BANTEN (Lampost): Sebanyak 23 lumba-lumba terdampar di perairan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Mereka diduga tersesat dan tidak bisa kembali ke air dalam. Akibatnya, 17 ekor lumba-lumba hidung botol itu mati.
LUMBA-LUMBA MATI. Sejumlah warga mengumpulkan lumba-lumba yang mati sebelum dikubur di Ujung Kulon, Kamis (29-9). Sebanyak 16 ekor lumba-lumnba yang terdampar mati, sementara tujuh lainnya selamat dan dikembalikan ke laut. Lumba-lumba ini diperkirakan merupakan koloni lumba-lumba di Teluk Kiluan, Tanggamus. (REUTER)
"Warga lokal yang sedang mencari kerang menemukan 23 lumba-lumba terdampar," kata aktivis Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Benfica, Kamis (29-9).
Terdamparnya lumba-lumba ini terjadi pada Rabu (28-9) siang. Saat hendak ditolong, 16 lumba-lumba sudah mati. Sisanya yang bertahan coba diselamatkan petugas taman nasional dan warga. "Pagi tadi pukul 10.00 sisanya 7 lumba-lumba digiring ke laut dalam. Namun, setelah dipantau, 1 mati," ujarnya.
Sisa 6 ekor terus dipantau agar tidak kembali ke perairan dangkal. "Mereka tersesat sampai masuk ke perairan dangkal mungkin karena asyik mencari makan, saat itu laut memang pasang," kata Benfica. Kejadian ini baru pertama terjadi di Ujung Kulon.
Ketua Yayasan Ekowisata Cikal Lampung Riko Stefanus menjelaskan ada kemungkinan satwa itu terbawa jaring nelayan kapal purse seine. "Karena kapal beroperasi malam dan memakai lampu, bisa jadi mereka masuk dalam jaring dan terbawa sampai Banten. Nelayan dari Ujung Kulon juga sering mencari ikan sampai perairan Lampung," kata Riko.
Jika itu terjadi, biasanya pada kulit lumba-lumba ada bekas sayatan jaring.
Kemungkinan lain, lumba-lumba terkontaminasi limbah sehingga membuat mereka mencari perairan yang jernih. "Atau bisa juga karena musim berahi sehingga membuat jelajah mereka tinggi. Sebab, pada dasarnya, satwa ini lincah bergerak. Tak menutup kemungkinan sampai ke Ujung Kulon," kata Riko. (ASP/U-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 30 September 2001
September 30, 2011
September 29, 2011
Bandara Seray Beroperasi
KRUI (Lampost): Setelah menunggu lebih dari empat tahun, Provinsi Lampung kini memiliki bandar udara (bandara) sipil kedua setelah Bandara Radin Inten II, Natar, Lampung Selatan. Bandara Seray di Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat, mulai Rabu (28-9), secara resmi melayani penerbangan komersial.
PENERBANGAN PERDANA. Pesawat terbang komersial Susi Air mendarat perdana di Bandara Seray, Pesisir Tengah, Lampung Barat, Rabu (28-9) pukul 11.25. Ribuan warga antusias menyaksikan kedatangan pesawat yang berangkat dari Halim Perdanakusuma, Jakarta dan berisi 12 penumpang itu, antara lain anggota DPR Nazaruddin Kiemas, Usmawarni Pieter, Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin, staf pribadi Bupati Lambar Oking Gandamiharja, dan pengusaha Irfan Nuranda Jafar. (DOKPRI/DUTA SUHANDA)
Pendaratan perdana menggunakan pesawat terbang komersial Susi Air dengan rute Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta—Bandara Seray. Seribuan warga berkerumun di pinggir bandara menyaksikan kedatangan pesawat yang ditumpangi anggota DPR Nazarudin Kiemas, Usmawarni Pieter, Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin, staf Bupati Lampung Barat Oking Gandamiharja, pengusaha Irfan Nuranda Jafar, dan penumpang lainnya pukul 11.25. Pesawat kedua mendarat sekitar pukul 13.00.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan pada prinsipnya Bandara Seray merupakan bandara navigasi dan mitigasi bencana. Di Lampung Barat terdapat patahan Semangko dan menjadi salah satu daerah rawan bencana. "Namun, Bandara Seray juga akan difungsikan sebagai penerbangan umum yang dapat menggeliatkan perekonomian masyarakat Lambar," kata dia.
Apalagi, kata Bupati, berbagai potensi wisata yang dimiliki Lambar yang saat ini menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan asing, memungkinkan untuk pengoperasian Bandara Seray sebagai bandara umum. Perencanaan Bandara Seray dilakukan sejak 2004 mulai dari pembebasan lahan, pembangunan, hingga penerbangan uji coba kemarin. "Uji coba perdana Bandara Seray menjadi kado terindah bagi Lampung Barat yang merayakan hari jadinya ke-20, 24 September ini.”
Saat ini, kata Mukhlis, dari total luas bandara tidak kurang dari 50 ha, telah dibangun antara lain panjang landasan (runway) 974 x 23 meter, apron 90 m x 80 meter, taxi way 98 meter x 18 meter, gedung administrasi dan jalan akses bandara sepanjang 1.800 meter x 25 meter. Ke depan diharapkan akan terus lakukan pembangunan sehingga dapat difungsikan untuk pendaratan pesawat Boing 737.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan izin untuk uji coba Bandara Seray oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
Mukhlis mengatakan diterimanya izin terbang menjadi angin segar bagi Lampung Barat untuk mengembangkan pembangunan daerah. "Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset dan membuktikan bahwa pemerintah serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," kata Bupati.
Menurut dia, semakin cepat Bandara Seray difungsikan, dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat. Bandara Seray menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat karena di Provinsi Lampung baru terdapat dua bandar udara, yakni Radin Inten dan Bandara Seray.
Saya optimistis Bandara Seray yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat.
Meningkatkan Kesejahteraan
Senada dengan itu, anggota DPR Nazaruddin Kiemas mengatakan Lampung Barat memiliki berbagai potensi wisata, tetapi selama ini masih terisolasi dari transportasi udara sehingga menjangkaunya dari Jakarta membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Uji coba penerbangan Bandara Seray ini diharapkan mampu meningkatkan akses transportasi ke dearah ini. Dari sini akan berdampak pada kesejahteraan rakyat. Selama 53 tahun, saya tinggal di Krui. Saya putra Krui. Kalau dulu berjalan kaki, sekarang pesawat sudah bisa mendarat," kata dia.
Nantinya, ujar Nazaruddin Kiemas, Bandara Seray juga diupayakan untuk penerbangan pesawat kargo dan penumpang sehingga hasil alam Lambar dapat didistribusikan melalui udara dan menjadi transportasi alternatif kunjungan wisawatan ke Lambar. "Kami akan coba perjuangkan supaya Komisi V dapat mengalokasikan anggaran untuk meneruskan penambahan landasan pacu dan infrastruktur pendukung dari APBN supaya kapasitasnya sama dengan bandara yang lain," kata dia.
Daniel, seorang wisatawan asing yang kebetulan hadir dalam kesempatan itu, menyambut gembira keberadaan Bandara Seray. "Jika nanti Bandara Seray sudah dioperasikan untuk penumpang umum, kami akan informasikan kepada wisatawan lain yang ingin berkunjung ke Lampung Barat," kata Daniel. (*/U-2)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 29 September 2011 05:19
PENERBANGAN PERDANA. Pesawat terbang komersial Susi Air mendarat perdana di Bandara Seray, Pesisir Tengah, Lampung Barat, Rabu (28-9) pukul 11.25. Ribuan warga antusias menyaksikan kedatangan pesawat yang berangkat dari Halim Perdanakusuma, Jakarta dan berisi 12 penumpang itu, antara lain anggota DPR Nazaruddin Kiemas, Usmawarni Pieter, Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin, staf pribadi Bupati Lambar Oking Gandamiharja, dan pengusaha Irfan Nuranda Jafar. (DOKPRI/DUTA SUHANDA)
Pendaratan perdana menggunakan pesawat terbang komersial Susi Air dengan rute Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta—Bandara Seray. Seribuan warga berkerumun di pinggir bandara menyaksikan kedatangan pesawat yang ditumpangi anggota DPR Nazarudin Kiemas, Usmawarni Pieter, Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin, staf Bupati Lampung Barat Oking Gandamiharja, pengusaha Irfan Nuranda Jafar, dan penumpang lainnya pukul 11.25. Pesawat kedua mendarat sekitar pukul 13.00.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan pada prinsipnya Bandara Seray merupakan bandara navigasi dan mitigasi bencana. Di Lampung Barat terdapat patahan Semangko dan menjadi salah satu daerah rawan bencana. "Namun, Bandara Seray juga akan difungsikan sebagai penerbangan umum yang dapat menggeliatkan perekonomian masyarakat Lambar," kata dia.
Apalagi, kata Bupati, berbagai potensi wisata yang dimiliki Lambar yang saat ini menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan asing, memungkinkan untuk pengoperasian Bandara Seray sebagai bandara umum. Perencanaan Bandara Seray dilakukan sejak 2004 mulai dari pembebasan lahan, pembangunan, hingga penerbangan uji coba kemarin. "Uji coba perdana Bandara Seray menjadi kado terindah bagi Lampung Barat yang merayakan hari jadinya ke-20, 24 September ini.”
Saat ini, kata Mukhlis, dari total luas bandara tidak kurang dari 50 ha, telah dibangun antara lain panjang landasan (runway) 974 x 23 meter, apron 90 m x 80 meter, taxi way 98 meter x 18 meter, gedung administrasi dan jalan akses bandara sepanjang 1.800 meter x 25 meter. Ke depan diharapkan akan terus lakukan pembangunan sehingga dapat difungsikan untuk pendaratan pesawat Boing 737.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan izin untuk uji coba Bandara Seray oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
Mukhlis mengatakan diterimanya izin terbang menjadi angin segar bagi Lampung Barat untuk mengembangkan pembangunan daerah. "Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset dan membuktikan bahwa pemerintah serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," kata Bupati.
Menurut dia, semakin cepat Bandara Seray difungsikan, dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat. Bandara Seray menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat karena di Provinsi Lampung baru terdapat dua bandar udara, yakni Radin Inten dan Bandara Seray.
Saya optimistis Bandara Seray yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat.
Meningkatkan Kesejahteraan
Senada dengan itu, anggota DPR Nazaruddin Kiemas mengatakan Lampung Barat memiliki berbagai potensi wisata, tetapi selama ini masih terisolasi dari transportasi udara sehingga menjangkaunya dari Jakarta membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Uji coba penerbangan Bandara Seray ini diharapkan mampu meningkatkan akses transportasi ke dearah ini. Dari sini akan berdampak pada kesejahteraan rakyat. Selama 53 tahun, saya tinggal di Krui. Saya putra Krui. Kalau dulu berjalan kaki, sekarang pesawat sudah bisa mendarat," kata dia.
Nantinya, ujar Nazaruddin Kiemas, Bandara Seray juga diupayakan untuk penerbangan pesawat kargo dan penumpang sehingga hasil alam Lambar dapat didistribusikan melalui udara dan menjadi transportasi alternatif kunjungan wisawatan ke Lambar. "Kami akan coba perjuangkan supaya Komisi V dapat mengalokasikan anggaran untuk meneruskan penambahan landasan pacu dan infrastruktur pendukung dari APBN supaya kapasitasnya sama dengan bandara yang lain," kata dia.
Daniel, seorang wisatawan asing yang kebetulan hadir dalam kesempatan itu, menyambut gembira keberadaan Bandara Seray. "Jika nanti Bandara Seray sudah dioperasikan untuk penumpang umum, kami akan informasikan kepada wisatawan lain yang ingin berkunjung ke Lampung Barat," kata Daniel. (*/U-2)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 29 September 2011 05:19
September 28, 2011
Warga Sambut Pendaratan Perdana
KRUI (Lampost): Uji coba operasional Bandar Lampung (Bandara) Seray, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, hari ini (28-9) disambut antusias warga sebagai kado HUT ke-20 kabupaten setempat.
Berdasar informasi yang dihimpun Lampung Post dari wilayah Pesisir, Selasa (27-9), uji coba pendaratan perdana pesawat komersial itu cukup menyita perhatian warga. Masyarakat sejak kemarin silih berganti mendatangi lapter untuk melihat persiapan uji coba.
Salah seorang warga Pesisir, Ruskan, mengatakan uji coba lapter itu seolah membuka harapan baru bagi warga Pesisir yang selama ini menantikan pengoperasian sarana tersebut. "Sudah lama kami menantikan uji coba bandar dan kini ternyata menjadi kenyataan."
Menurut dia, selama ini masyarakat menilai Lambar sebagai kabupaten yang susah dijangkau dari ibu kota provinsi dan memerlukan waktu hingga delapan jam melalui perjalanan darat.
Dengan pendaratan perdana pesawat di wilayah tersebut, hal itu dianggap sebagai kado spektakuler menyambut hari jadi kabupaten yang dimekarkan pada 1991 silam.
Senada dengan Ruskan, Faturahman, warga lain, mengatakan dia bersama beberapa rekannya sejak dua hari lalu sengaja bolak-balik mengendarai sepeda motor untuk melihat lokasi lapter dan persiapan pendaratan. "Masyarakat Krui sudah tidak sabar lagi ingin melihat pesawat mendarat di Seray. Sejak kemarin sudah banyak yang datang ke lokasi."
Dari informasi yang diperoleh Lampung Post, pesawat Susi Air yang akan mendarat di Pekon Seray dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta akan membawa penumpang pejabat Direktorat Bandara Kementerian Perhubungan, Selamat D.W. dan Arif Rahman, Inspektur Kelaikan Udara Winarso dan Capt. Bonipal.
Kemudian, anggota DPR Nazarudin Kiemas dan Usmawarni Peter serta Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin. Selain itu, juga terdapat Didi Supriadi, Irfan Nuranda Djafar, Oking Ganda Miharja, Yesi Evawani, dan Yasti Mokoagow.
Di sisi lain, Bupati Mukhlis Basri kemarin menyatakan rencana operasional Lapter Seray akan menjadi gerbang untuk kemajuan pembangunan di Lambar ke depan.
"Jika uji coba penerbangan perdana ini berhasil, seluruh akses di Lampung Barat akan terbuka. Potensi pariwisata di Lampung Barat dapat segera dimaksimalkan," kata Mukhlis saat menghadiri halalbihalal guru se-Kecamatan Balikbukit kemarin.
Dia menambahkan jika Lapter Seray ini sudah dioperasikan, Pemkab akan memprioritaskan program pembangunan bidang pariwisata. Melalui Lapter Seray, sektor pariwisata diyakini terbuka luas untuk dikembangkan.
Potensi pariwisata di Lambar cukup besar, dan jika dikelola dengan baik, dapat meningkatkan pendapatan daerah. "Ke depan sektor pariwisata akan diprioritaskan, karena sektor inilah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan. Kalau sektor pertanian dan perkebunan sudah tidak dapat diharapkan karena lahannya tidak ada lagi," kata Mukhlis.
Dengan pengoperasian Lapter Seray ini, kata dia, seluruh jalan-jalan akan terbuka. Selama ini untuk menuju Lambar hanya mengandalkan jalur darat dengan jarak tempuh cukup jauh. Kondisi tersebut tentu mengurangi daya tarik investor.
Namun, dengan dibukanya sarana transportasi jalur udara dipastikan menarik minat para investor untuk masuk ke Lambar, khususnya di sektor pariwisata. (*/ELI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 28 September 2011
Berdasar informasi yang dihimpun Lampung Post dari wilayah Pesisir, Selasa (27-9), uji coba pendaratan perdana pesawat komersial itu cukup menyita perhatian warga. Masyarakat sejak kemarin silih berganti mendatangi lapter untuk melihat persiapan uji coba.
Salah seorang warga Pesisir, Ruskan, mengatakan uji coba lapter itu seolah membuka harapan baru bagi warga Pesisir yang selama ini menantikan pengoperasian sarana tersebut. "Sudah lama kami menantikan uji coba bandar dan kini ternyata menjadi kenyataan."
Menurut dia, selama ini masyarakat menilai Lambar sebagai kabupaten yang susah dijangkau dari ibu kota provinsi dan memerlukan waktu hingga delapan jam melalui perjalanan darat.
Dengan pendaratan perdana pesawat di wilayah tersebut, hal itu dianggap sebagai kado spektakuler menyambut hari jadi kabupaten yang dimekarkan pada 1991 silam.
Senada dengan Ruskan, Faturahman, warga lain, mengatakan dia bersama beberapa rekannya sejak dua hari lalu sengaja bolak-balik mengendarai sepeda motor untuk melihat lokasi lapter dan persiapan pendaratan. "Masyarakat Krui sudah tidak sabar lagi ingin melihat pesawat mendarat di Seray. Sejak kemarin sudah banyak yang datang ke lokasi."
Dari informasi yang diperoleh Lampung Post, pesawat Susi Air yang akan mendarat di Pekon Seray dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta akan membawa penumpang pejabat Direktorat Bandara Kementerian Perhubungan, Selamat D.W. dan Arif Rahman, Inspektur Kelaikan Udara Winarso dan Capt. Bonipal.
Kemudian, anggota DPR Nazarudin Kiemas dan Usmawarni Peter serta Wakil Bupati Lambar Dimyati Amin. Selain itu, juga terdapat Didi Supriadi, Irfan Nuranda Djafar, Oking Ganda Miharja, Yesi Evawani, dan Yasti Mokoagow.
Di sisi lain, Bupati Mukhlis Basri kemarin menyatakan rencana operasional Lapter Seray akan menjadi gerbang untuk kemajuan pembangunan di Lambar ke depan.
"Jika uji coba penerbangan perdana ini berhasil, seluruh akses di Lampung Barat akan terbuka. Potensi pariwisata di Lampung Barat dapat segera dimaksimalkan," kata Mukhlis saat menghadiri halalbihalal guru se-Kecamatan Balikbukit kemarin.
Dia menambahkan jika Lapter Seray ini sudah dioperasikan, Pemkab akan memprioritaskan program pembangunan bidang pariwisata. Melalui Lapter Seray, sektor pariwisata diyakini terbuka luas untuk dikembangkan.
Potensi pariwisata di Lambar cukup besar, dan jika dikelola dengan baik, dapat meningkatkan pendapatan daerah. "Ke depan sektor pariwisata akan diprioritaskan, karena sektor inilah yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan. Kalau sektor pertanian dan perkebunan sudah tidak dapat diharapkan karena lahannya tidak ada lagi," kata Mukhlis.
Dengan pengoperasian Lapter Seray ini, kata dia, seluruh jalan-jalan akan terbuka. Selama ini untuk menuju Lambar hanya mengandalkan jalur darat dengan jarak tempuh cukup jauh. Kondisi tersebut tentu mengurangi daya tarik investor.
Namun, dengan dibukanya sarana transportasi jalur udara dipastikan menarik minat para investor untuk masuk ke Lambar, khususnya di sektor pariwisata. (*/ELI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 28 September 2011
September 27, 2011
Bandara Seray: Pendaratan Perdana Dijadwalkan Rabu
LIWA (Lampost): Rencana pendaratan perdana (uji coba) operasional Bandar Udara (Bandara) Seray di Krui, Lampung Barat, akan dilaksanakan pada Rabu (28-9). Uji coba itu akan dilaksanakan pesawat terbang Susi Air yang membawa 12 penumpang dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Pesawat Susi Air dijadwalkan berangkat dari Halim pukul 09.00. Waktu tempuh menuju Bandara Seray diperkirakan 1 jam 25 menit.
Kabag Humas Pemkab Lambar Indra Kesuma, Senin (26-9), mengatakan Susi Air akan membawa 12 penumpang, di antaranya tiga perwakilan Kementerian Perhubungan, tiga anggota DPR, dan tiga perwakilan investor.
Penerbangan perdana di Bandara Seray ini merupakan salah satu rangkaian pelaksanaan HUT ke-20 Lambar. Izin penerbangan perdana itu dikeluarkan Pemerintah Pusat pada Jumat lalu, dan uji coba pendaratan perdana ini siap dilaksanakan.
Setelah uji coba pendaratan perdana operasional Bandara Seray ini, ke depan potensi Lambar, terutama di sektor pariwisata, diharapkan dapat digali maksimal. Bahkan, tidak hanya sektor pariwasata, tapi potensi sektor lain juga dapat digali.
Selama ini sektor pariwisata melalui kunjungan wisatawan mancanegara selalu meningkat, padahal sarana transportasi masih menggunakan jalur darat. Namun, dengan adanya bandara ini, jumlah wisatawan yang mengunjungi Lambar dipastikan meningkat.
Kemudian, potensi sektor lain seperti pertanian dan perikanan tangkap di wilayah ini juga cukup tinggi. Melalui alat transportasi udara, diyakini banyak investor yang akan masuk Lambar.
Meskipun demikian, kata Indra, keberadaan Bandara Seray sampai kini masih banyak keterbatasan, sehingga perlu pengembangan pembangunan lebih lanjut, terutama ukuran landasan. (ELI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 27 September 2011
Pesawat Susi Air dijadwalkan berangkat dari Halim pukul 09.00. Waktu tempuh menuju Bandara Seray diperkirakan 1 jam 25 menit.
Kabag Humas Pemkab Lambar Indra Kesuma, Senin (26-9), mengatakan Susi Air akan membawa 12 penumpang, di antaranya tiga perwakilan Kementerian Perhubungan, tiga anggota DPR, dan tiga perwakilan investor.
Penerbangan perdana di Bandara Seray ini merupakan salah satu rangkaian pelaksanaan HUT ke-20 Lambar. Izin penerbangan perdana itu dikeluarkan Pemerintah Pusat pada Jumat lalu, dan uji coba pendaratan perdana ini siap dilaksanakan.
Setelah uji coba pendaratan perdana operasional Bandara Seray ini, ke depan potensi Lambar, terutama di sektor pariwisata, diharapkan dapat digali maksimal. Bahkan, tidak hanya sektor pariwasata, tapi potensi sektor lain juga dapat digali.
Selama ini sektor pariwisata melalui kunjungan wisatawan mancanegara selalu meningkat, padahal sarana transportasi masih menggunakan jalur darat. Namun, dengan adanya bandara ini, jumlah wisatawan yang mengunjungi Lambar dipastikan meningkat.
Kemudian, potensi sektor lain seperti pertanian dan perikanan tangkap di wilayah ini juga cukup tinggi. Melalui alat transportasi udara, diyakini banyak investor yang akan masuk Lambar.
Meskipun demikian, kata Indra, keberadaan Bandara Seray sampai kini masih banyak keterbatasan, sehingga perlu pengembangan pembangunan lebih lanjut, terutama ukuran landasan. (ELI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 27 September 2011
September 26, 2011
Mahasiswa Bukan Hanya Tawuran
Oleh Wandi P. Simanullang
SANGAT memilukan ketika mendengar berita tawuran antarmahasiswa di Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila. Hanya karena saling senggol saat arak-arakan wisuda, tawuran pun tercipta dan puluhan motor rusak, kaca-kaca pecah, serta puluhan orang luka-luka.
Di beberapa kota, seperti Makassar, Medan, dan Jakarta, sering diberitakan terlibat tawuran antar mahasiswa. Tak jarang tawuran mahasiswa karena dipicu persoalan sepele, seperti saling ejek, perempuan, dan kalah pertandingan olahraga.
Tawuran antarmahasiswa bila diidentifikasi kebanyakan diawali masalah satu atau beberapa orang mahasiswa yang tergabung dalam satu kelompok, kemudian berselisih dengan mahasiswa kelompok lain. Karena tergugah rasa solidaritas kelompok dan provokasi, akhirnya anggota lainnya terlibat perselisihan tersebut dengan argumentasi membantu teman bermasalah.
Selain solidaritas, faktor pemicu lainnya: arogansi. Arogansi dari salah satu kelompok, yaitu: jurusan, fakultas, dan universitas bila tawuran itu antara dua kampus yang berbeda. Arogansi lahir karena menganggap kelompoknya paling baik, hebat, dan solid. Cara pandang terhadap kelompok lain pun berbeda, yaitu menganggap kelompok yang lain lemah.
Mahasiswa yang dianggap sebagai kelas intelektual akhirnya berubah menjadi preman dan berperilaku barbar. Adegan lempar batu, perusakan kendaraan bermotor, gedung kuliah, bahkan terkadang fasilitas publik menjadi lumrah dilakukan. Sudah tentu ada harga mahal yang harus dibayar akibat gairah barbar tersebut: tersendatnya perkuliahan, hukuman dari kampus, dan pidana.
Padahal saat ini ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa sangat besar dan menjadi beban berat mahasiswa. Masyarakat menunggu daya kreatif, inovatif, dan solusi dari mahasiswa atas persoalan yang kerap melilit bangsa. Bila mahasiswa rajin tawuran, apakah mungkin dapat memenuhi ekspektasi tersebut? Ironisnya, hanya sedikit mahasiswa yang sadar akan ekspektasi tersebut.
Rasa solidaritas kelompok yang dimiliki mahasiswa sejatinya satu kekuatan besar. Lewat solidaritas inilah seharusnya mahasiswa memaksimalkan pengetahuan yang didapat saat kuliah dalam wujud sikap dan tindakannya. Apabila satu kelompok mahasiswa yang dilandasi semangat solidaritasnya dapat berbuat di masyarakat, ekspektasi masyarakat dapat terpenuhi dan persoalan di negeri ini berkurang.
Meredam Tawuran
Mungkin saya dapat berbagi pengalaman. Pada 14-10-2009 terjadi tawuran antara mahasiswa FISIP dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UPN Veteran Yogyakarta yang berujung penyerangan kampus FISIP. Kebetulan saat tawuran saya adalah pengurus BEM-FISIP yang baru berakhir jabatan kurang lebih dua bulan. Saya terlibat mediasi dengan mantan pimpinan di BEM FTI dan berusaha ikut mendamaikan adik tingkat yang bertikai.
Kesepakatan damai pun dicapai dan membentuk tim bersama untuk mencari provokator penyerangan. Rektor menyatakan akan menindak tegas provokator penyerangan dengan sanksi akademik dan bisa berujung drop out. Tapi nyatanya sampai kini sanksi itu tak kunjung diberikan, malahan sang provokator melenggang lulus dengan mulus.
Rektor Unila mengancam akan memberikan sanksi drop out kepada mahasiswa yang memprovokasi tawuran (Vivanews.com, 22-09-11). Saya berharap rektorat segera menemukan provokator dan benar-benar memberikan sanksi tegas. Sanksi tersebut perlu diwujudkan bukan hanya dalam kata-kata. Sanksi ini benar-benar penting untuk meredam tawuran, karena mungkin ada pihak yang merasa belum puas dalam tawuran tersebut. Selain itu, untuk menunjukkan kepada publik bahwa Unila tidak mentoleransi tindakan kekerasan dan memberikan shock therapy bagi mahasiswa yang ingin menciptakan tawuran baru.
Bila mengacu pada pemikiran Severin & Tankard (2005), salah satu bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasi. Persuasi sangat efektif dalam mencegah terjadinya suatu masalah daripada mengatasi permasalahan tersebut dengan kekerasan. Dengan demikian, pemegang jabatan struktural di kampus, mulai dari tingkat universitas sampai jurusan harus aktif berkomunikasi secara persuasi dengan mahasiswanya.
Apabila struktural kampus rajin membina komunikasi dengan mahasiswanya, kemungkinan dapat meredam terjadinya tawuran antarmahasiswa. Sebab, mahasiswa yang diperhatikan kampusnya cenderung segan melakukan kekerasan dan akan mengutamkan rasionalitas dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Demikian juga dengan organisasi kemahasiswaan, seperti: himpunan jurusan dan BEM, sebaiknya selalu memperhatikan dinamika yang berkembang di antara para anggotanya. Selalu tampil terdepan bila ada isu-isu yang berkembang menuju anarkisme dan berusaha meredamnya.
Wandi P. Simanullang, Mahasiswa Magister Manajemen UGM
Sumber: Lampung Post, Senin, 26 September 2011
SANGAT memilukan ketika mendengar berita tawuran antarmahasiswa di Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila. Hanya karena saling senggol saat arak-arakan wisuda, tawuran pun tercipta dan puluhan motor rusak, kaca-kaca pecah, serta puluhan orang luka-luka.
Di beberapa kota, seperti Makassar, Medan, dan Jakarta, sering diberitakan terlibat tawuran antar mahasiswa. Tak jarang tawuran mahasiswa karena dipicu persoalan sepele, seperti saling ejek, perempuan, dan kalah pertandingan olahraga.
Tawuran antarmahasiswa bila diidentifikasi kebanyakan diawali masalah satu atau beberapa orang mahasiswa yang tergabung dalam satu kelompok, kemudian berselisih dengan mahasiswa kelompok lain. Karena tergugah rasa solidaritas kelompok dan provokasi, akhirnya anggota lainnya terlibat perselisihan tersebut dengan argumentasi membantu teman bermasalah.
Selain solidaritas, faktor pemicu lainnya: arogansi. Arogansi dari salah satu kelompok, yaitu: jurusan, fakultas, dan universitas bila tawuran itu antara dua kampus yang berbeda. Arogansi lahir karena menganggap kelompoknya paling baik, hebat, dan solid. Cara pandang terhadap kelompok lain pun berbeda, yaitu menganggap kelompok yang lain lemah.
Mahasiswa yang dianggap sebagai kelas intelektual akhirnya berubah menjadi preman dan berperilaku barbar. Adegan lempar batu, perusakan kendaraan bermotor, gedung kuliah, bahkan terkadang fasilitas publik menjadi lumrah dilakukan. Sudah tentu ada harga mahal yang harus dibayar akibat gairah barbar tersebut: tersendatnya perkuliahan, hukuman dari kampus, dan pidana.
Padahal saat ini ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa sangat besar dan menjadi beban berat mahasiswa. Masyarakat menunggu daya kreatif, inovatif, dan solusi dari mahasiswa atas persoalan yang kerap melilit bangsa. Bila mahasiswa rajin tawuran, apakah mungkin dapat memenuhi ekspektasi tersebut? Ironisnya, hanya sedikit mahasiswa yang sadar akan ekspektasi tersebut.
Rasa solidaritas kelompok yang dimiliki mahasiswa sejatinya satu kekuatan besar. Lewat solidaritas inilah seharusnya mahasiswa memaksimalkan pengetahuan yang didapat saat kuliah dalam wujud sikap dan tindakannya. Apabila satu kelompok mahasiswa yang dilandasi semangat solidaritasnya dapat berbuat di masyarakat, ekspektasi masyarakat dapat terpenuhi dan persoalan di negeri ini berkurang.
Meredam Tawuran
Mungkin saya dapat berbagi pengalaman. Pada 14-10-2009 terjadi tawuran antara mahasiswa FISIP dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UPN Veteran Yogyakarta yang berujung penyerangan kampus FISIP. Kebetulan saat tawuran saya adalah pengurus BEM-FISIP yang baru berakhir jabatan kurang lebih dua bulan. Saya terlibat mediasi dengan mantan pimpinan di BEM FTI dan berusaha ikut mendamaikan adik tingkat yang bertikai.
Kesepakatan damai pun dicapai dan membentuk tim bersama untuk mencari provokator penyerangan. Rektor menyatakan akan menindak tegas provokator penyerangan dengan sanksi akademik dan bisa berujung drop out. Tapi nyatanya sampai kini sanksi itu tak kunjung diberikan, malahan sang provokator melenggang lulus dengan mulus.
Rektor Unila mengancam akan memberikan sanksi drop out kepada mahasiswa yang memprovokasi tawuran (Vivanews.com, 22-09-11). Saya berharap rektorat segera menemukan provokator dan benar-benar memberikan sanksi tegas. Sanksi tersebut perlu diwujudkan bukan hanya dalam kata-kata. Sanksi ini benar-benar penting untuk meredam tawuran, karena mungkin ada pihak yang merasa belum puas dalam tawuran tersebut. Selain itu, untuk menunjukkan kepada publik bahwa Unila tidak mentoleransi tindakan kekerasan dan memberikan shock therapy bagi mahasiswa yang ingin menciptakan tawuran baru.
Bila mengacu pada pemikiran Severin & Tankard (2005), salah satu bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasi. Persuasi sangat efektif dalam mencegah terjadinya suatu masalah daripada mengatasi permasalahan tersebut dengan kekerasan. Dengan demikian, pemegang jabatan struktural di kampus, mulai dari tingkat universitas sampai jurusan harus aktif berkomunikasi secara persuasi dengan mahasiswanya.
Apabila struktural kampus rajin membina komunikasi dengan mahasiswanya, kemungkinan dapat meredam terjadinya tawuran antarmahasiswa. Sebab, mahasiswa yang diperhatikan kampusnya cenderung segan melakukan kekerasan dan akan mengutamkan rasionalitas dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Demikian juga dengan organisasi kemahasiswaan, seperti: himpunan jurusan dan BEM, sebaiknya selalu memperhatikan dinamika yang berkembang di antara para anggotanya. Selalu tampil terdepan bila ada isu-isu yang berkembang menuju anarkisme dan berusaha meredamnya.
Wandi P. Simanullang, Mahasiswa Magister Manajemen UGM
Sumber: Lampung Post, Senin, 26 September 2011
September 25, 2011
[Perjalanan] Pesta 1.001 ‘Sekura’ Lampung Barat
IDULFITRI 2011 berdekatan dengan HUT ke-20 Kabupaten Lampung Barat. Memanfaatkan momentum pesta sekura yang biasanya ada pada perayaan Lebaran ditanggap serius dengan tajuk Pesta sekura 1.001 wajah.
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/HENDRI ROSADI
Minggu (18-9), sekitar pukul 07.00, warga yang mengenakan sekura (topeng) sudah mulai berdatangan. Padahal, kabut yang akrab di Kota Liwa, Lampung Barat, baru saja berlalu. Namun, warga tetap antusias untuk meramaikan pesta sekura 1.001 wajah yang menjadi tema kegiatan dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-20 Kabupaten Lampung Barat.
Sambil menunggu rombongan lainnya, tampak para sekura bercakap-cakap meskipun tidak membuka penutup wajahnya. Sementara itu, panitia menyiapkan dan mengarahkan setiap rombongan sekura yang datang.
Selanjutnya iring-iringan 1.001 sekura bergerak dari Lapangan Merdeka Pasar Liwa menyusuri jalan protokol menuju pusat perkantoran Pemkab Lampung Barat. Mereka mengikuti pawai sekura dengan pakaian berbagai corak warna dan khasnya adalah mengenakan penutup wajah.
Sesuai dengan tema kegiatan, sekitar 1.001 masyarakat dari empat kecamatan di Lampung Barat, yakni Balikbukit, Batubrak, Belalau, dan Batuketulis, mengenakan topeng sekura. Ada beberapa jenis dan sebutannya, antara lain sekura kamak dan sekura kecah atau helau.
Topeng sekura yang dikenakan dari berbagai bentuk ada yang terbuat dari kayu dan banyak juga dari kain dengan tetap menonjolkan nilai-nilai eksotis budaya tersebut. Perhelatan pesta sekura akbar dan pertama kalinya dalam jumlah besar, banyak menarik perhatian warga yang menonton memadati sepanjang jalan protokol.
Bahkan warga yang berasal dari luar Lampung Barat yang sengaja datang untuk menyaksikan pesta yang lazim digelar memeriahkan Idulfitri ini. Menariknya, seolah mengerti apa yang pengunjung inginkan, sekura itu menghampiri dan menghadap setiap jepretan kamera yang mengarah ke mereka.
Suasana ceria siang itu menghampiri setiap wajah pengunjung. Apalagi setelah Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri dan Wakil Bupati Dimyati Amin juga berbaur bersama mereka dan tidak sungkan-sungkan mengenakan topeng sekura.
Berbagai atraksi yang disajikan sakura, seperti pementasan seni beladiri, budaya, dan cara menyapa pengunjung, membuat warga yang menyaksikan kegiatan larut dalam semaraknya kegiatan.
Begitu juga dengan lantunan sastra Lampung, yakni budaya wawayaan yang dipentaskan sakura di tengah-tengah kerumunan ribuan pengunjung yang datang, ternyata menjadi salah satu wadah menyiarkan agama. Selain itu, rombongan sekura dengan leluasa memperagakan atraksi budaya leluhur, seperti hadra, pencak silat, dan beberapa kesenian lainnya yang kini mulai tergerus zaman.
Pada akhir kegiatan, yakni sekura cakak buah (panjat pinang), sorak-sorai membahana dari setiap sudut Lapangan Pemkab Lampung Barat. Sekitar 50 pohon pinang yang disiapkan panitia menjadi pusat kerumunan. Pengunjung memberi semangat sekura yang tengah berjuang untuk mendapatkan ratusan hadiah yang tergantung di pohon pinang.
Secara bergantian puluhan sekura berkelompok memanjat pohon pinang, sampai akhirnya salah satu dari kelompok berhasil mencapai puncak pohon pinang dan berhak mendapatan hadiah tersebut. (HENDRI ROSADI/ARIFSAH/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/HENDRI ROSADI
Minggu (18-9), sekitar pukul 07.00, warga yang mengenakan sekura (topeng) sudah mulai berdatangan. Padahal, kabut yang akrab di Kota Liwa, Lampung Barat, baru saja berlalu. Namun, warga tetap antusias untuk meramaikan pesta sekura 1.001 wajah yang menjadi tema kegiatan dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-20 Kabupaten Lampung Barat.
Sambil menunggu rombongan lainnya, tampak para sekura bercakap-cakap meskipun tidak membuka penutup wajahnya. Sementara itu, panitia menyiapkan dan mengarahkan setiap rombongan sekura yang datang.
Selanjutnya iring-iringan 1.001 sekura bergerak dari Lapangan Merdeka Pasar Liwa menyusuri jalan protokol menuju pusat perkantoran Pemkab Lampung Barat. Mereka mengikuti pawai sekura dengan pakaian berbagai corak warna dan khasnya adalah mengenakan penutup wajah.
Sesuai dengan tema kegiatan, sekitar 1.001 masyarakat dari empat kecamatan di Lampung Barat, yakni Balikbukit, Batubrak, Belalau, dan Batuketulis, mengenakan topeng sekura. Ada beberapa jenis dan sebutannya, antara lain sekura kamak dan sekura kecah atau helau.
Topeng sekura yang dikenakan dari berbagai bentuk ada yang terbuat dari kayu dan banyak juga dari kain dengan tetap menonjolkan nilai-nilai eksotis budaya tersebut. Perhelatan pesta sekura akbar dan pertama kalinya dalam jumlah besar, banyak menarik perhatian warga yang menonton memadati sepanjang jalan protokol.
Bahkan warga yang berasal dari luar Lampung Barat yang sengaja datang untuk menyaksikan pesta yang lazim digelar memeriahkan Idulfitri ini. Menariknya, seolah mengerti apa yang pengunjung inginkan, sekura itu menghampiri dan menghadap setiap jepretan kamera yang mengarah ke mereka.
Suasana ceria siang itu menghampiri setiap wajah pengunjung. Apalagi setelah Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri dan Wakil Bupati Dimyati Amin juga berbaur bersama mereka dan tidak sungkan-sungkan mengenakan topeng sekura.
Berbagai atraksi yang disajikan sakura, seperti pementasan seni beladiri, budaya, dan cara menyapa pengunjung, membuat warga yang menyaksikan kegiatan larut dalam semaraknya kegiatan.
Begitu juga dengan lantunan sastra Lampung, yakni budaya wawayaan yang dipentaskan sakura di tengah-tengah kerumunan ribuan pengunjung yang datang, ternyata menjadi salah satu wadah menyiarkan agama. Selain itu, rombongan sekura dengan leluasa memperagakan atraksi budaya leluhur, seperti hadra, pencak silat, dan beberapa kesenian lainnya yang kini mulai tergerus zaman.
Pada akhir kegiatan, yakni sekura cakak buah (panjat pinang), sorak-sorai membahana dari setiap sudut Lapangan Pemkab Lampung Barat. Sekitar 50 pohon pinang yang disiapkan panitia menjadi pusat kerumunan. Pengunjung memberi semangat sekura yang tengah berjuang untuk mendapatkan ratusan hadiah yang tergantung di pohon pinang.
Secara bergantian puluhan sekura berkelompok memanjat pohon pinang, sampai akhirnya salah satu dari kelompok berhasil mencapai puncak pohon pinang dan berhak mendapatan hadiah tersebut. (HENDRI ROSADI/ARIFSAH/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
[Fokus] Tawuran, Jejak Lama di Unila
PROSESI wisuda Universitas Lampung (Unila) baru saja bubaran, Rabu (21-9). Salah satu acaranya, pidato Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. Ia sempat memuji Unila tidak ada tawuran. Namun, begitu Gubernur pulang, perang antarmahasiswa pecah.
“Saya bangga karena Unila yang semakin maju. Budaya intelektualnya menguat dan tidak pernah terdengar adanya tawuran seperti di kampus-kampus lain. Ini harus dipertahankan.”
Begitu kira-kira petikan pidato Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. saat memberi sambutan pada acara wisuda pascasarjana, sarjana, dan diploma Unila, Rabu (21-9). Hadirin pun menyambut dengan tepuk tangan yang bergemuruh. Para pemimpin kampus hijau itu pun tersanjung dengan apresiasi tersebut.
Dalam empat tahun terakhir, ketika media massa menyorot banyak kampus di banyak tempat dilanda tawuran, Unila tidak pernah masuk televisi dan koran untuk urusan itu. Namun, preseden buruk ini terjadi Rabu kemarin. Ironinya lagi, ini terjadi pada saat Unila sedang dipuji setinggi langit.
Tawuran memang bukan barang baru di Unila. Dalam skala kecil, pada Juli lalu, beberapa anggota lembaga kemahasiswaan bertikai terkait kepemimpinan presiden BEM Unila. Namun, itu tidak membesar dan dapat diredam. Sedangkan yang terbesar adalah Rabu lalu.
Berdasarkan data yang ada sejak 2005, terjadi beberapa kali tawuran. Beberapa tawuran dipicu oleh hal sepele. Tahun 2007 terjadi tawuran antara mahasiswa FT dan mahasiswa FE Unila. Pemicunya adalah ada mahasiswa yang tidak terima dengan perlakukan mahasiswa lain yang menggeber sepeda motor. Tawuran yang terjadi tahun 2005 terjadi antara sesama mahasiswa FISIP, dipicu akibat pembekuan lembaga kemahasiswaan.
Tawuran yang terjadi 21 September lalu dipicu akibat mahasiswa yang bersitegang saat arak-arakan wisuda. Namun, tawuran yang terakhir terjadi ini mengakibatkan kerusakan yang paling parah. Puluhan kendaraan rusak, fasilitas kuliah pun rusak, dan beberapa korban luka.
Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unila, Hartoyo, mengatakan tawuran di Unila bisa melibatkan massa yang jumlahnya cukup besar dimulai dengan masalah yang sepele. Awalnya bermula dari masalah personal, kemudian melebar jadi kerumunan massa. Sebelumnya memang sudah ada jejak historis pertikaian antarfakultas, seperti FH, FISIP, dan FT. Persoalan yang sudah lama ini kemudian dipicu oleh beberapa orang dan menarik massa yang lebih besar.
Menurut dia, dalam psikologi massa, kerumunan massa yang tidak dipecah akan menjadi amuk massa. Massa yang tidak diredam akan cepat berkembang menjadi kerumunan dan tersugesti menjadi aksi massa. Hal ini yang membuat massa berani melakukan perusakan.
Institusi pun, kata dia, terlambat melakukan kontrol terhadap kerumunan mahasiswa sehingga memancing massa yang lebih besar. “Bahkan ada mahasiswa yang tadinya tidak ke kampus malah ikut ke Unila,” kata dia.
Hartoyo mengusulkan agar arak-arakan wisuda yang menjadi pemicu pertikaian harus diawasi, dikontrol, dan didampingi. Massa yang ikut arak-arakan wisuda harus dibatasi. Jika Unila tidak mampu mengawasi, sebaiknya acara mengarak wisudawan ditiadakan.
Ia pun mengusulkan agar pembinaan mahasiswa harus ditingkatkan pada arah solidaritas intelektual akademis, bukan solidaritas emosional. Kegiatan kemahasiswaan pun harus diarahkan agar bisa mengembangkan prestasi akademik.
Doktor Sosiologi ini mengusulkan agar adanya perubahan aturan. Unila perlu membuat aturan yang ditandatangani mahasiswa yang baru masuk. Dalam aturan itu, ada hal yang harus diikuti dan tidak dilanggar. Bila dilanggar, bisa langsung dikeluarkan dari kampus. Misalnya aturan tentang narkoba, perkelahian, dan sejenisnya. “Orang tua dan mahasiswa pun akan patuh karena mereka sudah tanda tangan ketika masuk Unila,” kata dia.
Hartoyo menambahkan program orientasi mahasiswa atau ospek harus dievaluasi. Sisi positif dan negatif harus ditinjau ulang agar program ini betul-betul membantu perkembangan mahasiswa ke arah yang positif. “Kadang ada program pengenalan antara senior dan junior. Kegiatan ini pun harus dievaluasi agar tidak tumbuh solidaritas yang salah antarsenior junior,” kata dia.
Sosiolog Unila, Sindung Haryanto, menilai tawuran antarmahasiswa Unila yang merusak fasilitas umum dan kendaraan pribadi ini dimulai dengan emosi yang mudah meledak. Emosi mahasiswa cepat naik walaupun dipicu oleh hal sepele. Emosi mudah naik karena tekanan yang dihadapi mahasiswa, seperti tekanan kompetisi dan ketatnya dunia. Semua tekanan ini mengendap di bawah sadar dan membuat emosi pun mudah meledak.
“Tawuran mahasiswa tidak hanya terjadi di Unila. Di daerah lain pun sering terjadi tawuran mahasiswa dan pelajar,” ujarnya.
Menurut dia, masalah tawuran tidak bisa dilokalisasi hanya untuk Lampung. Ini menjadi persoalan umum yang dihadapi masyarakat dan mahasiswa. Tekanan kehidupan yang dihadapi masyarakat dan mahasiswa cukup keras.
Mahasiswa, kata dia, cenderung mencari musuh bersama. Saat ada yang mengganggu maka bisa langsung dijadikan musuh bersama. Akhirnya, mahasiswa melampiaskan amarahnya pada pihak yang mengganggu karena dianggap musuh. Faktor tidak adanya pemimpin yang menjadi figur dan panutan juga menjadi salah satu pemicu tawuran mahasiswa.
Dalam psikologi masa, kata dia, kerumunan massa berbeda dengan saat sendiri. Massa tidak punya identitas, melebur, dan tidak dapat diketahui. Karena tidak memiliki identitas, masa cenderung melanggar norma dan aturan. “Massa biasa melakukan pelanggaran karena identitas masing-masing tidak diketahui,” kata dia.
Ia menilai penyebab tawuran sangat kompleks dan banyak hal yang dilaukan untuk melakukan pembenahan agar tidak terulang kembali perkalian antarmahasiswa. Misalnya dengan perbaikan sistem pendidikan. Mahasiswa saat ini kekurangan pendidikan yang bermuatan pada moralitas sehingga hanya menghasilkan peserta didik yang unggul secara akademis tapi tidak dalam hal moralitas.
“Bila moralitas diabaikan, manusia tidak utuh. Pintar secara logika tapi miskin budi pekerti,” kata dia. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
“Saya bangga karena Unila yang semakin maju. Budaya intelektualnya menguat dan tidak pernah terdengar adanya tawuran seperti di kampus-kampus lain. Ini harus dipertahankan.”
Begitu kira-kira petikan pidato Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. saat memberi sambutan pada acara wisuda pascasarjana, sarjana, dan diploma Unila, Rabu (21-9). Hadirin pun menyambut dengan tepuk tangan yang bergemuruh. Para pemimpin kampus hijau itu pun tersanjung dengan apresiasi tersebut.
Dalam empat tahun terakhir, ketika media massa menyorot banyak kampus di banyak tempat dilanda tawuran, Unila tidak pernah masuk televisi dan koran untuk urusan itu. Namun, preseden buruk ini terjadi Rabu kemarin. Ironinya lagi, ini terjadi pada saat Unila sedang dipuji setinggi langit.
Tawuran memang bukan barang baru di Unila. Dalam skala kecil, pada Juli lalu, beberapa anggota lembaga kemahasiswaan bertikai terkait kepemimpinan presiden BEM Unila. Namun, itu tidak membesar dan dapat diredam. Sedangkan yang terbesar adalah Rabu lalu.
Berdasarkan data yang ada sejak 2005, terjadi beberapa kali tawuran. Beberapa tawuran dipicu oleh hal sepele. Tahun 2007 terjadi tawuran antara mahasiswa FT dan mahasiswa FE Unila. Pemicunya adalah ada mahasiswa yang tidak terima dengan perlakukan mahasiswa lain yang menggeber sepeda motor. Tawuran yang terjadi tahun 2005 terjadi antara sesama mahasiswa FISIP, dipicu akibat pembekuan lembaga kemahasiswaan.
Tawuran yang terjadi 21 September lalu dipicu akibat mahasiswa yang bersitegang saat arak-arakan wisuda. Namun, tawuran yang terakhir terjadi ini mengakibatkan kerusakan yang paling parah. Puluhan kendaraan rusak, fasilitas kuliah pun rusak, dan beberapa korban luka.
Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unila, Hartoyo, mengatakan tawuran di Unila bisa melibatkan massa yang jumlahnya cukup besar dimulai dengan masalah yang sepele. Awalnya bermula dari masalah personal, kemudian melebar jadi kerumunan massa. Sebelumnya memang sudah ada jejak historis pertikaian antarfakultas, seperti FH, FISIP, dan FT. Persoalan yang sudah lama ini kemudian dipicu oleh beberapa orang dan menarik massa yang lebih besar.
Menurut dia, dalam psikologi massa, kerumunan massa yang tidak dipecah akan menjadi amuk massa. Massa yang tidak diredam akan cepat berkembang menjadi kerumunan dan tersugesti menjadi aksi massa. Hal ini yang membuat massa berani melakukan perusakan.
Institusi pun, kata dia, terlambat melakukan kontrol terhadap kerumunan mahasiswa sehingga memancing massa yang lebih besar. “Bahkan ada mahasiswa yang tadinya tidak ke kampus malah ikut ke Unila,” kata dia.
Hartoyo mengusulkan agar arak-arakan wisuda yang menjadi pemicu pertikaian harus diawasi, dikontrol, dan didampingi. Massa yang ikut arak-arakan wisuda harus dibatasi. Jika Unila tidak mampu mengawasi, sebaiknya acara mengarak wisudawan ditiadakan.
Ia pun mengusulkan agar pembinaan mahasiswa harus ditingkatkan pada arah solidaritas intelektual akademis, bukan solidaritas emosional. Kegiatan kemahasiswaan pun harus diarahkan agar bisa mengembangkan prestasi akademik.
Doktor Sosiologi ini mengusulkan agar adanya perubahan aturan. Unila perlu membuat aturan yang ditandatangani mahasiswa yang baru masuk. Dalam aturan itu, ada hal yang harus diikuti dan tidak dilanggar. Bila dilanggar, bisa langsung dikeluarkan dari kampus. Misalnya aturan tentang narkoba, perkelahian, dan sejenisnya. “Orang tua dan mahasiswa pun akan patuh karena mereka sudah tanda tangan ketika masuk Unila,” kata dia.
Hartoyo menambahkan program orientasi mahasiswa atau ospek harus dievaluasi. Sisi positif dan negatif harus ditinjau ulang agar program ini betul-betul membantu perkembangan mahasiswa ke arah yang positif. “Kadang ada program pengenalan antara senior dan junior. Kegiatan ini pun harus dievaluasi agar tidak tumbuh solidaritas yang salah antarsenior junior,” kata dia.
Sosiolog Unila, Sindung Haryanto, menilai tawuran antarmahasiswa Unila yang merusak fasilitas umum dan kendaraan pribadi ini dimulai dengan emosi yang mudah meledak. Emosi mahasiswa cepat naik walaupun dipicu oleh hal sepele. Emosi mudah naik karena tekanan yang dihadapi mahasiswa, seperti tekanan kompetisi dan ketatnya dunia. Semua tekanan ini mengendap di bawah sadar dan membuat emosi pun mudah meledak.
“Tawuran mahasiswa tidak hanya terjadi di Unila. Di daerah lain pun sering terjadi tawuran mahasiswa dan pelajar,” ujarnya.
Menurut dia, masalah tawuran tidak bisa dilokalisasi hanya untuk Lampung. Ini menjadi persoalan umum yang dihadapi masyarakat dan mahasiswa. Tekanan kehidupan yang dihadapi masyarakat dan mahasiswa cukup keras.
Mahasiswa, kata dia, cenderung mencari musuh bersama. Saat ada yang mengganggu maka bisa langsung dijadikan musuh bersama. Akhirnya, mahasiswa melampiaskan amarahnya pada pihak yang mengganggu karena dianggap musuh. Faktor tidak adanya pemimpin yang menjadi figur dan panutan juga menjadi salah satu pemicu tawuran mahasiswa.
Dalam psikologi masa, kata dia, kerumunan massa berbeda dengan saat sendiri. Massa tidak punya identitas, melebur, dan tidak dapat diketahui. Karena tidak memiliki identitas, masa cenderung melanggar norma dan aturan. “Massa biasa melakukan pelanggaran karena identitas masing-masing tidak diketahui,” kata dia.
Ia menilai penyebab tawuran sangat kompleks dan banyak hal yang dilaukan untuk melakukan pembenahan agar tidak terulang kembali perkalian antarmahasiswa. Misalnya dengan perbaikan sistem pendidikan. Mahasiswa saat ini kekurangan pendidikan yang bermuatan pada moralitas sehingga hanya menghasilkan peserta didik yang unggul secara akademis tapi tidak dalam hal moralitas.
“Bila moralitas diabaikan, manusia tidak utuh. Pintar secara logika tapi miskin budi pekerti,” kata dia. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
[Fokus] Dari Pesta Wisuda Menjadi Aksi Brutal
PESTA empat kali setahun itu datang lagi. Yakni, saat sukacita para mahasiswa untuk melepas para senior yang segera meninggalkan kampus karena sudah lulus. Ya, wisuda.
Bermacam tradisi digelar pada perayaan itu. Dari yang personal dengan mentraktir teman-teman, hingga pawai keliling kampus sebagai penanda perpisahan. Beberapa lembaga kemahasiswaan di Unila yang dikenal dengan perayaan wisuda yang unik adalah UKM Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), UKM Resimen Mahasiswa (Menwa), UKM Pramuka, Himpunan Mahasiswa
Peternakan, dan beberapa himpunan mahasiswa lainnya.
Sesaat sebelum acara wisuda usai, para anggota lembaga kemahasiswaan menunggu di luar GSG Unila lengkap dengan berbagai peralatan untuk mengarak seniornya yang wisuda. Wisudawan yang dahulu pernah aktif di lembaga kemahasiswaanlah yang akan dijemput organisasinya.
Dari GSG mereka akan diarak sampai ke ruang sekretariat. Terkadang orang tua wisudawan heran dengan apa yang dilakukan anaknya.
Pramuka mengarak anggotanya yang wisuda lengkap dengan atraksi drumben. Sepanjang jalan dari GSG menuju sekretariat Pramuka, mereka mendemonstrasikan drumben. Menwa mengiringi anggotanya yang wisuda dengan pakaian seragam lengkap sambil baris-berbaris rapi.
Lain lagi dengan Mapala, organisasi pencinta alam ini mengarak seniornya seperti perpeloncoan anggota baru. Wisudawan diminta untuk membawa tas ransel yang cukup berat kemudian jalan merangkak sambil
terus diteriaki. Bahkan anggota yang wisudawan diperintahkan untuk melakukan push up, sit up, dan beberapa gerakan pemanasan yang lain.
Himpunan Mahasiswa Peternakan (Himapet) merayakan wisuda dengan mengarak dengan menggunakan gerobak sapi yang sudah dihias. Wisudawan diminta untuk naik gerobak sapi dan digiring keliling kampus. Beberapa anggota Himapet yang lain mengiringi dengan berjalan kaki dan naik sepeda motor.
Beberapa himpunan mahasiswa di FT yang kerap merayakan wisuda dengan berkeliling kampus dengan menggunakan sepeda motor. Puluhan sepeda motor mengarak wisudawan sambil terus menghidupkan klakson.
Saat perayaan wisuda, ada sisi ingar-bingar tapi ada juga yang sisi yang sunyi. UKPM Teknokra, sebagai pers kampus, merayakan wisuda mantan anggotanya dengan berkumpul di dalam sekretariat, di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Perayaan dilakukan dengan mengungkapkan kesan dan pesan dari senior kepada junior. Para orang tua pun diminta untuk menasehati anggota yang belum menyelesaikan kuliahnya.
Perayaan wisuda yang dilakukan mahasiswa menjadi bentuk untuk mengekspresikan kebahagian melihat teman dan sahabatnya memperoleh gelar sarjana. Berbagi kebahagian menjadi semacam oasis di tengah sibuknya akivitas perkuliahan.
Namun, di tangan para mahasiswa yang kurang mengambil hikmah dari tradisi karnaval ini, peristiwanya bisa berbeda. Rabu (21-9), arak-arakan ini menjadi pemantik aksi tawuran yang amat tragis itu. Beberapa mahasiswa mengaku kecewa dengan aksi yang jauh dari nilai intelektual itu.
Nely Merina, mahasiswa Fakultas Pertanian, mengatakan mahasiswa sudah salah dalam menempatkan rasa solidaritas. Mahasiswa lebih memilih mendukung temannya untuk berkelahi. Namun, saat diajak bersatu untuk mengkitik kebijakan rektorat dan dekanat, mahasiswa tidak mau bersatu.
Ia mengatakan mahasiswa hanya sibuk belajar di fakultas dan jurusan masing-masing sehingga tidak mengenal mahasiswa lain dari fakultas lain.
Mahasiswa angkatan 2007 ini sangat menyesalkan sikap mahasiswa yang tawuran karena dipicu masalah yang sepele. Kemarahan mahasiswa sangat jauh berbeda dengan saat pemilihan rektor. Sebelumnya ada pemilihan rektor. Namun, pada saat pemilihan tidak ada mahasiswa yang mempermasalahkan dan meributkannya.
Fatoni Latif, mahasiswa FKIP, juga sangat menyesalkan tawuran yang terjadi antara mahasiswa FT dan FISIP. Apalagi tawuran hanya dipicu masalah sepele yang terjadi saat arak-arakan wisudawan. “Sangat miris melihat mahasiswa berkelahi karena masalah sepele. Awalnya ini hanya salah paham saja. Jika mahasiswa tidak mudah emosi, tidak akan terjadi tawuran,” ujarnya.
Ia berharap mahasiswa bisa bersikap lebih dingin. Mahasiswa dari fakultas lain juga merupakan teman dan saudara. “Bagaimana kalau lemparan batu mengenai teman atau saudara yang ada di fakultas lain,” kata dia.
Fatoni menilai tawuran beberapa hari lalu itu adalah perkelahian terbesar yang pernah terjadi sejak 2006. Besarnya tawuran dilihat dari banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan banyaknya korban yang luka. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
Bermacam tradisi digelar pada perayaan itu. Dari yang personal dengan mentraktir teman-teman, hingga pawai keliling kampus sebagai penanda perpisahan. Beberapa lembaga kemahasiswaan di Unila yang dikenal dengan perayaan wisuda yang unik adalah UKM Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), UKM Resimen Mahasiswa (Menwa), UKM Pramuka, Himpunan Mahasiswa
Peternakan, dan beberapa himpunan mahasiswa lainnya.
Sesaat sebelum acara wisuda usai, para anggota lembaga kemahasiswaan menunggu di luar GSG Unila lengkap dengan berbagai peralatan untuk mengarak seniornya yang wisuda. Wisudawan yang dahulu pernah aktif di lembaga kemahasiswaanlah yang akan dijemput organisasinya.
Dari GSG mereka akan diarak sampai ke ruang sekretariat. Terkadang orang tua wisudawan heran dengan apa yang dilakukan anaknya.
Pramuka mengarak anggotanya yang wisuda lengkap dengan atraksi drumben. Sepanjang jalan dari GSG menuju sekretariat Pramuka, mereka mendemonstrasikan drumben. Menwa mengiringi anggotanya yang wisuda dengan pakaian seragam lengkap sambil baris-berbaris rapi.
Lain lagi dengan Mapala, organisasi pencinta alam ini mengarak seniornya seperti perpeloncoan anggota baru. Wisudawan diminta untuk membawa tas ransel yang cukup berat kemudian jalan merangkak sambil
terus diteriaki. Bahkan anggota yang wisudawan diperintahkan untuk melakukan push up, sit up, dan beberapa gerakan pemanasan yang lain.
Himpunan Mahasiswa Peternakan (Himapet) merayakan wisuda dengan mengarak dengan menggunakan gerobak sapi yang sudah dihias. Wisudawan diminta untuk naik gerobak sapi dan digiring keliling kampus. Beberapa anggota Himapet yang lain mengiringi dengan berjalan kaki dan naik sepeda motor.
Beberapa himpunan mahasiswa di FT yang kerap merayakan wisuda dengan berkeliling kampus dengan menggunakan sepeda motor. Puluhan sepeda motor mengarak wisudawan sambil terus menghidupkan klakson.
Saat perayaan wisuda, ada sisi ingar-bingar tapi ada juga yang sisi yang sunyi. UKPM Teknokra, sebagai pers kampus, merayakan wisuda mantan anggotanya dengan berkumpul di dalam sekretariat, di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Perayaan dilakukan dengan mengungkapkan kesan dan pesan dari senior kepada junior. Para orang tua pun diminta untuk menasehati anggota yang belum menyelesaikan kuliahnya.
Perayaan wisuda yang dilakukan mahasiswa menjadi bentuk untuk mengekspresikan kebahagian melihat teman dan sahabatnya memperoleh gelar sarjana. Berbagi kebahagian menjadi semacam oasis di tengah sibuknya akivitas perkuliahan.
Namun, di tangan para mahasiswa yang kurang mengambil hikmah dari tradisi karnaval ini, peristiwanya bisa berbeda. Rabu (21-9), arak-arakan ini menjadi pemantik aksi tawuran yang amat tragis itu. Beberapa mahasiswa mengaku kecewa dengan aksi yang jauh dari nilai intelektual itu.
Nely Merina, mahasiswa Fakultas Pertanian, mengatakan mahasiswa sudah salah dalam menempatkan rasa solidaritas. Mahasiswa lebih memilih mendukung temannya untuk berkelahi. Namun, saat diajak bersatu untuk mengkitik kebijakan rektorat dan dekanat, mahasiswa tidak mau bersatu.
Ia mengatakan mahasiswa hanya sibuk belajar di fakultas dan jurusan masing-masing sehingga tidak mengenal mahasiswa lain dari fakultas lain.
Mahasiswa angkatan 2007 ini sangat menyesalkan sikap mahasiswa yang tawuran karena dipicu masalah yang sepele. Kemarahan mahasiswa sangat jauh berbeda dengan saat pemilihan rektor. Sebelumnya ada pemilihan rektor. Namun, pada saat pemilihan tidak ada mahasiswa yang mempermasalahkan dan meributkannya.
Fatoni Latif, mahasiswa FKIP, juga sangat menyesalkan tawuran yang terjadi antara mahasiswa FT dan FISIP. Apalagi tawuran hanya dipicu masalah sepele yang terjadi saat arak-arakan wisudawan. “Sangat miris melihat mahasiswa berkelahi karena masalah sepele. Awalnya ini hanya salah paham saja. Jika mahasiswa tidak mudah emosi, tidak akan terjadi tawuran,” ujarnya.
Ia berharap mahasiswa bisa bersikap lebih dingin. Mahasiswa dari fakultas lain juga merupakan teman dan saudara. “Bagaimana kalau lemparan batu mengenai teman atau saudara yang ada di fakultas lain,” kata dia.
Fatoni menilai tawuran beberapa hari lalu itu adalah perkelahian terbesar yang pernah terjadi sejak 2006. Besarnya tawuran dilihat dari banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan banyaknya korban yang luka. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011
September 24, 2011
Lambar Maksimalkan Potensi Pariwisata
LIWA (Lampost): Pemerintah Kabupaten Lampung Barat akan menjadikan pengelolaan potensi pariwisata sebagai lokomotif pembangunan perekonomian daerah yang berdaya saing di tataran global.
Bupati Mukhlis Basri mengatakan hal itu pada sidang paripurna dalam rangka HUT ke-20 Lambar di ruang rapat DPRD setempat, Jumat (23-9).
Dia mengatakan berbagai upaya dilakukan pemerintah sebagai akselerator pembangunan perekonomian, baik kebijakan yang bersifat langsung maupun yang tidak, untuk mewujudkan visi-misi kabupaten demi tercapainnya kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan potensi wisata yang dimiliki Lambar akan dimaksimalkan karena mempunyai daya saing di tataran global.
Menurut Mukhlis, pada usia Kabupaten Lambar yang telah memasuki dasawarsa kedua, berbagai upaya pembangunan telah dilakukan dan perlahan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Selain itu, memasuki tahun keempat kepemimpinannya, dia terus berpaya menggulirkan program prorakyat dan yang dibutuhkan masyarakat, mulai rintisan sekolah gratis tingkat SMA/SMK negeri/sederajat dan Program Kesehatan Masyarakat Gratis (PKMG).
Selain itu, beberapa program lain digulirkan, baik di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, maupun semua sektor yang langsung berhubungan dengan masyarakat.
Untuk pelayanan administrasi kependudukan, Pemkab terus memberi yang terbaik melalui program pembuatan KTP, KK, dan akta kelahiran gratis. Untuk mengoptimalkan program tersebut, instansi terkait langsung turun ke kecamatan-kecamatan sehingga lebih memudahkan masyarakat mendapat pelayanan.
Sedangkan di bidang pemberdayaan masyarakat, program pembangunan infrastruktur langsung dikelola masyarakat melalui Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat.
Dalam program tersebut, warga setiap pekon membentuk kelompok untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur yang didanai APBD. "Semua upaya tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Lampung Barat." (*/D-3)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 24 September 2011
Bupati Mukhlis Basri mengatakan hal itu pada sidang paripurna dalam rangka HUT ke-20 Lambar di ruang rapat DPRD setempat, Jumat (23-9).
Dia mengatakan berbagai upaya dilakukan pemerintah sebagai akselerator pembangunan perekonomian, baik kebijakan yang bersifat langsung maupun yang tidak, untuk mewujudkan visi-misi kabupaten demi tercapainnya kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan potensi wisata yang dimiliki Lambar akan dimaksimalkan karena mempunyai daya saing di tataran global.
Menurut Mukhlis, pada usia Kabupaten Lambar yang telah memasuki dasawarsa kedua, berbagai upaya pembangunan telah dilakukan dan perlahan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Selain itu, memasuki tahun keempat kepemimpinannya, dia terus berpaya menggulirkan program prorakyat dan yang dibutuhkan masyarakat, mulai rintisan sekolah gratis tingkat SMA/SMK negeri/sederajat dan Program Kesehatan Masyarakat Gratis (PKMG).
Selain itu, beberapa program lain digulirkan, baik di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, maupun semua sektor yang langsung berhubungan dengan masyarakat.
Untuk pelayanan administrasi kependudukan, Pemkab terus memberi yang terbaik melalui program pembuatan KTP, KK, dan akta kelahiran gratis. Untuk mengoptimalkan program tersebut, instansi terkait langsung turun ke kecamatan-kecamatan sehingga lebih memudahkan masyarakat mendapat pelayanan.
Sedangkan di bidang pemberdayaan masyarakat, program pembangunan infrastruktur langsung dikelola masyarakat melalui Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat.
Dalam program tersebut, warga setiap pekon membentuk kelompok untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur yang didanai APBD. "Semua upaya tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Lampung Barat." (*/D-3)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 24 September 2011
Bandara Seray Angin Segar Pembangunan Lampung Barat
Liwa (ANTARA News) - Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri, mengatakan bahwa diterimanya izin terbang untuk Bandar Udara Seray di kawasan Krui menjadi angin segar bagi Lampung Barat untuk mengembangkan pembangunan daerah.
Seorang wisatawan berselancar di Tanjung Setia, Krui, Lampung Barat. Kabupaten Lampung Barat akan memiliki Bandar Udara Seray - Krui yang dijadwalkan diuji terbang pada 28 September 2011. (ANTARA/Rosa Panggabean)
"Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset, dan membuktikan bahwa pemerintah serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," katanya.
Menurut dia, semakin cepatnya Bandara Seray - Krui difungsikan, maka dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat.
Ia mengemukakan, bandara tersebuti menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat karena di Provinsi Lampung baru terdapat dua Bandar Udara, yakni Radin Intan dan Bandara Seray - Krui.
"Optimistis Bandara Krui yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat, ujarnya.
Selain itu, ia menilai, wisatawan mancanegara akan dengan mudah datang ke Lampung Barat melalui transportasi udara yang hanya menepuh perjalanan satu jam lebih dari Jakarta, sehingga setiap harinya daerah ini akan banyak didatangi turis dari belahan dunia.
Apalagi, kawasan Krui selama ini terkenal memiliki pantai yang indah, bahkan dikenal oleh banyak wisatawan asing yang gemar berselancar.
Dia menambahkan, berharap pemerintah pusat dapat memfokuskan peresmian Bandara Seray - Krui dengan meningkatkan pembangunan sarana dan prasana yang ada, sehingga fungsi dan kegunaanya dapat dirasakan masyarakat.
Susi Air adalah maskapai penerbangau yang mengisi agenda uji Bandara Krui yang dilakukan pada 28 September 2011 sekira pukul 09.00 WIB melalui penerbangan awal dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Pesawat Susi Air dijadwalkan mendarat perdana di Bandara Seray - Krui setelah menempuh penerbangan sekira 85 menit dari Bandara Halim Perdana Kusuma, dan akan membawa 12 penumpang, yakni pejabat dari Departemen Perhubungan RI, Anggota DPR RI asal Lampung, Anggota Komisi V DPR RI, dan pejabat daerah Lampung.
Editor: Priyambodo RH
Sumber: Antara, Sabtu, 24 September 2011
Seorang wisatawan berselancar di Tanjung Setia, Krui, Lampung Barat. Kabupaten Lampung Barat akan memiliki Bandar Udara Seray - Krui yang dijadwalkan diuji terbang pada 28 September 2011. (ANTARA/Rosa Panggabean)
"Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset, dan membuktikan bahwa pemerintah serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," katanya.
Menurut dia, semakin cepatnya Bandara Seray - Krui difungsikan, maka dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat.
Ia mengemukakan, bandara tersebuti menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat karena di Provinsi Lampung baru terdapat dua Bandar Udara, yakni Radin Intan dan Bandara Seray - Krui.
"Optimistis Bandara Krui yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat, ujarnya.
Selain itu, ia menilai, wisatawan mancanegara akan dengan mudah datang ke Lampung Barat melalui transportasi udara yang hanya menepuh perjalanan satu jam lebih dari Jakarta, sehingga setiap harinya daerah ini akan banyak didatangi turis dari belahan dunia.
Apalagi, kawasan Krui selama ini terkenal memiliki pantai yang indah, bahkan dikenal oleh banyak wisatawan asing yang gemar berselancar.
Dia menambahkan, berharap pemerintah pusat dapat memfokuskan peresmian Bandara Seray - Krui dengan meningkatkan pembangunan sarana dan prasana yang ada, sehingga fungsi dan kegunaanya dapat dirasakan masyarakat.
Susi Air adalah maskapai penerbangau yang mengisi agenda uji Bandara Krui yang dilakukan pada 28 September 2011 sekira pukul 09.00 WIB melalui penerbangan awal dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Pesawat Susi Air dijadwalkan mendarat perdana di Bandara Seray - Krui setelah menempuh penerbangan sekira 85 menit dari Bandara Halim Perdana Kusuma, dan akan membawa 12 penumpang, yakni pejabat dari Departemen Perhubungan RI, Anggota DPR RI asal Lampung, Anggota Komisi V DPR RI, dan pejabat daerah Lampung.
Editor: Priyambodo RH
Sumber: Antara, Sabtu, 24 September 2011
Fanatisme atas Nama Solidaritas
Oleh Moh. Rizky Godjali
SATU pekan berjalan, headline media massa nasional maupun lokal dijejali peristiwa yang terasa ironi di nurani kita sebagai makhluk beradab. Paling tidak, ada dua peristiwa utama mengenai aksi huru-hara yang menyedot perhatian publik. Pertama, siswa SMAN 6 Bulungan Jakarta menganiaya wartawan. Kedua, bentrok antar mahasiswa Unila dari dua fakultas berbeda.
Yang membuat ironi, aksi anarki dilakukan justru oleh pihak yang terlanjur mendapat predikat kaum intelektual oleh sebagian besar masyarakat kita. Kedua kejadian itu menyajikan kepada publik betapa buruknya penanaman moral dan cara berpikir rasional yang dilakukan dalam sistem pendidikan di negeri ini.
Ketika bangsa ini mendambakan suatu generasi, yang memiliki taburan ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan mampu mengangkat martabat negara pada masa mendatang, tapi ternyata kontradiksi yang menyeruak di kehidupan nyata. Golongan terdidik yang berlaku anarki secara berjamaah membuat rakyat pesimistis Indonesia pada masa depan akan dipimpin orang berintelek dan bernilai moral adiluhung.
Tak hanya kedua peristiwa tersebut, ada belasan peristiwa ricuh lainnya yang terjadi setiap Minggu di beberapa daerah. Tak jarang menyertakan pelajar dan mahasiswa. Terlepas dari sistem pendidikan di Indonesia yang seharusnya tidak mengabaikan ajaran akhlak manusia dan perkembangan psikologi peserta didik tiap jenjangnya, penulis ingin mengkritisi sisi fanatisme yang merekat di balik sebagian peristiwa bentrok antarkelompok pelajar serta mahasiswa.
Tak dapat dihindarkan, fenomena fanatisme kini marak menghinggapi generasi usia remaja hingga umur 30 tahun. Bahkan, fanatisme makin berkembang dan memiliki pola tertentu di tengah masyarakat. Fanatisme memiliki tingkat dampak negatif yang tinggi manakala memayungi kaum pemuda dengan segenap semangat bergerak dan melakukan perlawanan yang besar.
Apalagi, jika fanatisme terkelola dengan erat tapi tetap toleran terhadap tindak kekerasan. Maka, tinggal menunggu momentum tepat bagaimana fanatisme menunjukkan taji. Bermanfaat bagi kepentingan golongan yang fanatik tersebut namun merugikan bagi pihak lain. Imam Khomeini mengatakan fanatisme/ashabiyyah adalah perilaku batin yang membela keyakinan yang terikat atas pilihan dirinya. Ketika seseorang melindungi dan membela keluarganya serta membela orang-orang yang memiliki pertalian atau hubungan tertentu dengannya, seperti keyakinan agama, ideologi, ataupun tanah air, seperti itulah fanatisme.
Lumrah jika setiap insan memiliki rasa kepemilikan dan pembelaan terhadap keluarga, kelompok, agama, dan sukunya. Namun, jiwa saling memiliki yang dibalut persamaan kondisi tidak lantas buta terhadap pelanggaran hukum dan norma.
Fanatisme memang akan tumbuh subur pada komunitas yang dihadapkan pada situasi, teraniaya, kalah, atau terancam eksistensinya. Dr. Abd. Rahman Isawi, psikolog dari Universitas Iskandariyah (pada sebuah artikel Mubarok Institute), berpendapat jalan pikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, bahkan mengancam eksistensi dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci kepada orang lain.
Keberadaan fanatisme tidak bisa lepas dari dinamika aktual umat di dunia. Globalisasi abad modern mengharuskan konsekuensi logis manusia hidup tanpa sekat perbedaan yang berorientasi pada faktor tradisional seperti suku dan agama. Dalam perkembangannya, selalu menghasilkan pihak mayoritas yang mendominasi dan adanya golongan marjinal.
Pada prakteknya, terkadang menghalalkan segala cara dengan menerabas aturan hukum. Manusia di kemudian hari membentuk komunal-komunal parsial dalam rangka menjadi pihak yang dominan dan tidak tertindas. Tidak lagi terbatas pada faktor tradisional, tapi lebih fleksibel. Ada yang berdasarkan persamaan profesi, hobi, status sosial, tempat yang sama dalam mengenyam pendidikan, bahkan mungkin memiliki persamaan kondisi tertindas. Kelompok-kelompok tersebut diikat apa yang disebut solidaritas.
Emile Durkheim memberi referensi solidaritas sebagai fenomena yang menunjuk pada suatu situasi keadaan hubungan antarindividu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat pengalaman emosional bersama. Sosiolog asal Prancis itu menyebutkan ada solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kolektif yang dipraktekkan masyarakat dalam bentuk kepercayaan dan sentimen total di antara para warga masyarakat. Selanjutnya, ada solidaritas organik yang didasarkan pada saling kebergantungan akibat spesialiasi fungsional individu di tengah kehidupan warga yang kompleks.
Fanatisme timbul sebagai risiko dari solidaritas yang terbangun kuat. Ada proses pengkaderan yang mapan untuk memelihara solidaritas agar berjalan suistainable demi bertahannya satu kelompok atau dalam memperjuangkan kepentingan kelompok. Patut menjadi suatu diskursus, lalu pada kondisi seperti apa dan bagaimana menempatkan solidaritas dan fanatisme pada relung yang tepat dan bermanfaat. Sering terjadi kesalahan berperilaku di masyarakat kita dalam mengelola fatanisme dan solidaritas.
Kericuhan yang melibatkan dua kelompok berbeda kerap meneriakkan solidaritas dalam agenda membela martabat kelompok. Padahal, apapun bentuk kekerasan yang berujung kerugian materiel, apalagi hingga timbulnya korban luka dan jiwa, jelas bentuk pelanggaran hukum. Kelompok yang melakukan bentrokan tidak menyadari bahaya fanatisme yang menemukan titik kulminasi saat pecahnya tindak kekerasan. Ini yang selalu dikhawatirkan banyak pihak bahwa fanatisme sempit yang selalu mengedepankan kebencian dan tendensi kepada pihak lain telah membutakan mata hati akan norma hukum.
Boleh saja setiap kelompok memiliki solidaritas yang tinggi. Namun, jangan menistakan hukum yang menjadi panglima untuk mengatur tata kehidupan warga negara. Konstitusi negara Indonesia menyiratkan setiap aktivitas sosial berdasarkan hukum layaknya sebagai negara hukum, bukan sebagai negara tirani.
Akan sangat mulia jika setiap kelompok dengan pendukung fanatiknya masing-masing terikat nilai-nilai kebaikan yang bersifat universal, seperti kejujuran, toleransi, keterbukaan, dan sebagainya. Dengan demikian, seberapa kuatnya solidaritas yang terbangun tetap harus berani menindak anggota kelompok yang melanggar hukum atau nilai-nilai universal.
Hendaklah fanatisme buta kita retas dengan cara sadar dalam mengakuai kesalahan kelompok sendiri dan saling menghargai kepentingan kelompok lain. Sebagian besar kasus tawuran atau keributan antarkelompok lebih disebabkan pada persoalan tidak prinsipil lalu mengatasnamakan solidaritas. Di antara mereka sulit membedakan mana perilaku masuk kategori pelanggaran hukum dan sukar mengakui kesalahan yang menabrak nilai universal.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam rangka mereduksi sifat buruk fatanisme yang meresap di rasa solidaritas. Tidak lupa dari kita agar terus mengampanyekan common platform untuk senantiasa dijunjung tinggi setiap kelompok dengan harapan keberadaan kelompok tidak disalahgunakan untuk hal yang merugikan kemaslahatan umat.
Moh. Rizky Godjali, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 24 September 2011
SATU pekan berjalan, headline media massa nasional maupun lokal dijejali peristiwa yang terasa ironi di nurani kita sebagai makhluk beradab. Paling tidak, ada dua peristiwa utama mengenai aksi huru-hara yang menyedot perhatian publik. Pertama, siswa SMAN 6 Bulungan Jakarta menganiaya wartawan. Kedua, bentrok antar mahasiswa Unila dari dua fakultas berbeda.
Yang membuat ironi, aksi anarki dilakukan justru oleh pihak yang terlanjur mendapat predikat kaum intelektual oleh sebagian besar masyarakat kita. Kedua kejadian itu menyajikan kepada publik betapa buruknya penanaman moral dan cara berpikir rasional yang dilakukan dalam sistem pendidikan di negeri ini.
Ketika bangsa ini mendambakan suatu generasi, yang memiliki taburan ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan mampu mengangkat martabat negara pada masa mendatang, tapi ternyata kontradiksi yang menyeruak di kehidupan nyata. Golongan terdidik yang berlaku anarki secara berjamaah membuat rakyat pesimistis Indonesia pada masa depan akan dipimpin orang berintelek dan bernilai moral adiluhung.
Tak hanya kedua peristiwa tersebut, ada belasan peristiwa ricuh lainnya yang terjadi setiap Minggu di beberapa daerah. Tak jarang menyertakan pelajar dan mahasiswa. Terlepas dari sistem pendidikan di Indonesia yang seharusnya tidak mengabaikan ajaran akhlak manusia dan perkembangan psikologi peserta didik tiap jenjangnya, penulis ingin mengkritisi sisi fanatisme yang merekat di balik sebagian peristiwa bentrok antarkelompok pelajar serta mahasiswa.
Tak dapat dihindarkan, fenomena fanatisme kini marak menghinggapi generasi usia remaja hingga umur 30 tahun. Bahkan, fanatisme makin berkembang dan memiliki pola tertentu di tengah masyarakat. Fanatisme memiliki tingkat dampak negatif yang tinggi manakala memayungi kaum pemuda dengan segenap semangat bergerak dan melakukan perlawanan yang besar.
Apalagi, jika fanatisme terkelola dengan erat tapi tetap toleran terhadap tindak kekerasan. Maka, tinggal menunggu momentum tepat bagaimana fanatisme menunjukkan taji. Bermanfaat bagi kepentingan golongan yang fanatik tersebut namun merugikan bagi pihak lain. Imam Khomeini mengatakan fanatisme/ashabiyyah adalah perilaku batin yang membela keyakinan yang terikat atas pilihan dirinya. Ketika seseorang melindungi dan membela keluarganya serta membela orang-orang yang memiliki pertalian atau hubungan tertentu dengannya, seperti keyakinan agama, ideologi, ataupun tanah air, seperti itulah fanatisme.
Lumrah jika setiap insan memiliki rasa kepemilikan dan pembelaan terhadap keluarga, kelompok, agama, dan sukunya. Namun, jiwa saling memiliki yang dibalut persamaan kondisi tidak lantas buta terhadap pelanggaran hukum dan norma.
Fanatisme memang akan tumbuh subur pada komunitas yang dihadapkan pada situasi, teraniaya, kalah, atau terancam eksistensinya. Dr. Abd. Rahman Isawi, psikolog dari Universitas Iskandariyah (pada sebuah artikel Mubarok Institute), berpendapat jalan pikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, bahkan mengancam eksistensi dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa benci kepada orang lain.
Keberadaan fanatisme tidak bisa lepas dari dinamika aktual umat di dunia. Globalisasi abad modern mengharuskan konsekuensi logis manusia hidup tanpa sekat perbedaan yang berorientasi pada faktor tradisional seperti suku dan agama. Dalam perkembangannya, selalu menghasilkan pihak mayoritas yang mendominasi dan adanya golongan marjinal.
Pada prakteknya, terkadang menghalalkan segala cara dengan menerabas aturan hukum. Manusia di kemudian hari membentuk komunal-komunal parsial dalam rangka menjadi pihak yang dominan dan tidak tertindas. Tidak lagi terbatas pada faktor tradisional, tapi lebih fleksibel. Ada yang berdasarkan persamaan profesi, hobi, status sosial, tempat yang sama dalam mengenyam pendidikan, bahkan mungkin memiliki persamaan kondisi tertindas. Kelompok-kelompok tersebut diikat apa yang disebut solidaritas.
Emile Durkheim memberi referensi solidaritas sebagai fenomena yang menunjuk pada suatu situasi keadaan hubungan antarindividu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat pengalaman emosional bersama. Sosiolog asal Prancis itu menyebutkan ada solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kolektif yang dipraktekkan masyarakat dalam bentuk kepercayaan dan sentimen total di antara para warga masyarakat. Selanjutnya, ada solidaritas organik yang didasarkan pada saling kebergantungan akibat spesialiasi fungsional individu di tengah kehidupan warga yang kompleks.
Fanatisme timbul sebagai risiko dari solidaritas yang terbangun kuat. Ada proses pengkaderan yang mapan untuk memelihara solidaritas agar berjalan suistainable demi bertahannya satu kelompok atau dalam memperjuangkan kepentingan kelompok. Patut menjadi suatu diskursus, lalu pada kondisi seperti apa dan bagaimana menempatkan solidaritas dan fanatisme pada relung yang tepat dan bermanfaat. Sering terjadi kesalahan berperilaku di masyarakat kita dalam mengelola fatanisme dan solidaritas.
Kericuhan yang melibatkan dua kelompok berbeda kerap meneriakkan solidaritas dalam agenda membela martabat kelompok. Padahal, apapun bentuk kekerasan yang berujung kerugian materiel, apalagi hingga timbulnya korban luka dan jiwa, jelas bentuk pelanggaran hukum. Kelompok yang melakukan bentrokan tidak menyadari bahaya fanatisme yang menemukan titik kulminasi saat pecahnya tindak kekerasan. Ini yang selalu dikhawatirkan banyak pihak bahwa fanatisme sempit yang selalu mengedepankan kebencian dan tendensi kepada pihak lain telah membutakan mata hati akan norma hukum.
Boleh saja setiap kelompok memiliki solidaritas yang tinggi. Namun, jangan menistakan hukum yang menjadi panglima untuk mengatur tata kehidupan warga negara. Konstitusi negara Indonesia menyiratkan setiap aktivitas sosial berdasarkan hukum layaknya sebagai negara hukum, bukan sebagai negara tirani.
Akan sangat mulia jika setiap kelompok dengan pendukung fanatiknya masing-masing terikat nilai-nilai kebaikan yang bersifat universal, seperti kejujuran, toleransi, keterbukaan, dan sebagainya. Dengan demikian, seberapa kuatnya solidaritas yang terbangun tetap harus berani menindak anggota kelompok yang melanggar hukum atau nilai-nilai universal.
Hendaklah fanatisme buta kita retas dengan cara sadar dalam mengakuai kesalahan kelompok sendiri dan saling menghargai kepentingan kelompok lain. Sebagian besar kasus tawuran atau keributan antarkelompok lebih disebabkan pada persoalan tidak prinsipil lalu mengatasnamakan solidaritas. Di antara mereka sulit membedakan mana perilaku masuk kategori pelanggaran hukum dan sukar mengakui kesalahan yang menabrak nilai universal.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam rangka mereduksi sifat buruk fatanisme yang meresap di rasa solidaritas. Tidak lupa dari kita agar terus mengampanyekan common platform untuk senantiasa dijunjung tinggi setiap kelompok dengan harapan keberadaan kelompok tidak disalahgunakan untuk hal yang merugikan kemaslahatan umat.
Moh. Rizky Godjali, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unila
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 24 September 2011
Lampung Barat Terima Izin Uji Coba Bandara
Liwa, Lampung, 24/9 (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akhirnya mengeluarkan izin untuk uji coba Bandar Udara Seray oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
"Bersyukur izin terbang telah didapatkan pemerintah daerah dan ini menjadi kabar baik bagi Lampung Barat untuk mengujicoba Bandar Udara Seray," kata staf pribadi Bupati Lampung Barat Bidang Humas dan Antar Lembaga, Oking Ganda Miharja, di Liwa, Sabtu.
Dia menguraikan, persiapan dalam uji coba Bandara Seray sudah siap 100 persen.
Menurut dia, dalam uji coba Bandara di Krui tersebut, pemerintah telah menyiapkan serangkaian acara untuk para tamu pejabat pemerintah pusat dan daerah.
"Sejak awal kami optimistis pemerintah akan mengeluarkan izin terbang untuk Bandara Krui tersebut, sebab melihat fungsi dan kegunaannya bandara tersebut sangat penting bagi masyarakat pesisir guna mitigasi bencana gempa dan tsunami, sebab daerah pesisir rentan terhadap bencana alam tersebut," kata dia lagi.
Menurut Oking, penerbangan perdana diawali di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dan mendarat di Bandara Krui dengan membawa penupang pejabat pemerintah pusat dan daerah berjumlah 12 orang.
Kemudian, lanjut dia, Susi Air memantapkan langkah untuk menjadi mitra menjalin kerja sama dengan Bandara Krui.
Pembangunan lapangan terbang Seray bersumber dari dana APBD dan APBN pemerintah pusat. Pembangunan lapangan terbang tersebut dimulai sejak tahun 2004 lalu dan tahun ini mulai diujicobakan.
Luas Bandara Seray mencapai 50 hektar, yang diawali dengan pembebasan lahan bersumber dari dana APBD Lampung Barat, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan studi kelayakan pada tahun 2004 dan "feasibility study" pada tahun 2005. Pembangunan lapangan terbang tersebut telah menghabiskan dana Rp150 miliar lebih.
Pengembangan
Sementara itu, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan, diterimanya izin terbang menjadi angin segar bagi Lampung Barat untuk mengembangkan pembangunan daerah.
"Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset dan membuktikan bahwa pemerinth serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," kata Bupati.
Menurut dia, semakin cepat Bandara Krui difungsikan maka dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat.
Bupati menguraikan, Bandara Krui menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat sebab di Provinsi Lampung baru terdapat dua bandar udara, yakni Radin Intan dan Bandara Krui.
"Optimis Bandara Krui yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat," katanya.
Selain itu, wisatawan mancanegara akan dengan mudah datang ke Lampung Barat melalui transporasi udara yang hanya menepuh perjalanan satu jam lebih.
Dia berharap pemerintah pusat dapat memfokuskan peresmian Bandara Krui dengan meningkatkan pembangunan sarana dan prasana yang ada, sehingga fungsi dan kegunaannya dapat dirasakan masyarakat.
Agenda uji coba Bandara Krui, pada pukul 09.00 Wib Susi Air akan melakukan penerbangan awal dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dan langsung mendarat perdana di Bandara Krui dengan lama terbang 1.25 menit. Diperkirakan mendarat sekitar pukul 10.30 WIB dengan jumlah penumpang mencapai 12, di antaranya, Departemen Perhubungan RI, Anggota DPR RI asal Lampung, Anggota Komisi V DPR RI dan pejabat daerah Lampung.
Untuk menggencarkan publikasi terkait uji coba Bandara Krui pemerintah daerah akan mengundang puluhan media massa nasional, baik cetak dan elektronik untuk melakukan peliputan uji coba terbang perdana Bandara Krui Lampung.
Sumber: Antara, Sabtu, 24 September 2011
"Bersyukur izin terbang telah didapatkan pemerintah daerah dan ini menjadi kabar baik bagi Lampung Barat untuk mengujicoba Bandar Udara Seray," kata staf pribadi Bupati Lampung Barat Bidang Humas dan Antar Lembaga, Oking Ganda Miharja, di Liwa, Sabtu.
Dia menguraikan, persiapan dalam uji coba Bandara Seray sudah siap 100 persen.
Menurut dia, dalam uji coba Bandara di Krui tersebut, pemerintah telah menyiapkan serangkaian acara untuk para tamu pejabat pemerintah pusat dan daerah.
"Sejak awal kami optimistis pemerintah akan mengeluarkan izin terbang untuk Bandara Krui tersebut, sebab melihat fungsi dan kegunaannya bandara tersebut sangat penting bagi masyarakat pesisir guna mitigasi bencana gempa dan tsunami, sebab daerah pesisir rentan terhadap bencana alam tersebut," kata dia lagi.
Menurut Oking, penerbangan perdana diawali di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dan mendarat di Bandara Krui dengan membawa penupang pejabat pemerintah pusat dan daerah berjumlah 12 orang.
Kemudian, lanjut dia, Susi Air memantapkan langkah untuk menjadi mitra menjalin kerja sama dengan Bandara Krui.
Pembangunan lapangan terbang Seray bersumber dari dana APBD dan APBN pemerintah pusat. Pembangunan lapangan terbang tersebut dimulai sejak tahun 2004 lalu dan tahun ini mulai diujicobakan.
Luas Bandara Seray mencapai 50 hektar, yang diawali dengan pembebasan lahan bersumber dari dana APBD Lampung Barat, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan studi kelayakan pada tahun 2004 dan "feasibility study" pada tahun 2005. Pembangunan lapangan terbang tersebut telah menghabiskan dana Rp150 miliar lebih.
Pengembangan
Sementara itu, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan, diterimanya izin terbang menjadi angin segar bagi Lampung Barat untuk mengembangkan pembangunan daerah.
"Hari yang telah ditetapkan untuk diujicobakan Bandara Krui tidak meleset dan membuktikan bahwa pemerinth serius mendengarkan usulan yang disampaikan pemerintah darah melalui satuan kerja yang ditunjuk," kata Bupati.
Menurut dia, semakin cepat Bandara Krui difungsikan maka dengan cepat laju pertumbuhan pembangunan Lampung Barat semakin meningkat.
Bupati menguraikan, Bandara Krui menjadi kebanggaan bagi Lampung Barat sebab di Provinsi Lampung baru terdapat dua bandar udara, yakni Radin Intan dan Bandara Krui.
"Optimis Bandara Krui yang akan difungsikan itu akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Lampung Barat, yang pada akhirnya nanti PAD di sektor pariwisata akan meningkat," katanya.
Selain itu, wisatawan mancanegara akan dengan mudah datang ke Lampung Barat melalui transporasi udara yang hanya menepuh perjalanan satu jam lebih.
Dia berharap pemerintah pusat dapat memfokuskan peresmian Bandara Krui dengan meningkatkan pembangunan sarana dan prasana yang ada, sehingga fungsi dan kegunaannya dapat dirasakan masyarakat.
Agenda uji coba Bandara Krui, pada pukul 09.00 Wib Susi Air akan melakukan penerbangan awal dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta dan langsung mendarat perdana di Bandara Krui dengan lama terbang 1.25 menit. Diperkirakan mendarat sekitar pukul 10.30 WIB dengan jumlah penumpang mencapai 12, di antaranya, Departemen Perhubungan RI, Anggota DPR RI asal Lampung, Anggota Komisi V DPR RI dan pejabat daerah Lampung.
Untuk menggencarkan publikasi terkait uji coba Bandara Krui pemerintah daerah akan mengundang puluhan media massa nasional, baik cetak dan elektronik untuk melakukan peliputan uji coba terbang perdana Bandara Krui Lampung.
Sumber: Antara, Sabtu, 24 September 2011
September 22, 2011
Lapangan Terbang Serai Pekan Depan Diujicobakan
Liwa, Lampung 22/9 (ANTARA) - Lapangan terbang yang terletak di Pekon (Desa) Seray, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat akan diujicobakan pada tanggal 28 September bertepatan dengan perayaan HUT ke-20 kabupaten tersebut.
"Persiapan uji coba lapangan terbang terus dipersiapkan, mulai dari sarana dan prasarana, sebab pengujicobaan lapangan terbang tersebut akan dihadiri pejabat dari dalam dan luar daerah," kata Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri, di Liwa, Kamis (22-9).
Dia menjelaskan, uji coba lapangan terbang tersebut menjadi kado istimewa bagi Lampung Barat.
Menurut dia, Lapangan Terbang Seray yang difungsikan membantu Lampung Barat dalam mempromosikan potensi wisata.
"Lapangan terbang yang dibangun tersebut jelas membantu Lampung Barat dalam mempromosikan wilayah, selain itu fungsi terbesar lapangan terbang tersebut untuk mitigasi bencana alam tsunami," kata Bupati lagi.
Masih kata dia, laju pembangunan di Lampung Barat akan berkembang pesat bila lapangan terbang tersebut benar-benar beroperasi.
Kemudian lanjut Mukhlis, pemerintah daerah tengah menunggu izin uji coba dari pemerintah pusat.
"Optimis hari yang telah ditetapkan untuk uji coba lapangan terbang tidak meleset, pasalnya tim dari pemerintah daerah telah menemui pemerintah pusat dalam mendapatkan izin terbang, dan sejauh ini pemkab mendapat sinyal baik untuk pengujicoban lapangan terbang tersebut," katanya.
Pembangunan Lapangan Terbang Seray bersumber dari dana APBD dan APBN, pembangunan lapangan terbang tersebut dimulai sejak tahun 2004 dan tahun ini mulai diujicobakan.
Luas lahan Bandara Seray mencapai 50 hektare, yang diawali dengan pembebasan lahan bersumber dari dana APBD Lampung Barat, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan studi kelayakan pada tahun 2004 dan pembangunan lapangan terbang tersebut telah menghabiskan dana Rp150 miliar lebih.
Pembuatan Bandara Seray, bertujuan untuk prasarana mitigasi bencana, mengingat Lampung Barat rentan akan bencana gempa bumi dan tsunami.
Sementara itu Staf Khusus Bupati Lampung Barat Bidang Humas dan Hubungan Antarlembaga, Oking Ganda Miharja mengatakan, pemerintah daerah telah bertemu langsung dengan Dirjen Perhubungan untuk meminta izin terbang.
"Pihak pemerintah daerah telah melakukan dialog khusus terkait uji coba Lapter tersebut, pembicaraan itu melibatkan langsung pengusaha penerbangan Susy Air yang akan menjadi mitra Lapter tersebut, dan hasilnya pemerintah akan memberikan lampu hijau untuk mengujicobakan Lapter Seray," kata dia.
Dia menguraikan, optimistis sebelum tanggal 28 September izin terbang yang dikeluarkan pemerintah pusat telah diterima.
Masih kata Oking, pemerintah daerah terus mempersiapkan keperluan guna pelaksanaan uji coba lapangan terbang tersebut.
"Saya berharap waktu yang telah ditentukan itu tidak meleset, sehingga harapan masyarakat agar Lapter Seray berfungsi benar-benar terwujud," katanya.
Sumber: Antara, Kamis, 22 September 2011
"Persiapan uji coba lapangan terbang terus dipersiapkan, mulai dari sarana dan prasarana, sebab pengujicobaan lapangan terbang tersebut akan dihadiri pejabat dari dalam dan luar daerah," kata Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri, di Liwa, Kamis (22-9).
Dia menjelaskan, uji coba lapangan terbang tersebut menjadi kado istimewa bagi Lampung Barat.
Menurut dia, Lapangan Terbang Seray yang difungsikan membantu Lampung Barat dalam mempromosikan potensi wisata.
"Lapangan terbang yang dibangun tersebut jelas membantu Lampung Barat dalam mempromosikan wilayah, selain itu fungsi terbesar lapangan terbang tersebut untuk mitigasi bencana alam tsunami," kata Bupati lagi.
Masih kata dia, laju pembangunan di Lampung Barat akan berkembang pesat bila lapangan terbang tersebut benar-benar beroperasi.
Kemudian lanjut Mukhlis, pemerintah daerah tengah menunggu izin uji coba dari pemerintah pusat.
"Optimis hari yang telah ditetapkan untuk uji coba lapangan terbang tidak meleset, pasalnya tim dari pemerintah daerah telah menemui pemerintah pusat dalam mendapatkan izin terbang, dan sejauh ini pemkab mendapat sinyal baik untuk pengujicoban lapangan terbang tersebut," katanya.
Pembangunan Lapangan Terbang Seray bersumber dari dana APBD dan APBN, pembangunan lapangan terbang tersebut dimulai sejak tahun 2004 dan tahun ini mulai diujicobakan.
Luas lahan Bandara Seray mencapai 50 hektare, yang diawali dengan pembebasan lahan bersumber dari dana APBD Lampung Barat, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan studi kelayakan pada tahun 2004 dan pembangunan lapangan terbang tersebut telah menghabiskan dana Rp150 miliar lebih.
Pembuatan Bandara Seray, bertujuan untuk prasarana mitigasi bencana, mengingat Lampung Barat rentan akan bencana gempa bumi dan tsunami.
Sementara itu Staf Khusus Bupati Lampung Barat Bidang Humas dan Hubungan Antarlembaga, Oking Ganda Miharja mengatakan, pemerintah daerah telah bertemu langsung dengan Dirjen Perhubungan untuk meminta izin terbang.
"Pihak pemerintah daerah telah melakukan dialog khusus terkait uji coba Lapter tersebut, pembicaraan itu melibatkan langsung pengusaha penerbangan Susy Air yang akan menjadi mitra Lapter tersebut, dan hasilnya pemerintah akan memberikan lampu hijau untuk mengujicobakan Lapter Seray," kata dia.
Dia menguraikan, optimistis sebelum tanggal 28 September izin terbang yang dikeluarkan pemerintah pusat telah diterima.
Masih kata Oking, pemerintah daerah terus mempersiapkan keperluan guna pelaksanaan uji coba lapangan terbang tersebut.
"Saya berharap waktu yang telah ditentukan itu tidak meleset, sehingga harapan masyarakat agar Lapter Seray berfungsi benar-benar terwujud," katanya.
Sumber: Antara, Kamis, 22 September 2011
September 20, 2011
[Buras] Lomba Panjat Pohon Damar!
Oleh H. Bambang Eka Wijaya
"LUAS hutan lindung 76,78% dari Kabupaten Lampung Barat berakibat kapasitas pertanian meningkatkan kesejahteraan rakyat terbatas oleh lahan dengan beban penduduk terus bertambah!" ujar Umar. "Salah satu alternatif yang selama ini digarap, pariwisata! Menurut Sapta Nirwanda—Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, potensi alam dan budaya Lampung Barat cukup untuk menjadikan pariwisata sebagai andalan ke masa depan! Meskipun, banyak hal masih harus ditangani dan disiapkan untuk itu!"
"Selain alam dan budaya, ada hal lain lagi yang penting bagi pariwisata!" timpal Amir. "Yakni, manusianya yang harus ramah! Lalu aksesabilitas—bisa dicapai pengunjung—dan infrastruktur! Ini hal yang masih harus ditangani serius di Lampung Barat, meskipun jalan lewat Bukitkemuning sudah agak baik dan mulai diperlebar, serta jalan ke Bandara Serai segera dibangun! Barulah setelah bandara efektif, Lampung Barat bisa dicapai satu jam dari Jakarta! Terakhir pelayanan, yang menjadi simpul kepuasan pengunjung!"
"Indahnya alam Lampung Barat di sekitar Danau Ranau harus dilestarikan dengan acara wisata permainan rutin dan event tak merusak alam, dari lomba dayung sampai selancar jet, outbound dan sepeda gunung!" tegas Umar. "Sedang di kawasan pantai, kunjungan turis asing yang telah ramai berselancar di Tanjung Setia, kata Sapta dalam Seminar Daerah Dua Dasawarsa Lampung Barat (16-9) agar dijaga berkembang alamiah dengan promosi mulut ke mulut! Saat Bandara Serai beroperasi hingga banyak pengunjung, eksklusivitas Tanjung Setia agar dipertahankan dengan membangun sarana-prasarana turisme yang lebih sesuai dengan pengunjung baru di titik-titik lain!"
"Pembangunan sarana-prasarana di titik-titik baru itu untuk mengembangkan kegiatan turisme lebih luas dan massif, didukung event-event internasional seperti diusulkan Sapta, kejuaraan dunia berselancar (surfing), lomba dunia panjat pohon damar dan sebagainya!" timpal Amir. "Masalahnya, apakah benar pariwisata bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan pengangguran, bukan cuma pepesan kosong?"
"Tergantung penanganannya!" tegas Umar. "Sektor pariwisata kata Sapta punya multiplier effect dalam menciptakan lapangan kerja! Dari hasil penelitian di Chiangmay yang dikutip Siti Nurbaya pada sesi pertama, dibanding pertanian multiplier effect pariwisata mencipta lapangan kerja mencapai 1 banding 16! Itu tentu jika penanganannya tepat!"
Sumber: Lampung Post, Selasa, 20 September 2011
"LUAS hutan lindung 76,78% dari Kabupaten Lampung Barat berakibat kapasitas pertanian meningkatkan kesejahteraan rakyat terbatas oleh lahan dengan beban penduduk terus bertambah!" ujar Umar. "Salah satu alternatif yang selama ini digarap, pariwisata! Menurut Sapta Nirwanda—Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, potensi alam dan budaya Lampung Barat cukup untuk menjadikan pariwisata sebagai andalan ke masa depan! Meskipun, banyak hal masih harus ditangani dan disiapkan untuk itu!"
"Selain alam dan budaya, ada hal lain lagi yang penting bagi pariwisata!" timpal Amir. "Yakni, manusianya yang harus ramah! Lalu aksesabilitas—bisa dicapai pengunjung—dan infrastruktur! Ini hal yang masih harus ditangani serius di Lampung Barat, meskipun jalan lewat Bukitkemuning sudah agak baik dan mulai diperlebar, serta jalan ke Bandara Serai segera dibangun! Barulah setelah bandara efektif, Lampung Barat bisa dicapai satu jam dari Jakarta! Terakhir pelayanan, yang menjadi simpul kepuasan pengunjung!"
"Indahnya alam Lampung Barat di sekitar Danau Ranau harus dilestarikan dengan acara wisata permainan rutin dan event tak merusak alam, dari lomba dayung sampai selancar jet, outbound dan sepeda gunung!" tegas Umar. "Sedang di kawasan pantai, kunjungan turis asing yang telah ramai berselancar di Tanjung Setia, kata Sapta dalam Seminar Daerah Dua Dasawarsa Lampung Barat (16-9) agar dijaga berkembang alamiah dengan promosi mulut ke mulut! Saat Bandara Serai beroperasi hingga banyak pengunjung, eksklusivitas Tanjung Setia agar dipertahankan dengan membangun sarana-prasarana turisme yang lebih sesuai dengan pengunjung baru di titik-titik lain!"
"Pembangunan sarana-prasarana di titik-titik baru itu untuk mengembangkan kegiatan turisme lebih luas dan massif, didukung event-event internasional seperti diusulkan Sapta, kejuaraan dunia berselancar (surfing), lomba dunia panjat pohon damar dan sebagainya!" timpal Amir. "Masalahnya, apakah benar pariwisata bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan pengangguran, bukan cuma pepesan kosong?"
"Tergantung penanganannya!" tegas Umar. "Sektor pariwisata kata Sapta punya multiplier effect dalam menciptakan lapangan kerja! Dari hasil penelitian di Chiangmay yang dikutip Siti Nurbaya pada sesi pertama, dibanding pertanian multiplier effect pariwisata mencipta lapangan kerja mencapai 1 banding 16! Itu tentu jika penanganannya tepat!"
Sumber: Lampung Post, Selasa, 20 September 2011
[Buras] Anak-Anak Ceria di Lampung Barat!
Oleh H. Bambang Eka Wijaya
"DALAM perjalanan masuk Liwa Jumat (16-9) pagi, Siti Nurbaya—Sekretatis Jenderal DPD RI—melihat anak-anak berangkat ke sekolah dengan wajah ceria!" ujar Umar. "Itu dikemukakan dalam Seminar Daerah Dua Dasawarsa Kabupaten Lampung Barat hari itu. Menurut dia, keceriaan anak-anak di sepanjang jalan itu mencerminkan kenyamanan kondisi sosial-politik dan keamanan daerah tersebut, terutama tak ada konflik yang bersifat ideologis dalam masyarakatnya!"
"Hal itu dikemukakan untuk memperkuat data peringkat nasional daya tarik investasi!" sambut Amir. "Dari 344 kabupaten/kota yang diperingkat, faktor keamanan yang menjadi priotitas teratas untuk investasi, Lampung Barat di peringkat 53. Masuk dalam faktor itu, selain kepastian hukum dan gangguan keamanan, juga budaya daerah, sikap masyarakat, sikap birokrasi! Bahkan dalam rasio anggaran pembangunan dan rutin, Lampung Barat yang Laporan APBD 2010 mencatat prestasi wajar tanpa pengecualian (WTP) berada di peringkat 31. Artinya, anggaran publik dan belanja pegawainya relatif seimbang, sehingga perekonomian masyarakatnya juga bisa membuat anak-anak mereka selalu ceria!"
"Meski begitu, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri tetap rendah hati. Dalam sambutan di pembukaan seminar, ia ingatkan status kabupatennya masih daerah tertinggal!" tegas Umar. "Segenap jajaran pemerintah daerah dituntut untuk terus bekerja keras meningkatkan kesejahteraan rakyat! Namun menurut Bupati, status daerah tertinggal tidak sepenuhnya buruk! Contohnya, di Kementerian Daerah Tertinggal, ia jumpa bupati yang daerahnya baru keluar dari daftar Daerah Tertinggal, minta agar kabupatennya kembali dimasukkan daftar Daerah Tertinggal! Soalnya, daerah bupati itu kehilangan bantuan pusat cukup besar setelah keluar dari daftar daerah tertinggal!"
"Berbasis sumber daya alam yang cukup dan sumber daya manusia dengan budaya daerah dan sikap masyarakat yang mendukung, menurut Siti Nurbaya, optimalisasi pemanfaatan potensi itu ditentukan oleh perencanaan yang lebih banyak mengajak rakyat bicara!" timpal Amir. "Karena, kata dia, dalam kehidupan berbangsa yang sangat demokratis sekarang, good filling factor—hal-hal yang bisa membuat rakyat merasa senang--bukan saja memperlancar proses pembangunan, tapi juga lebih penting lagi, rakyat merasa benar-benar menikmati hasil pembangunan!"
"Itu bisa menjadi bandingan buat gejala umum di luar Lampung Barat, hasil-hasil pembangunan cuma dinikmati elitenya!" tegas Umar. "Sedang kehidupan rakyat cenderung semakin susah!"
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
"DALAM perjalanan masuk Liwa Jumat (16-9) pagi, Siti Nurbaya—Sekretatis Jenderal DPD RI—melihat anak-anak berangkat ke sekolah dengan wajah ceria!" ujar Umar. "Itu dikemukakan dalam Seminar Daerah Dua Dasawarsa Kabupaten Lampung Barat hari itu. Menurut dia, keceriaan anak-anak di sepanjang jalan itu mencerminkan kenyamanan kondisi sosial-politik dan keamanan daerah tersebut, terutama tak ada konflik yang bersifat ideologis dalam masyarakatnya!"
"Hal itu dikemukakan untuk memperkuat data peringkat nasional daya tarik investasi!" sambut Amir. "Dari 344 kabupaten/kota yang diperingkat, faktor keamanan yang menjadi priotitas teratas untuk investasi, Lampung Barat di peringkat 53. Masuk dalam faktor itu, selain kepastian hukum dan gangguan keamanan, juga budaya daerah, sikap masyarakat, sikap birokrasi! Bahkan dalam rasio anggaran pembangunan dan rutin, Lampung Barat yang Laporan APBD 2010 mencatat prestasi wajar tanpa pengecualian (WTP) berada di peringkat 31. Artinya, anggaran publik dan belanja pegawainya relatif seimbang, sehingga perekonomian masyarakatnya juga bisa membuat anak-anak mereka selalu ceria!"
"Meski begitu, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri tetap rendah hati. Dalam sambutan di pembukaan seminar, ia ingatkan status kabupatennya masih daerah tertinggal!" tegas Umar. "Segenap jajaran pemerintah daerah dituntut untuk terus bekerja keras meningkatkan kesejahteraan rakyat! Namun menurut Bupati, status daerah tertinggal tidak sepenuhnya buruk! Contohnya, di Kementerian Daerah Tertinggal, ia jumpa bupati yang daerahnya baru keluar dari daftar Daerah Tertinggal, minta agar kabupatennya kembali dimasukkan daftar Daerah Tertinggal! Soalnya, daerah bupati itu kehilangan bantuan pusat cukup besar setelah keluar dari daftar daerah tertinggal!"
"Berbasis sumber daya alam yang cukup dan sumber daya manusia dengan budaya daerah dan sikap masyarakat yang mendukung, menurut Siti Nurbaya, optimalisasi pemanfaatan potensi itu ditentukan oleh perencanaan yang lebih banyak mengajak rakyat bicara!" timpal Amir. "Karena, kata dia, dalam kehidupan berbangsa yang sangat demokratis sekarang, good filling factor—hal-hal yang bisa membuat rakyat merasa senang--bukan saja memperlancar proses pembangunan, tapi juga lebih penting lagi, rakyat merasa benar-benar menikmati hasil pembangunan!"
"Itu bisa menjadi bandingan buat gejala umum di luar Lampung Barat, hasil-hasil pembangunan cuma dinikmati elitenya!" tegas Umar. "Sedang kehidupan rakyat cenderung semakin susah!"
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
Lampung Barat Kembangkan Kopi Luwak Mint
Liwa, Lampung 20/9 (ANTARA) - Pengusaha kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, mengembangkan produk kopi luwak dengan rasa mint.
"Produk kopi luwak rasa mint tergolong baru, gagasan pembuatan kopi luwak mint tersebut menjadi langkah strategis untuk mendongkrak penjualan produk kopi luwak tersebut," kata pengusaha kopi raja luwak, di Kelurahan Way mengaku, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat, Gunawan (38) sekitar 278 kilometer dari Bandarlampung, di Liwa, Selasa.
Dia menjelaskan, kopi luwak rasa mint sangat diminati sebagian besar konsumen kopi.
Menurut dia, produk kopi luwak baru tersebut mampu meningkatkan daya tarik bagi Lampung Barat sebagai daerah tujuan wisata di Provinsi Lampung.
"Bervariasinya produk kopi luwak di Lampung Barat akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi pengusaha, selain itu dari produk baru tersebut akan menambah keanekaragaman produk olahan komoditas kopi," kata dia lagi.
Kemudian lanjut Gunawan, pembuatan kopi luwak mint tidak begitu sulit, yang harus di perhatikan yakni proses penggorengan yang akan menentukan kualitas dari rasa kopi tersebut.
Gunawan mengakui, Lampung Barat belum membudidayakan daun mint, sehingga pengusaha mengandalkan agen daun mint dari Bandung.
"Optimis kopi luwak rasa mint ini, akan dapat bersaing dengan produk kopi yang ada di pasaran, selain itu berharap pada pemerintah untuk membantu pengusaha dalam mempromosikan produk baru ini," katanya.
Lampung Barat sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung, sebab separuh dari wilayah tersebut dikembangkan komoditas kopi sebagai mata pencaharian utama masyarat setempat.
Kopi luwak menjadi salah satu produk unggul di Kabupaten Lampung Barat, sebab dengan produk kopi tersebut nama Lampung Barat semakin dikenal di mancanegara.
Produksi kopi luwak rasa mint saat cukup terbatas, pengusaha hanya memenuhi permintaan konsumen bedasarkan pesanan, harga kopi luwak mint mencapai Rp900 ribu perkilogram.
Sumber: Antara, Selasa, 20 September 2011
"Produk kopi luwak rasa mint tergolong baru, gagasan pembuatan kopi luwak mint tersebut menjadi langkah strategis untuk mendongkrak penjualan produk kopi luwak tersebut," kata pengusaha kopi raja luwak, di Kelurahan Way mengaku, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat, Gunawan (38) sekitar 278 kilometer dari Bandarlampung, di Liwa, Selasa.
Dia menjelaskan, kopi luwak rasa mint sangat diminati sebagian besar konsumen kopi.
Menurut dia, produk kopi luwak baru tersebut mampu meningkatkan daya tarik bagi Lampung Barat sebagai daerah tujuan wisata di Provinsi Lampung.
"Bervariasinya produk kopi luwak di Lampung Barat akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi pengusaha, selain itu dari produk baru tersebut akan menambah keanekaragaman produk olahan komoditas kopi," kata dia lagi.
Kemudian lanjut Gunawan, pembuatan kopi luwak mint tidak begitu sulit, yang harus di perhatikan yakni proses penggorengan yang akan menentukan kualitas dari rasa kopi tersebut.
Gunawan mengakui, Lampung Barat belum membudidayakan daun mint, sehingga pengusaha mengandalkan agen daun mint dari Bandung.
"Optimis kopi luwak rasa mint ini, akan dapat bersaing dengan produk kopi yang ada di pasaran, selain itu berharap pada pemerintah untuk membantu pengusaha dalam mempromosikan produk baru ini," katanya.
Lampung Barat sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung, sebab separuh dari wilayah tersebut dikembangkan komoditas kopi sebagai mata pencaharian utama masyarat setempat.
Kopi luwak menjadi salah satu produk unggul di Kabupaten Lampung Barat, sebab dengan produk kopi tersebut nama Lampung Barat semakin dikenal di mancanegara.
Produksi kopi luwak rasa mint saat cukup terbatas, pengusaha hanya memenuhi permintaan konsumen bedasarkan pesanan, harga kopi luwak mint mencapai Rp900 ribu perkilogram.
Sumber: Antara, Selasa, 20 September 2011
September 19, 2011
Mengoptimalkan Pariwisata Lampung Barat
Oleh Wandi P. Simanullang
SELAMA ini Lampung Barat (Lambar) lebih dikenal sebagai daerah penghasil kopi. Rata-rata per tahunnya mampu menghasilkan kopi hingga 45 ribu ton. Bahkan, seperti diungkapkan Dinas Perkebunan Lambar, kopi berkontribusi hingga 40% terhadap produk domestik regional bruto (PDRB).
Selain kaya akan kopi, Lambar juga kaya akan aset wisata berupa panorama keindahan alam dan budaya. Keindahan panorama alamnya tidak kalah dengan daerah-daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Danau, wisata alami, dan daerah pesisir pantai merupakan kekayaan tak ternilai yang dimiliki Lambar. Demikian juga dengan budayanya, mulai dari adat istiadat, sejarah, dan kekhasan tradisi.
Kekayaan alam dan budaya tersebut secara tidak sengaja telah menjadi potensi pariwisata. Sayangnya, hingga kini potensi pariwisata tersebut belum tergali secara optimal dan menyeluruh, hal itu disebabkan karena kurang optimalnya pemasaran dan promosi. Hal itu pun diaminkan Gubernur Lampung yang mengatakan bahwa pariwisata Lampung memiliki potensi, tetapi kurang dipromosikan.
Padahal bila potensi tersebut dikelola, kemungkinan besar akan memberikan dampak positif bagi Lampung Barat sendiri, di antaranya menggenjot roda perekonomian, meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan stimulus bagi sektor lainnya, yaitu perdagangan, jasa, hotel dan transportasi.
Beberapa daerah di Indonesia, ke depannya akan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan roda perekonomian, seperti Bangka Belitung, Padang Pariaman, dan Manado. Daerah-daerah tersebut kini berlomba-lomba menciptakan dan memasarkan berbagai macam destinasi pariwisata, dengan maksud untuk menarik minat wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk datang berkunjung.
Pemkab Lambar hendaknya juga memasukkan pariwisata sebagai sektor unggulan seperti daerah-daerah tersebut. Untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan, maka dibutuhkan upaya strategis untuk menyiapkan dan memasarkan kepariwisataan Lambar.
Menyiapkan dan memasarkan pariwisata Lambar merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah daerah setempat. Hal itu adalah dampak dari penyelenggaraan otonomi daerah lewat UU No. 32 Tahun 2004 yang telah membawa perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten, kota dan provinsi di seluruh Indonesia.
Salah satu implikasi dari otonomi daerah tersebut ialah berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di daerah. Otonomi daerah telah memberikan ruang pada daerah-daerah untuk memberdayakan serta memasarkan potensi wisatanya secara mandiri.
Pemasaran Pariwisata
Mengandalkan kekayaan alam, budaya, dan kekhasan tradisi semata belumlah cukup untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan sehingga diperlukan langkah strategis untuk memasarkannya dalam rangka menambah angka kunjungan wisatawan. Layaknya menjual sebuah produk, kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang jitu dan tepat.
Pemasaran pariwisata yang dimaksudkan ialah berupa kampanye dan propaganda kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara berkelanjutan baik ke dalam maupun luar negeri.
Pemasaran ke dalam negeri ditujukan kepada masyarakat dalam negeri sendiri, dengan maksud menggugah pandangan masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata baginya sehingga industri pariwisata memperoleh dukungan. Sedangkan pemasaran ke luar negeri, ditujukan kepada dunia luar untuk mengampanyekan berbagai sarana dan kegiatan wisata yang unik dan menarik kepada wisatawan mancanegara.
Dalam rangka melakukan pemasaran, setidaknya ada dua aspek penting yang harus diperhatikan. Pertama, komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran yang dimaksud adalah upaya untuk menginformasikan, membujuk, mengingatkan sasaran pemasaran tentang objek yang dijual, dan membangun hubungan dengan konsumen (Kotler & Keller, 2009).
Komunikasi pemasaran pariwisata dirancang untuk memengaruhi dan menonjolkan keunggulan destinasi wisata yang dimiliki. Sasaran yang ingin dicapai lewat komunikasi pemasaran adalah terbangunnya citra atau image. Lewat citra yang kuat, diharapkan dapat memengaruhi keputusan wisatawan dalam menentukan destinasi wisata yang akan didatangi.
Kedua, media komunikasi pemasaran. Untuk melakukan komunikasi pemasaran yang efektif, maka dibutuhkan dukungan media komunikasi. Saat ini berbagai event dan atraksi kebudayaan telah digalakkan oleh Pemkab Lampung Barat, seperti Festival Teluk Stabas, Kebut Gunung Pesagi, dan Festival Ngumbai Lawok. Event tersebut merupakan salah satu bentuk media komunikasi pemasaran.
Namun, seharusnya pemeliharaan media komunikasi pemasaran tidaklah cukup hanya dengan penyelenggaraan event yang telah menjadi agenda tahunan. Pemkab Lampung Barat perlu menyiapkan media-media lain untuk mengomunikasikan Lambar kepada khalayak. Media lain yang dapat dipilih, antara lain penyusunan buku panduan wisata yang selanjutnya didistribusikan ke biro-biro perjalanan wisata, iklan di surat kabar dan stasiun televisi berskala nasional, dan menyiapkan merchandise yang menjadi kekhasan Lambar.
Pada akhirnya, yang perlu diingat adalah tak ada objek wisata yang tak layak untuk dijual. Namun, untuk menjualnya dibutuhkan sistem pemasaran terpadu dan sinergisitas, antara pemerintah, masyarakat, investor, dan pelaku bisnis pariwisata. n
Wandi P. Simanullang, Mahasiswa Magister Manajemen UGM Yogyakarta
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
SELAMA ini Lampung Barat (Lambar) lebih dikenal sebagai daerah penghasil kopi. Rata-rata per tahunnya mampu menghasilkan kopi hingga 45 ribu ton. Bahkan, seperti diungkapkan Dinas Perkebunan Lambar, kopi berkontribusi hingga 40% terhadap produk domestik regional bruto (PDRB).
Selain kaya akan kopi, Lambar juga kaya akan aset wisata berupa panorama keindahan alam dan budaya. Keindahan panorama alamnya tidak kalah dengan daerah-daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Danau, wisata alami, dan daerah pesisir pantai merupakan kekayaan tak ternilai yang dimiliki Lambar. Demikian juga dengan budayanya, mulai dari adat istiadat, sejarah, dan kekhasan tradisi.
Kekayaan alam dan budaya tersebut secara tidak sengaja telah menjadi potensi pariwisata. Sayangnya, hingga kini potensi pariwisata tersebut belum tergali secara optimal dan menyeluruh, hal itu disebabkan karena kurang optimalnya pemasaran dan promosi. Hal itu pun diaminkan Gubernur Lampung yang mengatakan bahwa pariwisata Lampung memiliki potensi, tetapi kurang dipromosikan.
Padahal bila potensi tersebut dikelola, kemungkinan besar akan memberikan dampak positif bagi Lampung Barat sendiri, di antaranya menggenjot roda perekonomian, meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan stimulus bagi sektor lainnya, yaitu perdagangan, jasa, hotel dan transportasi.
Beberapa daerah di Indonesia, ke depannya akan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan roda perekonomian, seperti Bangka Belitung, Padang Pariaman, dan Manado. Daerah-daerah tersebut kini berlomba-lomba menciptakan dan memasarkan berbagai macam destinasi pariwisata, dengan maksud untuk menarik minat wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk datang berkunjung.
Pemkab Lambar hendaknya juga memasukkan pariwisata sebagai sektor unggulan seperti daerah-daerah tersebut. Untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan, maka dibutuhkan upaya strategis untuk menyiapkan dan memasarkan kepariwisataan Lambar.
Menyiapkan dan memasarkan pariwisata Lambar merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah daerah setempat. Hal itu adalah dampak dari penyelenggaraan otonomi daerah lewat UU No. 32 Tahun 2004 yang telah membawa perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten, kota dan provinsi di seluruh Indonesia.
Salah satu implikasi dari otonomi daerah tersebut ialah berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di daerah. Otonomi daerah telah memberikan ruang pada daerah-daerah untuk memberdayakan serta memasarkan potensi wisatanya secara mandiri.
Pemasaran Pariwisata
Mengandalkan kekayaan alam, budaya, dan kekhasan tradisi semata belumlah cukup untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan sehingga diperlukan langkah strategis untuk memasarkannya dalam rangka menambah angka kunjungan wisatawan. Layaknya menjual sebuah produk, kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang jitu dan tepat.
Pemasaran pariwisata yang dimaksudkan ialah berupa kampanye dan propaganda kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara berkelanjutan baik ke dalam maupun luar negeri.
Pemasaran ke dalam negeri ditujukan kepada masyarakat dalam negeri sendiri, dengan maksud menggugah pandangan masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata baginya sehingga industri pariwisata memperoleh dukungan. Sedangkan pemasaran ke luar negeri, ditujukan kepada dunia luar untuk mengampanyekan berbagai sarana dan kegiatan wisata yang unik dan menarik kepada wisatawan mancanegara.
Dalam rangka melakukan pemasaran, setidaknya ada dua aspek penting yang harus diperhatikan. Pertama, komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran yang dimaksud adalah upaya untuk menginformasikan, membujuk, mengingatkan sasaran pemasaran tentang objek yang dijual, dan membangun hubungan dengan konsumen (Kotler & Keller, 2009).
Komunikasi pemasaran pariwisata dirancang untuk memengaruhi dan menonjolkan keunggulan destinasi wisata yang dimiliki. Sasaran yang ingin dicapai lewat komunikasi pemasaran adalah terbangunnya citra atau image. Lewat citra yang kuat, diharapkan dapat memengaruhi keputusan wisatawan dalam menentukan destinasi wisata yang akan didatangi.
Kedua, media komunikasi pemasaran. Untuk melakukan komunikasi pemasaran yang efektif, maka dibutuhkan dukungan media komunikasi. Saat ini berbagai event dan atraksi kebudayaan telah digalakkan oleh Pemkab Lampung Barat, seperti Festival Teluk Stabas, Kebut Gunung Pesagi, dan Festival Ngumbai Lawok. Event tersebut merupakan salah satu bentuk media komunikasi pemasaran.
Namun, seharusnya pemeliharaan media komunikasi pemasaran tidaklah cukup hanya dengan penyelenggaraan event yang telah menjadi agenda tahunan. Pemkab Lampung Barat perlu menyiapkan media-media lain untuk mengomunikasikan Lambar kepada khalayak. Media lain yang dapat dipilih, antara lain penyusunan buku panduan wisata yang selanjutnya didistribusikan ke biro-biro perjalanan wisata, iklan di surat kabar dan stasiun televisi berskala nasional, dan menyiapkan merchandise yang menjadi kekhasan Lambar.
Pada akhirnya, yang perlu diingat adalah tak ada objek wisata yang tak layak untuk dijual. Namun, untuk menjualnya dibutuhkan sistem pemasaran terpadu dan sinergisitas, antara pemerintah, masyarakat, investor, dan pelaku bisnis pariwisata. n
Wandi P. Simanullang, Mahasiswa Magister Manajemen UGM Yogyakarta
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
Ribuan Warga Hadiri Pesta Sekura
LIWA (Lampost/Ant): Ribuan warga memperingati HUT ke-20 Kabupaten Lampung Barat dengan menghadiri pesta 1.001 wajah topeng sekura di Liwa, Minggu (18-9).
PESTA SEKURA. Ribuan sekura larut dalam kemeriahan. Ada yang berjoget, bernyanyi, dan berbalas pantun, hadra, pencak silat, dan berbagai atraksi di Liwa, Lampung Barat, Minggu (18-9). Pesta ini rangkaian HUT ke-20 Lampung Barat. (LAMPUNG POST/ARIPSAH)
Para sekura sebagian besar memakai kostum menarik, bahkan peserta berlomba menampilkan keunikan pakaian untuk memikat perhatian pengunjung.
Arak-arakan topeng sekura berawal dari Kota Liwa menuju di arena utama yang berlokasi di lapangan Pemkab Lampung Barat. Puluhan pinang yang tertanam menambah kemeriahan acara tersebut.
Pesta budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan mengubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur. Tujuan utamanya bersilaturahmi yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistem beguai jejama (gotong royong).
Pemkab Lampung Barat menyediakan 50 batang pinang yang dipanjat oleh para sekura. Acara ini memikat belasan media cetak dan elektronik nasional sehingga saat dimulainya acara tersebut para sekura menjadi incaran liputan gambar insan pers.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri bersyukur pelaksanaan pesta 1.001 wajah topeng sekura berlangsung sukses dan aman, peserta dapat mengikuti aturan panitia sehingga tidak ada potensi kekacauan dalam pelaksanaan acara besar tersebut.
Bupati menegaskan topeng sekura menjadi salah satu pusaka budaya bagi Lampung Barat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing dan domestik.
"Saya berharap budaya topeng sekura dapat terus dilestarikan sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan barat yang terus merajai peradaban zaman. Selain itu berharap pada Pemerintah Pusat untuk membantu Lampung Barat mengembangkan potensi wisata lebih luas lagi sehingga dapat menjadi daerah tujuan wisata nasional dan internasional," kata dia.
Mukhlis Basri yang hadir bersama Sekkab Lambar Nirlan, Wakil Ketua DPRD Herigunawan, dan beberapa pejabat ikut membaur dengan ribuan petopeng lainnya.
Ia menegaskan budaya sekura sudah menjadi salah satu ikon lambar dan telah dikenal hingga mancanegara. Pesta semacam itu, menurut dia, hanya ada di Lampung Barat.
Untuk itu, ujarnya, pemerintah setempat terus mendukung upaya pelestarian budaya sekura oleh masyarakat dengan menganggarkan dana Rp50 juta per tahun dari APBD yang digulirkan kepada pekon-pekon yang rutin mengadakan pesta sekura. "Kami prioritaskan bantuan di Kecamatan Batubrak, Belalau, dan Balikbukit karena kecamatan tersebut yang rutin mengadakan setiap Lebaran," kata Mukhlis. (*/R-2)
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
PESTA SEKURA. Ribuan sekura larut dalam kemeriahan. Ada yang berjoget, bernyanyi, dan berbalas pantun, hadra, pencak silat, dan berbagai atraksi di Liwa, Lampung Barat, Minggu (18-9). Pesta ini rangkaian HUT ke-20 Lampung Barat. (LAMPUNG POST/ARIPSAH)
Para sekura sebagian besar memakai kostum menarik, bahkan peserta berlomba menampilkan keunikan pakaian untuk memikat perhatian pengunjung.
Arak-arakan topeng sekura berawal dari Kota Liwa menuju di arena utama yang berlokasi di lapangan Pemkab Lampung Barat. Puluhan pinang yang tertanam menambah kemeriahan acara tersebut.
Pesta budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan mengubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur. Tujuan utamanya bersilaturahmi yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistem beguai jejama (gotong royong).
Pemkab Lampung Barat menyediakan 50 batang pinang yang dipanjat oleh para sekura. Acara ini memikat belasan media cetak dan elektronik nasional sehingga saat dimulainya acara tersebut para sekura menjadi incaran liputan gambar insan pers.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri bersyukur pelaksanaan pesta 1.001 wajah topeng sekura berlangsung sukses dan aman, peserta dapat mengikuti aturan panitia sehingga tidak ada potensi kekacauan dalam pelaksanaan acara besar tersebut.
Bupati menegaskan topeng sekura menjadi salah satu pusaka budaya bagi Lampung Barat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing dan domestik.
"Saya berharap budaya topeng sekura dapat terus dilestarikan sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan barat yang terus merajai peradaban zaman. Selain itu berharap pada Pemerintah Pusat untuk membantu Lampung Barat mengembangkan potensi wisata lebih luas lagi sehingga dapat menjadi daerah tujuan wisata nasional dan internasional," kata dia.
Mukhlis Basri yang hadir bersama Sekkab Lambar Nirlan, Wakil Ketua DPRD Herigunawan, dan beberapa pejabat ikut membaur dengan ribuan petopeng lainnya.
Ia menegaskan budaya sekura sudah menjadi salah satu ikon lambar dan telah dikenal hingga mancanegara. Pesta semacam itu, menurut dia, hanya ada di Lampung Barat.
Untuk itu, ujarnya, pemerintah setempat terus mendukung upaya pelestarian budaya sekura oleh masyarakat dengan menganggarkan dana Rp50 juta per tahun dari APBD yang digulirkan kepada pekon-pekon yang rutin mengadakan pesta sekura. "Kami prioritaskan bantuan di Kecamatan Batubrak, Belalau, dan Balikbukit karena kecamatan tersebut yang rutin mengadakan setiap Lebaran," kata Mukhlis. (*/R-2)
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
Lampung Harus Punya Harga Diri
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dirjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Sapta Nirwandar, mengatakan orang Lampung harus mempunyai harga diri dan harus bangga terhadap nilai budaya dan adat istiadat yang dimilikinya.
Sapta mengatakan hal itu di sela-sela acara gelar seni budaya, temu tokoh adat, dan silaturahmi akbar warga Lampung Sungkai Bungamayang di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Sabtu (17-9).
Acara yang diisi pemberian gelar Suntan Pengiran Duta Merga Bungamayang kepada Sapta Nirwandar tersebut dihadiri ratusan warga Lampung Sungkai Bungamayang.
Sapta mengingatkan soal budaya dapat dilihat dari hulu ke hilir. Dari hulu, ada lima aspek yang menjadi basis nilai-nilai budaya Lampung, di antaranya Sakai Sembayan dan harga diri. Sebab itu orang Lampung harus memiliki harga diri dan bangga dengan daerahnya.
Sementara dari sisi hilir, industri berbasis kreatif harus terus dikembangkan untuk menjadi bagian industri budaya yang sangat kuat, seperti tapis dan seni musik. "Jika Lampung maju, Indonesia maju. Jadi mari kita bersama-sama memajukan Lampung dengan mengembangkan basis kreativitas budaya Lampung," kata dia.
Dia mengingatkan Lampung mempunyai banyak seni dan budaya yang dapat terus dikembangkan. Hal itu relatif tidak terlalu sulit mengingat orang Lampung mempunyai tradisi gotong royong dan saling bahu-membahu.
Pengembangkan budaya secara efektif dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh para generasi muda. Maka generasi muda perlu dibentengi dengan budaya nasional, khususnya Lampung.
"Sebagai warga Lampung, saya merasa gembira melihat anak muda yang aktif pada kegiatan ini. Kondisi ini merupakan bagian yang penting untuk melestarikan budaya Lampung," kata Sapta.
Mengenai bahasa atau aksara Lampung yang cenderung makin tenggelam, menurut Sapta, diperlukan upaya revitalisasi budaya yang digerakkan melalui beragam agenda kegiatan yang dampaknya dapat langsung dinikmati masyarakat Lampung, khususnya bagi generasi muda. "Bahasa atau tulisan Lampung termasuk salah satu yang langka di Sumatera, selain Toraja dan Sumatera Utara," ujarnya.
Asisten III Bidang Kesra Provinsi Lampung Relliyani yang mewakili Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., dalam sambutannya mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan gelar seni budaya yang digelar warga Lampung Sungkai Bungamayang.
Kegiatan tersebut dapat berdampak baik dalam mempererat tali silaturahmi antara masyarakat dan pemerintah daerah Lampung serta sekaligus melestarikan adat dan budaya Lampung.
Budaya, kata Relly, merupakan aset negara yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan. Sebab itu, perlu dilakukan upaya konkret dalam pemeliharaan budaya Lampung.
Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Adat Gunom Ragom Warga Sungkai Bungamayang Provinsi Lampung, Ansori Djausal, menuturkan generasi muda merupakan faktor penting dalam melestarikan adat dan kebudayaan. Khusus bagi Marga Bungamayang, dalam 10 tahun terakhir perkembangan seni budaya dan adat istiadatnya terus berjalan dengan eksis. (YAR/D-2)
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
Sapta mengatakan hal itu di sela-sela acara gelar seni budaya, temu tokoh adat, dan silaturahmi akbar warga Lampung Sungkai Bungamayang di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Sabtu (17-9).
Acara yang diisi pemberian gelar Suntan Pengiran Duta Merga Bungamayang kepada Sapta Nirwandar tersebut dihadiri ratusan warga Lampung Sungkai Bungamayang.
Sapta mengingatkan soal budaya dapat dilihat dari hulu ke hilir. Dari hulu, ada lima aspek yang menjadi basis nilai-nilai budaya Lampung, di antaranya Sakai Sembayan dan harga diri. Sebab itu orang Lampung harus memiliki harga diri dan bangga dengan daerahnya.
Sementara dari sisi hilir, industri berbasis kreatif harus terus dikembangkan untuk menjadi bagian industri budaya yang sangat kuat, seperti tapis dan seni musik. "Jika Lampung maju, Indonesia maju. Jadi mari kita bersama-sama memajukan Lampung dengan mengembangkan basis kreativitas budaya Lampung," kata dia.
Dia mengingatkan Lampung mempunyai banyak seni dan budaya yang dapat terus dikembangkan. Hal itu relatif tidak terlalu sulit mengingat orang Lampung mempunyai tradisi gotong royong dan saling bahu-membahu.
Pengembangkan budaya secara efektif dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh para generasi muda. Maka generasi muda perlu dibentengi dengan budaya nasional, khususnya Lampung.
"Sebagai warga Lampung, saya merasa gembira melihat anak muda yang aktif pada kegiatan ini. Kondisi ini merupakan bagian yang penting untuk melestarikan budaya Lampung," kata Sapta.
Mengenai bahasa atau aksara Lampung yang cenderung makin tenggelam, menurut Sapta, diperlukan upaya revitalisasi budaya yang digerakkan melalui beragam agenda kegiatan yang dampaknya dapat langsung dinikmati masyarakat Lampung, khususnya bagi generasi muda. "Bahasa atau tulisan Lampung termasuk salah satu yang langka di Sumatera, selain Toraja dan Sumatera Utara," ujarnya.
Asisten III Bidang Kesra Provinsi Lampung Relliyani yang mewakili Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., dalam sambutannya mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan gelar seni budaya yang digelar warga Lampung Sungkai Bungamayang.
Kegiatan tersebut dapat berdampak baik dalam mempererat tali silaturahmi antara masyarakat dan pemerintah daerah Lampung serta sekaligus melestarikan adat dan budaya Lampung.
Budaya, kata Relly, merupakan aset negara yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan. Sebab itu, perlu dilakukan upaya konkret dalam pemeliharaan budaya Lampung.
Ketua Lembaga Musyawarah Masyarakat Adat Gunom Ragom Warga Sungkai Bungamayang Provinsi Lampung, Ansori Djausal, menuturkan generasi muda merupakan faktor penting dalam melestarikan adat dan kebudayaan. Khusus bagi Marga Bungamayang, dalam 10 tahun terakhir perkembangan seni budaya dan adat istiadatnya terus berjalan dengan eksis. (YAR/D-2)
Sumber: Lampung Post, Senin, 19 September 2011
September 18, 2011
Mendiskusikan Sekala Brak
>> Bagian Terakhir dari Dua Tulisan
Oleh Febrie Hastianto
SOAL asal usul nama Lampung juga menarik didiskusikan. Seperti halnya arus utama (mainstream) penulisan asal usul nama Lampung yang mendasarkan pada catatan I-Tsing, Henry juga mendasarkan teorinya pada catatan musafir China ini. Bedanya, Henry menyebut Lampung berasal dari kata selopun yang berakar dari kata tola p'ohwang.
Bila G. Ferrand dan R.M. Ng Poerbatjaraka berpendapat to-lang-po-hwang sebagai transliterasi dari nama Kerajaan Tulangbawang yang posisinya berada di daerah aliran Way Tulangbawang kini (Sumadio, 1990:79; Muljana, 1981:20), menurut Henry, tola p'ahwang adalah selopun dalam lidah I-Tsing yang tak mahir mengeja suku kata "se" sehingga diucapkan menjadi "to". I-Tsing sesungguhnya tidak pernah singgah di Selopun, atau Sekala yang posisinya diduga berada di Lampung Barat. I-Tsing hanya singgah di muara sungai besar di pantai timur Sumatera (Menarik untuk dikaji, mengapa I-Tsing pun berlayar di pantai timur Sumatera, bukan pantai barat Sumatera sebagaimana pelayaran imigran dari India menurut tesis Henry). Daerah itu dikenal sebagai To-la- P'o-hwang yang kini dikenal sebagai Tulangbawang. Kesimpulan sederhana dapat ditarik dari sejumlah pertanyaan atas realitas ini. Bila Henry menyebut bahwa I-Tsing keliru menyebut selopun, atau sekala di Lampung Barat sebagai to-la- p’o-hwang, bukankah logika berpikir kita dapat di balik menjadi: Sekala justru tidak berada di Lampung Barat, tetapi berada di To-la- P’o-hwang atau Tulangbawang yang kita kenal selama ini.
Selain To-la- P’o-hwang, berita China lain yang ditulis Fa-Hsien menyebut-nyebut Kota Yeh-po-ti, kota yang terpaksa disinggahinya karena kapal yang ditumpanginya terserang badai. Dalam kesaksiannya, Fa-Hsien mengatakan masyarakatnya merupakan penganut Hindu. Dalam catatannya, Fa-Hsien hanya menuliskan yeh-po-ti satu kali saja, tanpa diulas lebih lanjut. Dari catatan kecil ini dapat disimpulkan ekspedisi China jarang mendatangi lokasi ini. Yeh-po-ti kemudian ditransliterasikan dari seputih, yang posisi geografisnya berada di Lampung (Sholihat, 1980:5 dalam Saptono, 2007). Menariknya, meski sama-sama diduga berada di Lampung dan berada pada masa yang sama (abad V Masehi), To-lang-po-hwang atau Tulangbawang dan Yeh-po-ti atau Seputih menganut agama yang berbeda. To-lang-po-hwang beragama Buddha, sedang Yeh-po-ti beragama Hindu. Bila keduanya benar berada di Lampung, sungguh kita mendapat contoh yang baik bagaiamana kerukunan beragama telah berakar sejak lama di bumi lada ini.
Kisah Henry dalam esainya diakhiri dengan satu paragraf kunci. Setelah menguraikan hubungan Sekala dengan dinasti Mataram Kuno di Jawa, disebutkan oleh Henry bila Balaputera Dewa, Raja Sekala (dalam arus utama [mainstream] penulisan sejarah dikenal sebagai raja Sriwijaya) membuat siger (mahkota) yang berbentuk miniatur Candi Borobudur yang dibangun di daerah Magelang Jawa Tengah saat ini. Tafsir ini terhitung baru, tetapi sayangnya Henry tidak melengkapi dengan dalil pembenar bila siger merupakan miniatur Borobudur.
Ditinjau dari bentuknya, siger memang mirip Borobudur. Namun, bentuk piramida bukan hal baru dalam peradaban purba. Sebelumnya kita telah mengenal punden berundak, gunungan (biasanya dalam pewayangan) di Jawa, atau piramida di Mesir yang bentuknya segitiga serupa siger. Begitu juga bila kita menghayati detail bentuk siger dan Borobudur. Tajuk siger berjumlah sembilan atau tujuh, sedang detail tajuk stupa Borobudur (siluet segitiga Borobudur) dari kejauhan terlihat berjumlah puluhan. Dilihat dari bentuknya—dalam logika common sense—siger lebih mirip suntiang, mahkota perempuan Minang. Bila bentuk-bentuk ini sama mirip, mengapa siger dinisbatkan sebagai miniatur Borobudur, bukan punden berundak, piramida Mesir, gunungan Jawa, atau suntiang Minang? Itu artinya kesamaan bentuk masih hipotesis yang lemah untuk menyebut pertautan antara siger dan Borobudur.
Hipotesis yang lebih kuat misalnya bila disandarkan pada makna bentuk siger dan Borobudur. Apakah makna siger sama dengan makna bentuk Borobudur? Makna Borobudur dikenal bukan dari bentuk tajuknya (kemiringan segitiga Borobudur), melainkan dari struktur tingkatan candi yakni kamadhatu (alam bawah), rupadhatu (alam antara), dan arupadhatu (alam atas). Sedang makna siger ada sejumlah kalangan yang menyebut tajuk sembilan pada mahkota siger dimaknakan sebagai kebuayan utama di Lampung.
Teori ini sesungguhnya lemah, karena sebagaimana rekonstruksi yang disusun Prof. Hilman Hasikusuma, kebudayaan utama di Lampung hanya lima, yakni Inder Gajar bergelar umpu lapah di way beserta keturunannya yang kemudian bermukim di Puncak Dalom, Kacamatan Balikbukit, Lampung Barat. Umpu lapah di Way ini merupakan nenek moyang Buay Abung. Kemudian Pak Lang bergelar umpu pernong yang melakukan migrasi ke Hanibung Batubrak menjadi nenek moyang Buay Pubian. Sikin bergelar umpu nyerupa berkedudukan di Tampak Siring Sukau, Lampung Barat, melahirkan keturunan Buay Jelma Daya. Belunguh yang bergelar umpu belunguh bermukim di Kenali, Belalau, Lampung Barat, menurunkan Buay Peminggir. Dan Indarwati bergelar putri bulan menetap di Cenggiring, Batubrak, melahirkan Buay Tulangbawang (Sibarani, 2008).
Saya percaya bahwa skeptisisme merupakan pintu masuk ke dunia ilmu pengetahuan. Dengan skeptisisme, kita dapat menimbang simpulan-simpulan yang diambil, sehingga lahir objektivitas. Penulisan sejarah dan kebudayaan saya pahami sebagai laku intelektual. Mudah-mudahan skeptisisme saya ini semakin memperkuat rekosntruksi kita terhadap Sekala dan kebudayaan Lampung pada umumnya dan sedapat mungkin menghindarkan diri pada glorifikasi. Tabik.
Febrie Hastianto, alumnus Sosiologi FISIP UNS Solo. Menulis manuskrip Jejak Peradaban Bumi Ramik Ragom: Studi Etnografi Kebuayan Way Kanan, Lampung.
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 September 2011
Oleh Febrie Hastianto
SOAL asal usul nama Lampung juga menarik didiskusikan. Seperti halnya arus utama (mainstream) penulisan asal usul nama Lampung yang mendasarkan pada catatan I-Tsing, Henry juga mendasarkan teorinya pada catatan musafir China ini. Bedanya, Henry menyebut Lampung berasal dari kata selopun yang berakar dari kata tola p'ohwang.
Bila G. Ferrand dan R.M. Ng Poerbatjaraka berpendapat to-lang-po-hwang sebagai transliterasi dari nama Kerajaan Tulangbawang yang posisinya berada di daerah aliran Way Tulangbawang kini (Sumadio, 1990:79; Muljana, 1981:20), menurut Henry, tola p'ahwang adalah selopun dalam lidah I-Tsing yang tak mahir mengeja suku kata "se" sehingga diucapkan menjadi "to". I-Tsing sesungguhnya tidak pernah singgah di Selopun, atau Sekala yang posisinya diduga berada di Lampung Barat. I-Tsing hanya singgah di muara sungai besar di pantai timur Sumatera (Menarik untuk dikaji, mengapa I-Tsing pun berlayar di pantai timur Sumatera, bukan pantai barat Sumatera sebagaimana pelayaran imigran dari India menurut tesis Henry). Daerah itu dikenal sebagai To-la- P'o-hwang yang kini dikenal sebagai Tulangbawang. Kesimpulan sederhana dapat ditarik dari sejumlah pertanyaan atas realitas ini. Bila Henry menyebut bahwa I-Tsing keliru menyebut selopun, atau sekala di Lampung Barat sebagai to-la- p’o-hwang, bukankah logika berpikir kita dapat di balik menjadi: Sekala justru tidak berada di Lampung Barat, tetapi berada di To-la- P’o-hwang atau Tulangbawang yang kita kenal selama ini.
Selain To-la- P’o-hwang, berita China lain yang ditulis Fa-Hsien menyebut-nyebut Kota Yeh-po-ti, kota yang terpaksa disinggahinya karena kapal yang ditumpanginya terserang badai. Dalam kesaksiannya, Fa-Hsien mengatakan masyarakatnya merupakan penganut Hindu. Dalam catatannya, Fa-Hsien hanya menuliskan yeh-po-ti satu kali saja, tanpa diulas lebih lanjut. Dari catatan kecil ini dapat disimpulkan ekspedisi China jarang mendatangi lokasi ini. Yeh-po-ti kemudian ditransliterasikan dari seputih, yang posisi geografisnya berada di Lampung (Sholihat, 1980:5 dalam Saptono, 2007). Menariknya, meski sama-sama diduga berada di Lampung dan berada pada masa yang sama (abad V Masehi), To-lang-po-hwang atau Tulangbawang dan Yeh-po-ti atau Seputih menganut agama yang berbeda. To-lang-po-hwang beragama Buddha, sedang Yeh-po-ti beragama Hindu. Bila keduanya benar berada di Lampung, sungguh kita mendapat contoh yang baik bagaiamana kerukunan beragama telah berakar sejak lama di bumi lada ini.
Kisah Henry dalam esainya diakhiri dengan satu paragraf kunci. Setelah menguraikan hubungan Sekala dengan dinasti Mataram Kuno di Jawa, disebutkan oleh Henry bila Balaputera Dewa, Raja Sekala (dalam arus utama [mainstream] penulisan sejarah dikenal sebagai raja Sriwijaya) membuat siger (mahkota) yang berbentuk miniatur Candi Borobudur yang dibangun di daerah Magelang Jawa Tengah saat ini. Tafsir ini terhitung baru, tetapi sayangnya Henry tidak melengkapi dengan dalil pembenar bila siger merupakan miniatur Borobudur.
Ditinjau dari bentuknya, siger memang mirip Borobudur. Namun, bentuk piramida bukan hal baru dalam peradaban purba. Sebelumnya kita telah mengenal punden berundak, gunungan (biasanya dalam pewayangan) di Jawa, atau piramida di Mesir yang bentuknya segitiga serupa siger. Begitu juga bila kita menghayati detail bentuk siger dan Borobudur. Tajuk siger berjumlah sembilan atau tujuh, sedang detail tajuk stupa Borobudur (siluet segitiga Borobudur) dari kejauhan terlihat berjumlah puluhan. Dilihat dari bentuknya—dalam logika common sense—siger lebih mirip suntiang, mahkota perempuan Minang. Bila bentuk-bentuk ini sama mirip, mengapa siger dinisbatkan sebagai miniatur Borobudur, bukan punden berundak, piramida Mesir, gunungan Jawa, atau suntiang Minang? Itu artinya kesamaan bentuk masih hipotesis yang lemah untuk menyebut pertautan antara siger dan Borobudur.
Hipotesis yang lebih kuat misalnya bila disandarkan pada makna bentuk siger dan Borobudur. Apakah makna siger sama dengan makna bentuk Borobudur? Makna Borobudur dikenal bukan dari bentuk tajuknya (kemiringan segitiga Borobudur), melainkan dari struktur tingkatan candi yakni kamadhatu (alam bawah), rupadhatu (alam antara), dan arupadhatu (alam atas). Sedang makna siger ada sejumlah kalangan yang menyebut tajuk sembilan pada mahkota siger dimaknakan sebagai kebuayan utama di Lampung.
Teori ini sesungguhnya lemah, karena sebagaimana rekonstruksi yang disusun Prof. Hilman Hasikusuma, kebudayaan utama di Lampung hanya lima, yakni Inder Gajar bergelar umpu lapah di way beserta keturunannya yang kemudian bermukim di Puncak Dalom, Kacamatan Balikbukit, Lampung Barat. Umpu lapah di Way ini merupakan nenek moyang Buay Abung. Kemudian Pak Lang bergelar umpu pernong yang melakukan migrasi ke Hanibung Batubrak menjadi nenek moyang Buay Pubian. Sikin bergelar umpu nyerupa berkedudukan di Tampak Siring Sukau, Lampung Barat, melahirkan keturunan Buay Jelma Daya. Belunguh yang bergelar umpu belunguh bermukim di Kenali, Belalau, Lampung Barat, menurunkan Buay Peminggir. Dan Indarwati bergelar putri bulan menetap di Cenggiring, Batubrak, melahirkan Buay Tulangbawang (Sibarani, 2008).
Saya percaya bahwa skeptisisme merupakan pintu masuk ke dunia ilmu pengetahuan. Dengan skeptisisme, kita dapat menimbang simpulan-simpulan yang diambil, sehingga lahir objektivitas. Penulisan sejarah dan kebudayaan saya pahami sebagai laku intelektual. Mudah-mudahan skeptisisme saya ini semakin memperkuat rekosntruksi kita terhadap Sekala dan kebudayaan Lampung pada umumnya dan sedapat mungkin menghindarkan diri pada glorifikasi. Tabik.
Febrie Hastianto, alumnus Sosiologi FISIP UNS Solo. Menulis manuskrip Jejak Peradaban Bumi Ramik Ragom: Studi Etnografi Kebuayan Way Kanan, Lampung.
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 September 2011
[Inspirasi] Wisata Lampung, Setinggi Obsesi Suparwono
SUPARWONO (26), manusia tertinggi di Indonesia, terus menjadi ikon Lampung. Dengan tinggi badan 242 cm, ia menjadi salah satu promosi dunia kepariwisataan Provinsi Lampung. Ia mengaku dengan akan digelarnya agenda kepariwisataan nasional di Lampung, Festival Krakatau (FK) XXI tahun 2011, dunia pariwisata Lampung makin maju. "Harapan saya dunia kepariwisataan Lampung ke depan makin maju," kata Suparwono, Kamis (16-9).
Pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Lampung (kini Pringsewu) 4 November 1985 itu mengatakan setelah dinobatkan sebagai "Duta Wisata Lampung" oleh Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. pada 2009, ia siap menyukseskan ajang kepariwisataan Lampung, termasuk Festival Krakatau.
"Saya dijadikan Duta Wisata Lampung sejak 2009 dan selalu siap untuk membantu semua pihak untuk turut memajukan kepariwisataan Lampung," katanya.
Suparwono yang selalu merendah dan mengaku kini menjadi penganggur itu tinggal di Desa Tritunggal Jaya, Kecamatan Gunungagung, Kabupaten Tulangbawang Barat.
Namun, ketika dimintai identitas seperti kartu nama oleh simpatisannya, "Si Jangkung" Lampung itu berseloroh tidak punya. "Jangankan kartu nama, KTP saja saya enggak punya, hahahaha," katanya tertawa lebar sambil membetulkan posisi ujung celana panjangnya.
Guna menjalankan tugasnya sebagai Duta Wisata Lampung itu, Suparwono juga telah mendapat bantuan sebuah mobil operasional khusus yang didesain sesuai dengan ukuran postur tubuhnya untuk mobilitas dirinya.
Mobil bak terbuka warna biru itu dilengkapi pula tulisan "Suparwono" di bagian belakang, dan tulisan "Duta Wisata" di kedua pintu kanan dan kirinya.
Saat duduk, berjalan, turun, dan akan naik ke mobilnya, dia selalu menjadi pusat perhatian warga, dan kebanyakan dari mereka langsung mengajak berfoto bersamanya dengan beragai ekspresi, baik melalui kamera maupun telepon seluler, dan Suparwono pun tampak selalu melayaninya secara bergantian dengan senang hati.
Ketika dikonfirmasi tentang tinggi badannya, Suparwono beberapa kali menyebutkan bahwa tingginya 242 cm dan dia mengklaim merupakan manusia tertinggi nomor dua di dunia setelah manusia tertinggi di dunia berasal dari negara Turki. Namun, dia tidak menyebutkan nama dan tinggi badan warga asal Turki itu.
Suparwono pekan lalu juga diudang khusus oleh Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. untuk hadir dan memeriahkan halalbihalal di jajaran pejabat eselon II, III, dan IV Pemprov Lampung di Mahan Agung (rumah dinas Gubernur Lampung), dan halalbihalal Gubernur Lampung dengan sekitar 5.000 PNS.
Pada kesempatan itu, Suparwono diberi kesempatan duduk di panggung tamu utama sejajar dengan pejabat eselon II dan III pemda.
Bahkan, setelah acara usai, dia "diserbu" penggemar termasuk Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Fokorpimda) Lampung, Wagub Lampung M.S. Joko Umar Said, Sekprov Lampung Berlian Tihang, pejabat, PNS, termasuk wartawan untuk berfoto bersama. (ANT/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 September 2011
Pria kelahiran Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Lampung (kini Pringsewu) 4 November 1985 itu mengatakan setelah dinobatkan sebagai "Duta Wisata Lampung" oleh Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. pada 2009, ia siap menyukseskan ajang kepariwisataan Lampung, termasuk Festival Krakatau.
"Saya dijadikan Duta Wisata Lampung sejak 2009 dan selalu siap untuk membantu semua pihak untuk turut memajukan kepariwisataan Lampung," katanya.
Suparwono yang selalu merendah dan mengaku kini menjadi penganggur itu tinggal di Desa Tritunggal Jaya, Kecamatan Gunungagung, Kabupaten Tulangbawang Barat.
Namun, ketika dimintai identitas seperti kartu nama oleh simpatisannya, "Si Jangkung" Lampung itu berseloroh tidak punya. "Jangankan kartu nama, KTP saja saya enggak punya, hahahaha," katanya tertawa lebar sambil membetulkan posisi ujung celana panjangnya.
Guna menjalankan tugasnya sebagai Duta Wisata Lampung itu, Suparwono juga telah mendapat bantuan sebuah mobil operasional khusus yang didesain sesuai dengan ukuran postur tubuhnya untuk mobilitas dirinya.
Mobil bak terbuka warna biru itu dilengkapi pula tulisan "Suparwono" di bagian belakang, dan tulisan "Duta Wisata" di kedua pintu kanan dan kirinya.
Saat duduk, berjalan, turun, dan akan naik ke mobilnya, dia selalu menjadi pusat perhatian warga, dan kebanyakan dari mereka langsung mengajak berfoto bersamanya dengan beragai ekspresi, baik melalui kamera maupun telepon seluler, dan Suparwono pun tampak selalu melayaninya secara bergantian dengan senang hati.
Ketika dikonfirmasi tentang tinggi badannya, Suparwono beberapa kali menyebutkan bahwa tingginya 242 cm dan dia mengklaim merupakan manusia tertinggi nomor dua di dunia setelah manusia tertinggi di dunia berasal dari negara Turki. Namun, dia tidak menyebutkan nama dan tinggi badan warga asal Turki itu.
Suparwono pekan lalu juga diudang khusus oleh Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. untuk hadir dan memeriahkan halalbihalal di jajaran pejabat eselon II, III, dan IV Pemprov Lampung di Mahan Agung (rumah dinas Gubernur Lampung), dan halalbihalal Gubernur Lampung dengan sekitar 5.000 PNS.
Pada kesempatan itu, Suparwono diberi kesempatan duduk di panggung tamu utama sejajar dengan pejabat eselon II dan III pemda.
Bahkan, setelah acara usai, dia "diserbu" penggemar termasuk Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Fokorpimda) Lampung, Wagub Lampung M.S. Joko Umar Said, Sekprov Lampung Berlian Tihang, pejabat, PNS, termasuk wartawan untuk berfoto bersama. (ANT/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 September 2011
Ribuan Warga Lampung Barat Padati Pesta Sekura
Liwa, Lampung, 18/9 (ANTARA) - Ribuan warga memeringati HUT ke-20 Kabupaten Lampung Barat dengan menghadiri pesta 1001 wajah topeng sekura di Liwa, Minggu.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri bersyukur pelaksanaan pesta 1001 wajah topeng sekura berlangsung sukses dan aman, peserta dapat mengikuti aturan panitia sehingga tidak ada potensi kekacauan dalam pelaksanaan acara besar tersebut.
Pemkab Lampung Barat menyediakan 50 batang pinang yang dipanjat oleh para sekura.
Menurut dia, pelaksanaan pesta topeng 1001 wajah mampu memukau pengunjung yang datang baik dari dalam dan luar daerah.
"Acara ini memikat belasan media cetak dan elektronik nasional, sehingga pada saat dimulainya acara tersebut para sekura menjadi incaran liputan gambar insan pers tersebut," kata dia lagi.
Pesta topeng sekura dapat dijadikan agenda tahunan bagi Pemkab Lampung Barat sebagai upaya pelestarian budaya.
Bupati menegaskan, topeng sekura menjadi salah satu pusaka budaya bagi Lampung Barat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing dan domestik.
"Saya berharap budaya topeng sekura dapat terus dilestarikan sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan barat yang terus merajai peradaban zaman, selain itu berharap pauala pada pemerintah pusat untuk membantu Lampung Barat untuk mengembangkan potensi wisata lebih luas lagi, sehingga Lampung Barat dapat menjadi daerah tujuan wisata Nasional dan Internasional," katanya.
Perayaan pesta topeng 1001 wajah sekuara yang digelar dalam rangka memeriahkan hari jadi Kabupaten Lampung Barat beralangsung sukses.
Aktraksi topeng sekura tersebut mampu memikat sebagian besar pengunjung yang berasal dari dalam dan luar daerah, para sekura sebagian besar memakai kostum unik dan menarik, bahkan dari peserta tersebut berlomba menampilkan keunikan pakaian sehingga memikat perhatian sebagian besar pengunjung.
Arak-arakan topeng sekura berawal dari Kota Liwa menuju di arena utama yang berlokasi di lapangan Pemkab Lampung Barat, puluhan pinang yang tertanam menambah kemeriahan acara tersebut.
Pesta Budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan mengubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).
Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Sumber: Antara, Minggu, 18 September 2011
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri bersyukur pelaksanaan pesta 1001 wajah topeng sekura berlangsung sukses dan aman, peserta dapat mengikuti aturan panitia sehingga tidak ada potensi kekacauan dalam pelaksanaan acara besar tersebut.
Pemkab Lampung Barat menyediakan 50 batang pinang yang dipanjat oleh para sekura.
Menurut dia, pelaksanaan pesta topeng 1001 wajah mampu memukau pengunjung yang datang baik dari dalam dan luar daerah.
"Acara ini memikat belasan media cetak dan elektronik nasional, sehingga pada saat dimulainya acara tersebut para sekura menjadi incaran liputan gambar insan pers tersebut," kata dia lagi.
Pesta topeng sekura dapat dijadikan agenda tahunan bagi Pemkab Lampung Barat sebagai upaya pelestarian budaya.
Bupati menegaskan, topeng sekura menjadi salah satu pusaka budaya bagi Lampung Barat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing dan domestik.
"Saya berharap budaya topeng sekura dapat terus dilestarikan sehingga mampu bersaing dengan kebudayaan barat yang terus merajai peradaban zaman, selain itu berharap pauala pada pemerintah pusat untuk membantu Lampung Barat untuk mengembangkan potensi wisata lebih luas lagi, sehingga Lampung Barat dapat menjadi daerah tujuan wisata Nasional dan Internasional," katanya.
Perayaan pesta topeng 1001 wajah sekuara yang digelar dalam rangka memeriahkan hari jadi Kabupaten Lampung Barat beralangsung sukses.
Aktraksi topeng sekura tersebut mampu memikat sebagian besar pengunjung yang berasal dari dalam dan luar daerah, para sekura sebagian besar memakai kostum unik dan menarik, bahkan dari peserta tersebut berlomba menampilkan keunikan pakaian sehingga memikat perhatian sebagian besar pengunjung.
Arak-arakan topeng sekura berawal dari Kota Liwa menuju di arena utama yang berlokasi di lapangan Pemkab Lampung Barat, puluhan pinang yang tertanam menambah kemeriahan acara tersebut.
Pesta Budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan mengubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).
Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Sumber: Antara, Minggu, 18 September 2011
Perikanan: Lampung Barat dan LAPAN Jalin Kerjasama
Liwa, Lampung, 18/9 (ANTARA) - Pemkab Lampung Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menjalin kerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dalam pemberian informasi tentang zona potensi penangkapan ikan berbasis pengindraan satelit.
"Kerja sama yang terjalin tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan ilmu nelayan terhadap peningkatan teknologi terkini akan penangkapan ikan secara tepat guna," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat, Nata Djudin Amran, di Liwa, Minggu.
Dia menjelaskan, LAPAN akan memberikan informasi yang akurat akan zona penangkapan ikan yang benar, sehingga nelayan akan dapat menangkap ikan dengan mudah.
"Alat yang telah diberikan tentunya mampu membantu sepenuhnya nelayan mencari ikan di laut, baik letak dan keberadaan ikan yang akan di tangkap," kata dia lagi.
Menurut dia, teknologi yang dikenalkan tersebut akan memberikan nilai positif bagi hasil tangkapan ikan nelayan setempat.
Kemudian lanjut dia, pemerintah tengah melakukan sosiallisasi kepada nelayan akan teknologi baru ini, sehingga dengan pemahaman tersebut maka nelayan dengan cepat memahami dan melaksanakannya.
"Saya mengharapkan teknologi yang dikenalkan ini, mampu dipahami dengan nelayan, sehingga nantinya nelayan yang ada di pesisir Lampung Barat akan dapat mudah melakukan penangkapan ikan dengan mudah tanpa harus mereka-reka," katanya.
Lampung Barat menjadi daerah yang memiliki potensi perikanan yang berlimpah, dimana didalamnya terdapat jutaan ton ikan laut untuk kebutuhan masyarakat.
Sebagian besar masyarakat yang berada di Pesisir Lampung Barat berprosesi sebagai nelayan, sehingga dibutuhkan program khusus dalam rangka peningkatan hasil tangkap ikan baik sarana maupun teknologi yang dapat membantu nelayan tersebut memperoleh ikan laut.
Teknologi yang dikenalkan masyarakat nelayan tersebut mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan dan memahami cara penangkapan ikan yang baik dan efisien selain itu dengan menggunakan alat bantuan teknologi canggih diharapkan masyarakat nelayan mampu memperoleh penangkapan yang berlimpah.
Bantuan alat GPS dan Fish finder (pendeteksi ikan) maka mampu mengetahui keberadaan ikan selain itu dengan menggunakan alat teknologi canggih tersebut nantinya nelayan cukup efisien dalam menghemat biaya operasional penangkapan ikan.
Sebelumnya anggota DPR RI Ismayatun mengatakan, masyarakat nelayan Lampung Barat layak mengetahui teknologi penangkapan ikan yang tepat guna.
"Kerja sama yang dilakukan Pemkab Lampung Barat sangat tepat, sebab dari bantuan sarana teknologi tersebut, tentunya akan dapat memberikan pembelajaran terhadap masyarakat akan metode baru dalam penangkapan ikan dengan baik tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi," kata dia.
Dia menjelaskan, bantuan yang diberikan nelayan tersebut optimistis mampu memberikan dampak besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.
Kemudian lanjut dia, alat yang diberikan dapat digunakan oleh seluruh nelayan yang ada di Pesisir Lampung Barat dalam menangkap ikan.
"Saya mengharapkan bantuan ini dapat digunakan dengan tepat guna, sehingga fungsi dan kegunaannya dapat dirasakan oleh nelayan, sehingga pada akhirnya nanti tingkat ekonomi masyarakat akan meningkat setiap tahunnya," katanya.
Sumber: Antara, Minggu, 18 September 2011
"Kerja sama yang terjalin tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan ilmu nelayan terhadap peningkatan teknologi terkini akan penangkapan ikan secara tepat guna," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat, Nata Djudin Amran, di Liwa, Minggu.
Dia menjelaskan, LAPAN akan memberikan informasi yang akurat akan zona penangkapan ikan yang benar, sehingga nelayan akan dapat menangkap ikan dengan mudah.
"Alat yang telah diberikan tentunya mampu membantu sepenuhnya nelayan mencari ikan di laut, baik letak dan keberadaan ikan yang akan di tangkap," kata dia lagi.
Menurut dia, teknologi yang dikenalkan tersebut akan memberikan nilai positif bagi hasil tangkapan ikan nelayan setempat.
Kemudian lanjut dia, pemerintah tengah melakukan sosiallisasi kepada nelayan akan teknologi baru ini, sehingga dengan pemahaman tersebut maka nelayan dengan cepat memahami dan melaksanakannya.
"Saya mengharapkan teknologi yang dikenalkan ini, mampu dipahami dengan nelayan, sehingga nantinya nelayan yang ada di pesisir Lampung Barat akan dapat mudah melakukan penangkapan ikan dengan mudah tanpa harus mereka-reka," katanya.
Lampung Barat menjadi daerah yang memiliki potensi perikanan yang berlimpah, dimana didalamnya terdapat jutaan ton ikan laut untuk kebutuhan masyarakat.
Sebagian besar masyarakat yang berada di Pesisir Lampung Barat berprosesi sebagai nelayan, sehingga dibutuhkan program khusus dalam rangka peningkatan hasil tangkap ikan baik sarana maupun teknologi yang dapat membantu nelayan tersebut memperoleh ikan laut.
Teknologi yang dikenalkan masyarakat nelayan tersebut mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan dan memahami cara penangkapan ikan yang baik dan efisien selain itu dengan menggunakan alat bantuan teknologi canggih diharapkan masyarakat nelayan mampu memperoleh penangkapan yang berlimpah.
Bantuan alat GPS dan Fish finder (pendeteksi ikan) maka mampu mengetahui keberadaan ikan selain itu dengan menggunakan alat teknologi canggih tersebut nantinya nelayan cukup efisien dalam menghemat biaya operasional penangkapan ikan.
Sebelumnya anggota DPR RI Ismayatun mengatakan, masyarakat nelayan Lampung Barat layak mengetahui teknologi penangkapan ikan yang tepat guna.
"Kerja sama yang dilakukan Pemkab Lampung Barat sangat tepat, sebab dari bantuan sarana teknologi tersebut, tentunya akan dapat memberikan pembelajaran terhadap masyarakat akan metode baru dalam penangkapan ikan dengan baik tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi," kata dia.
Dia menjelaskan, bantuan yang diberikan nelayan tersebut optimistis mampu memberikan dampak besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.
Kemudian lanjut dia, alat yang diberikan dapat digunakan oleh seluruh nelayan yang ada di Pesisir Lampung Barat dalam menangkap ikan.
"Saya mengharapkan bantuan ini dapat digunakan dengan tepat guna, sehingga fungsi dan kegunaannya dapat dirasakan oleh nelayan, sehingga pada akhirnya nanti tingkat ekonomi masyarakat akan meningkat setiap tahunnya," katanya.
Sumber: Antara, Minggu, 18 September 2011
September 17, 2011
Pariwisata: TIME Promosikan Lampung ke Dunia
Oleh Yulvianus Harjono | Marcus Suprihadi |
Gunung Krakatau dan Anak Krakatau adalah salah satu obyek wisata di Lampung yang banyak diminati wisatawan asing. Di sepanjang pantai barat juga banyak keindahan yang bisa dijual. (KOMPAS/YULVIANUS HARJONO)
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- Kegiatan internasional Tourism Indonesia Mart & Expo yang akan diselanggarakan di Bandar Lampung pada 12-14 Oktober mendatang akan dimanfaatkan untuk ajang promosi pariwisata Lampung ke dunia. Hal itu diungkapkan Direktur Jendral Promosi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar, Sabtu (17/9/2011) di Bandar Lampung.
"TIME ini merupakan ajang pertama yang mempertemukan calon-calon buyer dari berbagai negara dengan sales untuk paket-paket yang ada di Lampung," tuturnya.
Sebanyak 30 negara dijadwalkan akan ambil bagian dalam kegiatan promosi wisata ini. Antara lain AS, Jerman, Yunani, dan Mexico. Kegiatan ini akan dilaksanakan berbarengan dengan Festival Krakatau yang menjadi salah satu perhelatan besar seni dan budaya tahunan di Lampung.
Menurut Sapta, Lampung memiliki banyak potensi wisata berkelas internasional. "Kemarin, saya baru mengunjungi Lampung Barat. Di sana ternyata banyak potensi wisata yang menarik. Ada Tanjung Setia, tempat selancar internasonal. Lalu, ada Danau Ranau. Kemudian kopi luwak, salah satu kopi terbaik di dunia," ujar dia.
Sumber: Travel Kompas.com, Sabtu, 17 September 2011
Gunung Krakatau dan Anak Krakatau adalah salah satu obyek wisata di Lampung yang banyak diminati wisatawan asing. Di sepanjang pantai barat juga banyak keindahan yang bisa dijual. (KOMPAS/YULVIANUS HARJONO)
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- Kegiatan internasional Tourism Indonesia Mart & Expo yang akan diselanggarakan di Bandar Lampung pada 12-14 Oktober mendatang akan dimanfaatkan untuk ajang promosi pariwisata Lampung ke dunia. Hal itu diungkapkan Direktur Jendral Promosi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar, Sabtu (17/9/2011) di Bandar Lampung.
"TIME ini merupakan ajang pertama yang mempertemukan calon-calon buyer dari berbagai negara dengan sales untuk paket-paket yang ada di Lampung," tuturnya.
Sebanyak 30 negara dijadwalkan akan ambil bagian dalam kegiatan promosi wisata ini. Antara lain AS, Jerman, Yunani, dan Mexico. Kegiatan ini akan dilaksanakan berbarengan dengan Festival Krakatau yang menjadi salah satu perhelatan besar seni dan budaya tahunan di Lampung.
Menurut Sapta, Lampung memiliki banyak potensi wisata berkelas internasional. "Kemarin, saya baru mengunjungi Lampung Barat. Di sana ternyata banyak potensi wisata yang menarik. Ada Tanjung Setia, tempat selancar internasonal. Lalu, ada Danau Ranau. Kemudian kopi luwak, salah satu kopi terbaik di dunia," ujar dia.
Sumber: Travel Kompas.com, Sabtu, 17 September 2011
Tanjung Setia Jadi Andalan di Lampung
Oleh Yulvianus Harjono | Marcus Suprihadi |
Seorang wisatawan berjalan di tepi Pantai Tanjung Setia (Lampung Barat) sambil membawa papan selancar. Pantai yang menghadap ke Samudera Hindia itu menjadi andalan wisata Provinsi Lampung di ajang Indonesia Tourism and Travel Fair 2010 di Jakarta Convention Center (JCC) Hall B, Senayan pada Jumat (1/10/2010) hingga Minggu (3/10/2010) mendatang. (www.visitlampung.info)
LIWA, KOMPAS.com- Pantai Tanjung Setia di Lampung Barat kini menjadi salah satu magnet andalan pariwisata Lampung untuk menarik minat wisatawan asing. Pantai di ujung barat Lampung ini terkenal di mancanegara dengan wisata selancarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hadi Utama mengatakan, setiap tahun Lampung rata-rata dikunjungi 35.000 wisatawan asing. Lebih dari separuhnya berkunjung ke Tanjung Setia.
Wisata di Tanjung Setia ini merupakan satu dari enam obyek wisata andalan di Lampung selain Gunung Anak Krakatau, Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Danau Ranau.
Romeu Rizeiro, salah seorang wisatawan dari Portugal yang berkunjung ke Tanjung Setia, mengatakan, di kalangan para penyelam, pantai ini ibarat tempat rahasia yang menawan. Banyak sekali titik selancar yang menarik dan menantang.
"Ombaknya sangat baik, tingginya bisa 4 5 meter. Bahkan, di sini terdapat ombak panjang (pipeline) yang sama seperti di Hawai," tuturnya.
Sumber: Travel Kompas.com, Sabtu, 17 September 2011
Seorang wisatawan berjalan di tepi Pantai Tanjung Setia (Lampung Barat) sambil membawa papan selancar. Pantai yang menghadap ke Samudera Hindia itu menjadi andalan wisata Provinsi Lampung di ajang Indonesia Tourism and Travel Fair 2010 di Jakarta Convention Center (JCC) Hall B, Senayan pada Jumat (1/10/2010) hingga Minggu (3/10/2010) mendatang. (www.visitlampung.info)
LIWA, KOMPAS.com- Pantai Tanjung Setia di Lampung Barat kini menjadi salah satu magnet andalan pariwisata Lampung untuk menarik minat wisatawan asing. Pantai di ujung barat Lampung ini terkenal di mancanegara dengan wisata selancarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hadi Utama mengatakan, setiap tahun Lampung rata-rata dikunjungi 35.000 wisatawan asing. Lebih dari separuhnya berkunjung ke Tanjung Setia.
Wisata di Tanjung Setia ini merupakan satu dari enam obyek wisata andalan di Lampung selain Gunung Anak Krakatau, Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Danau Ranau.
Romeu Rizeiro, salah seorang wisatawan dari Portugal yang berkunjung ke Tanjung Setia, mengatakan, di kalangan para penyelam, pantai ini ibarat tempat rahasia yang menawan. Banyak sekali titik selancar yang menarik dan menantang.
"Ombaknya sangat baik, tingginya bisa 4 5 meter. Bahkan, di sini terdapat ombak panjang (pipeline) yang sama seperti di Hawai," tuturnya.
Sumber: Travel Kompas.com, Sabtu, 17 September 2011
Potensi Daerah: Prasyarat Wisata Lambar Lengkap
LIWA (Lampost): Lampung Barat memiliki semua prasyarat yang diperlukan untuk menjadi daerah tujuan wisata. Bila upaya promosi dilakukan dengan sungguh-sungguh, sektor wisata dapat menjadi penggerak kemajuan daerah.
OPTIMALISASI DAERAH. Sekjen DPD RI Siti Nurbaya (tengah) menjadi pemateri dalam Seminar Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Wilayah di Hotel Seminung Lumbok Resort, Lampung Barat, Jumat (16-9). Seminar ini dimoderatori Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya (kiri) dan pembahas Ayi Ahadiat dari Unila (kanan). (LAMPUNG POST/ARIPSAH)
Hal itu disampaikan Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan Pariwisata Sapta Nirwandar saat menjadi pemateri pada seminar Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Wilayah di Hotel Seminung Lumbok Resort, Jumat (16-9). Dalam seminar yang dimoderatori Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya itu, Sekjen DPD Siti Nurbaya juga menjadi pemateri. Sedangkan dua pembahas seminar, yakni Kepala Dinas Parwisata Lampung Gatot Hudi Utomo dan Ayi Ahadiyat dari Universitas Lampung.
Sapta menjelaskan empat kriteria daerah yang dapat menjadi tujuan wisata, yaitu keindahan alam, budaya, orang, dan aksesibilitas. "Lampung Barat sudah punya empat kriteria itu. Tinggal promosinya yang harus lebih optimal," kata dia.
Selain itu, Lambar juga memiliki beberapa ikon yang terkenal hingga mancanegara, seperti kopi luwak dan danau tiga warna di Suoh. "Di Jakarta kopi luwak asal Liwa sangat terkenal, harga secangkirnya ratusan ribu. Jadi banyak jalan untuk menjadikan Lambar lebih maju," ujarnya.
Sementara itu, Siti Nurbaya mengatakan Lambar memiliki nilai jual tersendiri, baik dari sepanjang pesisirnya, kebun raya Liwa, dan lokasi andalan di jalur Liwa-Krui. Untuk menggerakkan semua potensi itu, Siti Nurbaya mengusulkan agar Pemkab benar-benar merencanakan program dengan cermat. "Pengelolaan hutan berbasis masyarakat, pengelolaan sektor pariwisata yang didukung upaya promosi secara bekesinambungan, serta pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan kondisi alam," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Lambar Mukhlis Basri optimitis potensi wisata dapat dikelola untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Banyak potensi alam yang di Lambar, tapi jujur kami tidak mampu mengelolanya sendiri. Kami berharap dukungan dari provinsi dan pusat," ujarnya. (*/U-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 17 September 2011
OPTIMALISASI DAERAH. Sekjen DPD RI Siti Nurbaya (tengah) menjadi pemateri dalam Seminar Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Wilayah di Hotel Seminung Lumbok Resort, Lampung Barat, Jumat (16-9). Seminar ini dimoderatori Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya (kiri) dan pembahas Ayi Ahadiat dari Unila (kanan). (LAMPUNG POST/ARIPSAH)
Hal itu disampaikan Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan Pariwisata Sapta Nirwandar saat menjadi pemateri pada seminar Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Wilayah di Hotel Seminung Lumbok Resort, Jumat (16-9). Dalam seminar yang dimoderatori Pemimpin Umum Lampung Post Bambang Eka Wijaya itu, Sekjen DPD Siti Nurbaya juga menjadi pemateri. Sedangkan dua pembahas seminar, yakni Kepala Dinas Parwisata Lampung Gatot Hudi Utomo dan Ayi Ahadiyat dari Universitas Lampung.
Sapta menjelaskan empat kriteria daerah yang dapat menjadi tujuan wisata, yaitu keindahan alam, budaya, orang, dan aksesibilitas. "Lampung Barat sudah punya empat kriteria itu. Tinggal promosinya yang harus lebih optimal," kata dia.
Selain itu, Lambar juga memiliki beberapa ikon yang terkenal hingga mancanegara, seperti kopi luwak dan danau tiga warna di Suoh. "Di Jakarta kopi luwak asal Liwa sangat terkenal, harga secangkirnya ratusan ribu. Jadi banyak jalan untuk menjadikan Lambar lebih maju," ujarnya.
Sementara itu, Siti Nurbaya mengatakan Lambar memiliki nilai jual tersendiri, baik dari sepanjang pesisirnya, kebun raya Liwa, dan lokasi andalan di jalur Liwa-Krui. Untuk menggerakkan semua potensi itu, Siti Nurbaya mengusulkan agar Pemkab benar-benar merencanakan program dengan cermat. "Pengelolaan hutan berbasis masyarakat, pengelolaan sektor pariwisata yang didukung upaya promosi secara bekesinambungan, serta pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan kondisi alam," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Lambar Mukhlis Basri optimitis potensi wisata dapat dikelola untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Banyak potensi alam yang di Lambar, tapi jujur kami tidak mampu mengelolanya sendiri. Kami berharap dukungan dari provinsi dan pusat," ujarnya. (*/U-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 17 September 2011