DENGAN hidungnya yang basah berair, Wingky mengendus buah kopi nan merah dan ranum dari piring besi yang disodorkan Gunawan. Gerakannya agresif, agak beringas dan tak bisa diam, menunjukkan tabiat hewan liar yang masih membekas pada musang yang populer disebut luwak ini.
”Ayo Wingky, ck ck ck ck,” bujuk Gunawan. Ia pun meraup buah kopi dan menyorongkannya langsung kepada Wingky yang kepalanya menjulur dari pintu pada kandang berukuran sekitar 1 meter X 1,5 meter itu.
Ritual makan buah kopi berlangsung di malam hari. Sementara siang hari musang diberi makan pisang dan kadang dikombinasi dengan asupan daging seperti bekicot dan ikan. Sekali-sekali musang pun diberi susu. Kandangnya pun harus selalu bersih karena ketika hidup liar di kebun kopi, musang hanya akan membuang feses (kotoran) pada tempat yang bersih.
Musang juga harus dikandangkan sendiri-sendiri karena cenderung saling menyerang. Bila musang luka, luka tersebut biasanya jarang sekali bisa sembuh sehingga bisa berakhir dengan kematian.
Musang yang dahulu dianggap hama karena menyerang ayam di perkampungan kini menjadi hewan berharga yang diburu. Biaya pemeliharaannya pun tak murah. Di sejumlah rumah di kawasan Way Mengaku, Liwa, Lampung Barat, mereka yang memiliki modal kecil mungkin hanya memiliki empat musang. Namun, yang bermodal lebih besar bisa memiliki 15 hingga 25 musang.
Industri rumah tangga ini sebagian besar berada di Gang Pekonan. Mereka adalah Gunawan S, mantan pengelola parkir yang kini mengemas kopinya dengan merek dagang Raja Luwak; Sapri, mantan petani sayuran, dengan merek Ratu Luwak; dan Sukardi dengan merek Kupi Musong Liwa. Di mulut gang itu masih ada lagi merek Duta Luwak Brother’s Link yang dimiliki Mega Setiawan.
Cara memelihara musang hingga pemasaran dijalankan lewat percobaan jatuh bangun. Mereka berjalan dengan yakin atas kepopuleran kopi luwak sebagai minuman yang telah mendunia. Di Jakarta, harga kopi luwak bisa mencapai Rp 89.000-Rp 100.000 per gelas. Sementara di pasar internasional harga kopi luwak bisa menembus Rp 7 juta-Rp 32 juta per kilogram.
Tak hanya diseduh langsung oleh Oprah Winfrey dalam acara talk show-nya pada Oktober 2003, pengakuan juga datang dari majalah Forbes dan Guinness Book of Records yang menyatakan kopi luwak sebagai kopi termahal di dunia.
(Lasti Kurnia/Yulvianus Harjono)
Sumber: Kompas, Minggu, 13 Februari 2011
No comments:
Post a Comment