Liwa, Lampung, 18/7 (ANTARA) - Sejumlah warga terpukau menyaksikan pagelaran tari akbar "Sekura" yang dilaksanakan di Pekon (Desa) Canggu, Lampung Barat, sebagai tradisi tari masyarakat setempat.
"Pagelaran tari massal 'Sekura' yang melibatkan 98 penari daerah ini memukau ribuan masyarakat yang datang dari dalam dan luar daerah," kata Koreografer tari Lampung Barat, Nyoman Mulyawan, Senin.
Dia menjelaskan, pelaksanaan tari akbar tersebut menampilkan berbagai macam atraksi tari daerah yang menonjolkan keelokan dari topeng "Sekura".
"Pagelaran akbar tari 'Sekura' berjalan dengan lancar, panitia tidak menemukan kendala di lapangan, sehingga pelaksanaan tersebut berjalan sesuai dengan rencana, bahkan masyarakat kagum dan terlarut dalam penampilan yang disuguhkan tersebut," kata dia.
Menurutnya, tari "Sekura" pantas di sejajarkan dengan tari yang sudah ternama di Indonesia.
Nyoman menjelaskan, persiapan melaksanakan pentas tari akbar tersebut memakan waktu tiga bulan lebih, dengan penari dari sanggar tari daerah dan masyarakat setempat.
"Bersyukur masyarakat yang berada di daerah ini mampu membantu pelaksanaan pagelaran tari akbar, sehingga penampilan yang disuguhkan mampu memberikan hiburan dan pengetahuan terhadap masyarakat pendatang yang sengaja menyaksikan pagelaran tari tersebut," kata dia.
Kemudian, lanjut Nyoman, panitia juga melibatkan mahasiswa yang berasal dari Lampung Barat yang menjalani pendidikan pada Institut Seni Indonesia di Jogyakarta, mereka telah melakukan berbagai latihan dan narasi tari yang akan ditampilkan tersebut.
"Sekura" dalam kebudayaan Lampung artinya topeng (menutup wajah) atau mengubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat di muka bumi ini, tetapi dalam pesta "sekura" penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Pesta Budaya "Sekura" secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng dan mengubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistem "beguai jejama" (gotong royong).
Pelaksanaan tari akbar "Sekura" Lampung Barat tersebut, sebagai bentuk apresiasi dari seniman tari dalam menjalani tugas akhir Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) di Jogyakarta, tari "Sekura" yang dipilih tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap Lampung Barat yang memiliki kebudayaan kental dan hingga kini terus lestari.
Tari akbar yang melibatkan 98 penari tersebut membawakan lima buah tarian diantaranya Tari "Sekura Kamak', "Sakura Betik", "Muli Ngekliak Sakura", "Setekhut Sesiyahan".
Pesta budaya tradisional tersebut biasanya dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari Pekon ke Pekon yang lain.
Pesta Sekura dalam pandangan secara umum kegiatan tersebut hampir sama dengan pentas teater luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat, dengan gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berekspresi.
Topeng Sekura secara teknis dibagi dua kelompok yakni Sekura Betik yang memilki arti lebih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira, kemudian Sekura Kamak (kotor), Sekura Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam berkelompok guna mencapai puncak dan menjadi pemenang.
"Saya berharap akan ada lagi pagelaran tari akbar semacam ini, sehingga kebudayaan asli Lampung Barat seperti Sekura dapat terjaga rapih, meskipun harus berhadapan dengan budaya barat," kata Nyoman lagi.
Sumber: Antara, Senin, 18 Juli 2011
No comments:
Post a Comment