Liwa, Lampung, 13/7 (ANTARA)- Pesisir Pulau Pisang di Kabupaten Lampung Barat makin tergerus sehubungan penghijauan tetap minim di pesisir pulau tersebut.
"Abrasi meluas juga disebabkan kondisi kawasan pesisir pulau ini selalu kena hantam gelombang tinggi," kata salah satu warga Pulau Pisang, Zainal, saat dihubungi dari Krui Lampung Barat, Rabu.
Ia menyebutkan, saat gelombang tinggi air laut kini sudah hampir sampai ke permukiman warga.
"Setiap ada badai yang diikuti dengan gelombang tinggi, penduduk pulau ini cemas karena pesisir pantai tergerus terus," katanya.
Dia menyebutkan, meski pesisir pantai sudah tergerus, tetapi sampai sekarang belum ada dibangun pemerintah pemecah ombak.
"Kami berharap pemerintah memperhatikan keselamatan warga di pulau ini," katanya.
Pulau Pisang dihuni sekitar 145 kepala keluarga (KK).
Menurut warga Pulau Pisang lainnya, Taulan, sebagian warga akan meninggalkan pulau tersebut jika penggerusan terus berlangsung.
"Satu demi satu keluarga mulai meningggalkan Pulau Pisang ini, mereka takut sebab kawasan pantai semakin terkikis habis," katanya.
Selain itu, kata dia, ancaman terjadinya bencana gempa dan tsunami juga menjadi alasan kuat bagi masyarakat untuk meninggalkan Pulau Pisang.
Menurut dia, pemerintah semestinya membangun pemecah ombak untuk mencegah penggerusan pantai meluas.
Sebelumnya, populasi penyu di Kabupaten Lampung Barat juga dilaporkan makin terancam abrasi pantai.
"Kawasan pantai di pesisir Lampung Barat minim penghijauan, dan kondisi ini akan berdampak terhadap populasi penyu yang tidak mau lagi mendarat di lokasi pantai tersebut," kata penangkar penyu Desa Sukamaju, Kecamatan Ngambur, Lampung Barat, H Ahyar (56).
Dia menjelaskan, saat ini jumlah telur penyu yang ditemukan semakin sedikit dan letaknya jauh dari lokasi penangkaran.
"Penghijauan pantai harus segera dibenahi, bila dibiarkan maka penyu tidak akan pernah mendarat lagi. Kalaupun melakukan pendaratan, penyu tersebut berada jauh dari area konservasi, sehingga berpotensi terjadi pencurian telur" kata dia.
Sumber: Antara, 13 Juli 2011
No comments:
Post a Comment