BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pan Essemble Sumatera membuka Pameran dan Pergelaran Seni Se-Sumatera (PPSS) ke-13, Selasa (9-11), di Teater Terbuka Taman Budaya Lampung. Komposisi lagu dari berbagai alat musik tradisional tiap provinsi di Sumatera tersebut berusaha menggambarkan kepiluan tentang bencana alam yang melanda Indonesia.
Irama saluang (seruling khas Sumatera Barat) mengawali pembukaan pentas musik tradisional tersebut. Alunan khas saluang yang berat dan bergetar seperti membawa gambaran bencana alam kepada para penonton yang hadir. Di antara bunyi memilukan saluang itu, sebuah puisi pendek dibacakan.
Seperti ekor bumi. Kita adalah ekor bumi. Yang diayun-ayun dalam angin besar dan bencana. Letusan gunung itu meledak jadi mata. Merah.
Komposisi musik tradisional yang dimainkan oleh 19 orang pemusik dari sembilan provinsi di Sumatera itu terdiri dari empat bagian, yakni vokal, pukulan, melodi, dan rampak yang menonjolkan kekhasan warna musik tradisional masing-masing provinsi, tanpa menghilangkan harmonisasi dan keselarasan komposisi.
Masing-masing bagian seolah menyampaikan kepiluan dan rintihan manusia yang menderita akibat bencana alam.
"Tiap musik tradisional di Sumatera memiliki benang merah antara daerah yang satu dan yang lainnya," kata mediator Pan Essemble Sumatera, Jefri Ade Pasaribu, mengenai komposisi musik dengan tema Rupa-rupa harmoni Sumatera tersebut.
Benang merah yang menjalin kesamaan warna musik tradisional itu, kata Jefri, yakni warna musik melayu. "Maka kami pakai lagu Anak Kala yang sangat kuat unsur melayunya sebagai dasar komposisi."
Lagu Anak Kala, kata Jefri, merupakan lagu yang dikenal di seluruh Sumatera, meski berbeda judul dan nada.
Menurut Jefri, komposisi yang dimainkan dengan lebih dari 30 instrumen musik tradisional tersebut merupakan cuplikan peristiwa dari bencana alam seperti tsunami Mentawai dan meletusnya Merapi.
"Dari kompisisi ini, kami mencoba mengajak para korban bencana agar berserah diri kepada Yang Kuasa, dan tetap semangat dalam menjalani hidup," ujarnya. (MG13/K-1)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 10 November 2010
No comments:
Post a Comment