BANDAR LAMPUNG (Lampost): Menjadi penulis hebat perlu bakat, kemauan, ketekunan, dan kegigihan untuk menghasilkan tulisan kreatif dan berkualitas.
Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya memberikan pengantar kepenulisan dalam Workshop Penulisan Kreatif Tingkat SLTA se-Lampung di Bukit Mas, Bandar Lampung, Selasa (14-12). Kegiatan ini dibuka Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi (Kabid Dikmenti) Dinas Pendidikan Lampung Agus Dwi Sunarti (kedua dari kiri) dan dihadiri pula oleh Wakil Pemimpin Umum dan Wakil Pemimpin Umum Djadjat Sudradjat (tengah). (LAMPUNG POST/SYAIFULLAH)
Demikian kesimpulan yang disampaikan tiga pembicara, masing-masing Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat (Wakil Pemimpin Umum), dan Zulkarnain Zubairi (Redaktur Opini) pada Workshop Penulisan Kreatif.
Selain menulis kreatif, peserta juga dikenalkan pada pembuatan desain grafis oleh Redaktur Desain Grafis Lampung Post Dedi Koespendi. Acara ini dimoderatori Alhuda Muhajirin (Redaktur Pendidikan) dan Sri Wahyuni (Asisten Redaktur Pendidikan).
Kegiatan berlangsung di Rumah Makan Bukit Mas, Bandar Lampung, Selasa (14-12), dan diikuti lebih dari 100 siswa SMA se-Lampung dan beberapa guru pendamping. Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Lampung Post.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Dinas Pendidikan Lampung Agus Dwi Sunarti, mewakili Kepala Dinas, sekaligus membuka kegiatan.
Dalam sambutannya, Agus Dwi Sunarti mengatakan selama ini ada anggapan menulis itu sulit. Oleh sebab itu, saat diberikan tugas menulis banyak yang enggan mengerjakan dan kemudian meminta bantuan orang lain. Padahal, keterampilan menulis bukan hanya karena bakat, melainkan lebih karena proses pembelajaran. "Dengan tekun berlatih dan proses pembelajaran akan lahir penulis muda berbakat," ujarnya.
Sementara itu, Bambang Eka Wijaya menuturkan menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Menulis seperti menuangkan kopi dari teko ke dalam gelas. Namun, agar bisa dituangkan, teko harus diisi air, kopi, dan gula.
"Agar menjadi penulis yang baik, dituntut untuk rajin membaca, melihat, mendengar, merasakan, dan berinteraksi sosial," kata Bambang.
Dia mengatakan tulisannya yang sering muncul di Buras tidak hanya dari pengalaman yang baru dirasakan. Namun, bisa jadi pengalaman 40 tahun lalu yang mengendap dan mendarah daging.
Para penulis kreatif adalah mereka yang bisa memaknai dan memberikan kesimpualan atas pandangan sendiri dari berbagai persoalan. Untuk memaknai sebuah fenomena atau peristiwa, harus dibangun sikap skeptis. Tanpa skeptisisme, ilmu tidak akan berkembang sebab skeptisismelah yang mengembangkan ilmu pengetahuan.
"Setelah semua hal diperoleh, maka tulisan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami pembaca. Bahasa terbaik adalah bahasa lisan," kata Bambang.
Sementara itu, Djadjat menjelaskan penulis adalah profesi terhormat, bahkan bisa mendatangkan banyak uang. Selain itu, dengan menjadi penulis seseorang tidak terikat waktu dan tempat saat bekerja.
"Untuk bisa menjadi penulis hebat resepnya hanya 3 M, yakni menulis, menulis, dan menulis. Kemudian 3 M, membaca, membaca, dan membaca, dan mulailah menulis," kata dia.
Djadjat menambahkan jika tulisan ditolak, jangan patah semangat. Sebab, untuk menghasilkan tulisan kreatif dan berkulitas membutuhkan latihan dan proses belajar. (UNI/S-1)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 15 Desember 2010
No comments:
Post a Comment