PADA 23 November 2010, masyarakat Tanggamus Bumi Begawi Jejama menggelar pesta rakyat bertajuk Festival Teluk Semaka (FTS) ke-III. Kemeriahan dalam atmosfer bahari nan eksotis menjadi warna utama.
Event pariwisata ini diawali upacara adat pemberian gelar adat (adok) Masyarakat Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Kabupaten Tanggamus. Bupati Bambang Kurniawan mendapat gelar Suntan Pangeran Mangku Negara (Pemangku Tanggamus I) dan istrinya, Dewi Handjani, mendapat adok Khatu Permaisuri Mangku Negara.
Berbagai perlombaan dan pertunjukkan kesenian digelar dan ditampilkan pada FTS III ini. Seperti lomba cipta lagu pop daerah, lomba tari kreasi, lomba lagu klasik Lampung, festival musik band, lintas alam, lomba cipta piusi, menanam bibit pohon, gitar klasik, lomba mewarnai, pawai budaya dan upacara adat ruwatan laut (ngumbay lawok) Teluk Semaka. Seluruh kecamatan ikut serta.
Dari sekian banyak rangkaian kegiatan FTS III ini, lagi-lagi kegiatan ngumbay lawok paling banyak menyedot masyarakat untuk menyaksikannya.
Agenda budaya masyarakat Tanggamus itu bukan sekadar menjual kemeriahan. Daya dukung potensi bahari Tanggamus memang luar biasa.
Jika sore menjelang, sinar matahari berwarna kuning memerah keemasan mulai terlihat di ufuk barat menampilkan kilauan gilang cemerlang di pesir pantai Teluk Semaka di Kecamatan Kotaagung. Angin mulai berbelok arah dari darat untuk bersiap mengantarkan para nelayan yang sebentar lagi siap melepas tali dan mengarungi laut yang penuh harapan.
Di sebelah timur, tampak gundukan Pulau Tabuan dan tampak pula samar-samar deretan Tanjung Cina di Sebelah Barat, di mana terbentang hutan konservasi Taman Nasional Bukit Barisan. Di selatan, Gunung Tanggamus terlihat kokoh dan angkuh menyongsong sang bagaskara kembali ke peraduannya. Puncak Tanggamus tampak berkilau keperak-perakan dengan selimut mega putih menyelimutinya. Kicauan burung camara terdengar riuh-rendah di antara tiang-tiang tinggi kapal nelayan dan kapal supertanker di perairan Teluk Semaka.
Hanya saja, menit-menit tenggelamnya matahari ini tidak bisa dinikmati secara langsung dan utuh karena terhalang gundukan perbukitan Bukit Barisan selatan di sebelah barat. Hanya pesona pancaran yang semburat memerah dan siluet yang tercipta saja yang dapat dinikmati. Terutama di bagian utara, cakrawala laut dan langit mulai semburat memerah jingga.
Menyusuri tepian Teluk Semaka, tersimpan sejuta makna kehidupan tentang kejujuran alam. Seperti matahari yang tidak akan pernah lupa kembali keperaduannya di Barat. Di kejauhan, tampak hiruk-pikuk aktivitas pelabuhan Kotaagung. Beberapa kapal supertanker dan kapal tandu serta kapal-kapal nelayan mulai berkelap-kelip menyalakan lampu. Mirip ribuan kunang-kunang di hamparan padang nan mahaluas.
Pukul 17.30, angin berembus tidak terlalu kencang. Matahari pun masih tampak bulat sempurna di barat. Sinarnya tak terlalu menyengat. Anak-anak pun masih asyik bermain-main di tepian teluk ini. Ada yang bermain-main di atas perahu jukung yang diparkir para nelayan, ada yang berenang-renang ke sana-kemari dan bermain-main dengan percikan air laut
Teluk Semaka, sebuah pesona hamparan perairan yang menyimpan berjuta potensi hayati di dalamnya, salah satunya adalah terumbu karang. Terumbu karang dengan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya diidentifikasikan sebagai sumber daya yang memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi, dan menyediakan cadangan sumber plasma nutfah. Sayangnya, kegiatan illegal fishing berupa pengeboman dan penggunaan potassium, membuat terumbu karang rusak parah dan sejumlah ikan mulai langka.
Kaki pun terus melangkah, menenggelamkan segala kelam dalam malam di tepian Teluk Semaka nan memesona. (SAYUTI/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 19 Desember 2010
No comments:
Post a Comment