PEMKAB Lampung Selatan “mengajak” pengunjung untuk makan-makan di Dermaga Bom Kalianda. Ajakan itu adalah pesan tersirat saat pencanangan pelabuhan pendaratan ikan itu sebagai lokasi wisata kuliner. Memang mengajak, tapi harus bayar.
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/JUWANTORO
Aroma masakan pindang ikan dan semerbak daging ikan dibakar menguap ke udara antero sudut Pelabuhan Pendaratan Ikan Dermaga Bom Kalianda, Senin (31-1). Mengusut asal sumber keharuman itu, tertumbuk kepada satu kantin yang diusung oleh Dharma Wanita Persatuan Bahtera Mina binaan Tim Penggerak PKK Pemkab Lampung Selatan di salah satu sudut dermaga.
Menyedot aroma itu, berati membiarkan selera makan tidak terbendung. Indera penciuman yang tersulut kemudian mengirim sinyal syahwat ke otak, lalu memerintahkan organ perut untuk berkata “lapar”, meskipun sesungguhnya sudah penuh.
Mengunjungi kantin itu, berarti Anda sudah berada di lokasi yang dicanangkan Bupati Lampung Selatan sebagai wilayah wisata kuliner. Tak heran jika makan di lokasi ini bukan sekadar mengisi perut, melainkan juga menikmati suasana perjalanan yang patut diresapi. Debur ombak, lalu lalang kapal nelayan, dan pemandangan gegunungan di laut lepas membuat suasana leisure kian terasa. Tak heran jika sambil menikmati hidangan, kita bisa sambil bersenda gurau dan bercanda ringan hingga obrolan serius.
Saat ini lokasi itu memang belum sepenuhnya disulap menjadi lokasi wisata kuliner. Namun, pencanangan akhir Januari kemarin adalah awal dari keinginan pemerintah untuk menjadikan lokasi ini sebagai tujuan wisata makan-makan.
Ikhtiar ini memang baru permulaan. Ke depan, lokasi ini terisi dengan banyak lapak pedagang makanan dan aneka oleh-oleh yang dihimpun dari para perajin makanan di Lampung Selatan. “Selain untuk lokasi makan-makan, nanti tempat ini juga bisa menjadi tempat orang mencari oleh-oleh untuk di bawa pulang,” kata Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza.
Untuk oleh-oleh, pengunjung juga bisa membeli berbagai kerajinan hasil produksi masyarakat Lampung Selatan seperti rumput laut, keripik pisang, rengginang, dan pletekan.
Selain itu, pengunjung pun bisa melihat suasana kehidupan para nelayan pencari ikan TPI Dermaga Bom, Kalianda. Pasalnya, pada tepian pantai TPI Dermaga Bom, Kalianda pun terdapat para nelayan yang nenambatkan perahu motornya, usai mencari ikan atau mempersiapkan diri untuk melaut mencari ikan.
Selanjutnya, menjelang sore mulai pukul 15.00, pengunjung wisata kuliner juga bisa menikmati lelang ikan di tempat pelelangan ikan yang berada di tepi pantai itu. Mulai dari kaum pria, wanita dan remaja pun yang rata-rata pedagang ikan berlomba-lomba mendapatkan harga ikan murah dari lelang tersebut.
Pada bagian lain di sisi sebelah kiri, kita bisa melihat perbaikan perahu motor (docking) dan masyarakat memancing ikan ketika laut surut. Lalu, di depan pintu masuk sekitar 200 meter, kerap kali dijadikan masyarakat menyalurkan hobinya yakni memancing.
Wisata Kuliner di TPI Dermaga Bom, Kalianda, tidak begitu sulit dicari. Sebab, letaknya berada di wilayah Kecamatan Kalianda. Jika dari jalinsum, masuk dari jalur dua depan Pemkab Lamsel, untuk menuju ke sana hanya butuh waktu 10 menit. Jaraknya hanya lima kilometer dari jalinsum.
Dari informasi yang dihimpun Lampung Post, di lokasi ini akan ini akan dibangun tiga bangunan sebagai tempat lesehan dan penjualan suvenir Lamsel. Tiga unit bangunan itu akan didirikan pada lahan seluas 1,5 ha.
Melan Azis, pegawai Dinas PU Lamsel yang dipercaya merancang desain wisata kuliner TPI Dermaga Bom, Kalianda, mengatakan wisata kuliner tidak hanya urusan Dinas Kelautan dan Perikanan saja. Namun, hampir semua pemangku kepentingan diikutsertakan untuk bersama-sama mewujudkan wisata kuliner tersebut.
“Semua stakeholder akan digerakkan untuk mewujudkan wisata kuliner di Lamsel ini seperti Dinas PU, Dinas Pasar dan Keindahan, Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) serta Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan di lingkup Pemkab setempat. Jika melihat dari desain, tempat wisata itu akan memakan anggaran cukup besar untuk membangun tiga bangunan lengkap dengan lanskapnya yakni mencapai Rp8,5 miliar,” kata dia, Rabu (2-2).
Pemantauan Lampung Post, meskipun belum ada fasilitas seperti yang akan dibangun, para pegawai mulai rajin menyambangi lokasi itu. Saat jam istirahat, mereka datang untuk menikmati masakan di Kantin Bahtera Mina yang sudah lebih dulu buka. Selain bisa menikmati aneka ikan, mereka pun bisa menikmati panorama laut lepas dengan berbagai kehidupan nelayan yang berada di tempat tersebut. (JUWANTORO/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 6 Februari 2011
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete