Bandarlampung, 25/10 (ANTARA) - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Lampung tingkat SMP Kota Bandarlampung meminta kepada penyelenggara pendidikan tinggi di daerah itu untuk membuka jurusan bahasa Lampung setingkat strata satu demi regenerasi guru bidang tersebut.
"Sejak jurusan Diploma III Bahasa Lampung di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung ditutup tiga tahun lalu, kita nyaris mengalami krisis tenaga pengajar bahasa Lampung yang berkompeten, sehingga pengadaan jurusan bahasa lokal tersebut pada institusi perguruan tinggi sangat dibutuhkan," kata Ketua MGMP Bahasa Lampung SMP Kota Bandarlampung, Laurena Elfa, di Bandarlampung, Senin.
Dia menjelaskan, dari pengajar bahasa Lampung di seluruh sekolah Kota Bandarlampung saat ini, hampir 60 persennya tidak memiliki dasar pendidikan yang berkompeten dengan mata pelajaran tersebut, bahkan sebagian merupakan guru mata pelajaran lain di sekolah tempat dia mengajar.
"Apalagi dengan kewajiban memegang gelar S-1 bagi tenaga pengajar, makin sulit saja bagi kita untuk memiliki tenaga guru bahasa Lampung yang profesional dengan materi ajarnya," kata dia.
Laurena menjelaskan, demi memenuhi kredit dan persyaratan, sebagian besar anggotanya terpaksa mengambil gelar S-1 keguruan yang bidangnya bukan bahasa Lampung, karena ketiadaan institusi resmi yang membuka jurusan tersebut.
"Hampir 90 persen mereka memiliki gelar S-1 non-bahasa Lampung, padahal mata pelajaran yang diajarkan tidak ringan karena menuntut pengetahuan bahasa, sastra, aksara, dan budaya Lampung yang mumpuni," kata dia.
Sementara itu, minat siswa, khususnya di daerah perkotaan, dalam mendalami dan mempelajari aksara dan bahasa Lampung saat ini sangat rendah, selain didorong oleh lemahnya metode pengajaran terhadap mata pelajaran tersebut, juga didorong oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung.
Menurut guru yang juga mengajar mata pelajaran bahasa Lampung di SMP 14 Bandarlampung itu, jumlah siswa yang mampu membaca aksara dan berbahasa Lampung di sekolah saat ini sangat sedikit, tidak sampai 50 persen dari jumlah keseluruhan penghuni kelas yang berjumlah 32 orang.
Pada kesempatan sebelumnya, Gubernur Lampung Sjachroedin ZP, mengatakan, posisi aksara dan bahasa Lampung yang termasuk sebagai salah satu aset nasional.
"Hanya ada empat daerah di Indonesia yang memiliki potensi bahasa dan aksara khas sekaligus, salah satunya Lampung," kata dia.
Selain Lampung, tiga daerah yang memiliki potensi serupa adalah Sumatera Utara, Jawa, dan Sulawesi Selatan.
"Sayang apabila potensi bagus itu harus punah karena ketidakpopuleran," kata dia.
Sumber: Antara, Senin, 25 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment