BANDAR LAMPUNG (Lampost): Mantan Instruktur Kesenian Provinsi Lampung Tachrir mengatakan pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SD dinilai belum berjalan sebagaimana semestinya.
Dia mengatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, di SD terdapat pelajaran SBK.
"Guru SD harus mengerti dan menguasai hampir semua mata pelajaran, seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), juga Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)," kata Tachrir, di Bandar Lampung, Kamis (27-10)
Menurut Tachrir, pelajaran SBK seperti dianaktirikan di antara pelajaran lainnya. Salah satu dampak yang terlihat adalah para siswa banyak yang tidak hafal lagu wajib dan lagu daerah.
"Siswa bukannya menyanyikan lagu nasional, melainkan justru menyanyikan lagu orang-orang dewasa yang lebih familiar di telinga mereka," kata dia.
Kepala SDN 1 Palapa, Bandar Lampung, ini menyayangkan keadaan yang seperti ini. Menurut dia, SBK merupakan pendidikan yang berbasis budaya.
Ia mengatakan hidup ini perlu 3 hal, yaitu agama, ilmu pengetahuan, dan seni. "Agama membuat orang menjadi bertakwa, ilmu pengetahuan membuat orang pintar dan berwawasan, sedangkan seni membuat orang menjadi lebih halus dan harmonis dalam hidup," ujar kepala sekolah teladan tingkat nasional tersebut .
Siswa yang duduk di SD sangat memerlukan pendidikan seni dan kebudayaan karena hal tersebut membentuk pribadi anak menjadi harmonis dan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Kebudayaan merupakan harmonisasi dari logika, etika, estetika, dan kinestika.
Ruang lingkup pendidikan seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama. dan keterampilan. Oleh sebab itu, guru pengajar harus menguasai semua seni tersebut agar dapat mengajar secara maksimal. Dalam pendidikan seni, Tachrir menjelaskan beberapa hal penting, yaitu mengenai konsepsi, apresiasi, dan kreasi.
Konsepsi merupakan pemahaman mengenai pengetahuan seni, seperti solmisasi nada, tempo, dan dinamika.
"Apresiasi adalah penghayatan terhadap seni, contohnya jika siswa mendengar lagu wajib, apakah siswa tersebut dapat menghayati setiap kata dalam lagu tersebut," kata dia.
Sedang kreasi merupakan kemampuan menciptakan. Saat ini siswa yang jago dalam pelajaran olahraga, umumnya memiliki watak yang keras dan kasar. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika diimbangi dengan pendidikan seni dan budaya. Seni dan budaya merupakan penyeimbang bagi siswa dalam menimba ilmu dan mengembangkan kepribadiannya.
Tachrir berpendapat perlu diadakan pelatihan bagi para guru seni agar dapat memeperkaya kemampuan para guru. Selain itu, pengadaan buku seni dan sarana alat musik di sekolah-sekolah sangat diperlukan. Dan untuk merangsang kreativitas seni siswa dan guru, perlu diadakan lomba-lomba seni dan budaya. (MG4/S-3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 28 Oktober 2011
sebagai admin Sanggar MTsN Model Babakan Sangat menyukai tulisan ini...
ReplyDelete