yang agung ini dirancang sebagai menara pandang di atas bangunan-bangunan serbaguna dan sekat-sekat khusus untuk berbagai keperluan acara, terutama yang bernuansa budaya Lampung. Kebesaran Lampung memang tidak sesempit bangunan kompleks Menara Siger yang hanya berada di atas bukit.
Selain bangunan utama yang luas, juga terdapat selasar dan halaman dengan berbagai pondok untuk berbagai fungsi. Tangga beton yang tinggi dan lebar terlihat dari arah laut, menata kemiringan bukit. Juga bangunan-bangunan pendukung lain yang dipandu taman hijau dan halaman ber-paving block, membuat kemegahan kompleks bangunan itu terlihat bersih dan berlatar lebar.
Masih dari lantai 6 Menara Siger, pandangan yang terlempar tidak hanya ke Pelabuhan Bakauheni. Di belakang menara itu, jalur jalan yang berkelok mendaki bukit-bukit ke arah Bandar Lampung juga tampak jelas. Kendaraan berbagai jenis seperti semut mengantre, menunggu giliran menuju tempat tujuan. Jika malam hari, sinar lampu-lampu kendaraan itu seperti barisan kunang-kunang menembus kegelapan malam. Sementara itu, rerimbunan berbagai pohon menghijaukan pandangan sekitarnya.
Mengalihkan pandangan ke sisi lain, pulau-pulau di seputar Bakauheni memang memiliki pesona cukup menarik hati. Di sebelah kanan, kecipak nelayan pancing dengan perahu katir dan dayung menunggu umpan disambar ikan. Gelombang yang relatif bersahabat membuat pantai di pulau-pulau itu terlihat utuh berpagar pohon-pohon bakau yang merimbun. AAN KRIDOLAKSONO/D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
No comments:
Post a Comment