MELEPAS Kota Bandar Lampung menuju wilayah Kabupaten Pesawaran di pinggir Teluk Lampung adalah kesan. Tak kurang 20 kilometer, pandangan akan bertatap dengan keindahan alam nan menyejukkan.
Tak usahlah berpikir untuk menikmati keindahan alam ketika ada tugas atau keperluan untuk mengunjungi wilayah selatan Kabupaten Pesawaran dari Bandar Lampung. Pilihlah jalur lengang yang menyisir di bagian barat kota.
Saat memasuki Jalan Raden Imba Kusuma Ratu atau yang dikenal sebagai Palangbesi (Palbes), Kemiling, tanggalkan dulu bahan bacaan, ponsel, atau lainnya. Bahkan, enyahkan dulu obrolan politik, rencana pekerjaan, gerundel gaji, atau gosip. Sebab, Anda akan mulai disuguhi warna-warna yang akan membuat pikiran segar kembali.
Jalan yang cukup baik, dengan liuk-liukan cukup tajam, kontur berbukit yang menawarkan sensasi menanjak-turun, pohon-pohon besar di kebun, serta tanaman lainnya sungguh pengobat lelah indra penglihatan. Para pedagang durian dan buah lainnya yang menjajakan dengan apa adanya menambah kuat rute ini sebagai jalur wisata.
Beberapa taman rekreasi besar dan ramai juga bertakhta di sini. Ada Lembah Hijau, ada Bumi Kedaton, ada Wira Garden, dan lainnya. Juga vila-vila pribadi milik para pejabat Lampung dan Jakarta dengan kebun durian sebagai ikonnya banyak singgah di sini.
Di perbukitan Sukadanaham, pemandangan Teluk Lampung dengan laut biru, pulau-pulau, kapal-kapal, dan nelayan sudah terbingkai. Ini menjadi pintu masuk ke kawasan Teluk Lampung yang menyajikan pemandangan segar hingga pangkalan marinir TNI AL Piabung, Kecamatan Padangcermin, Pesawaran.
Selepas Kemiling dan Telukbetung Barat, memasuki wilayah Kabupaten Pesawaran adalah sensasi perpaduan pantai di sebelah kiri dan gunung di sisi kanan. Ada komunitas nelayan yang menjual ikan langsung di TPI Lempasing maupun yang mengolah menjadi ikan asin di kawasan selebihnya.
Sedangkan di sebelah kanan ada permakaman warga Tionghoa yang terlihat megah “menempel” dinding pegunungan berlatar hutan hijau.
Terus, pantai, bukit batu, gunung berhutan, tambak, dan pemandangan khas lain memagari pandangan. Jalan kecil yang naik-turun-meliuk di bahu bukit dengan latar bawah amparan laut dan lembah membuat suasana sejuk makin memikat.
Melanjutkan laju kendaraan, beberapa nama tempat rekreasi berbasis pantai memasang merek. Ada Duta Wisata, Pantai Mutun, Pantai Ringgung, Bensor, dan masih banyak lagi.
Ketika jalan harus berdampingan dengan pantai, suasana laut begitu terasa. Komunitas nelayan dengan puluhan perahu penangkap ikan terayun-ayun saat diparkir tak jauh dari rumah-rumah sederhana mereka. Lalu, laut di kiri dan bukit hijau lestari itu hanya dipisahkan oleh jalan aspal yang membelah menuju Padangcermin.
Kawasan ini sudah berada pada areal milik TNI Angkatan Laut yang bebas permukiman. Ada daratan selebar kira-kira 60 meter sepanjang kira-kira 2 kilometer yang kemudian dikelola secara sederhana menjadi tempat wisata. Namanya Klara yang merupakan singkatan dari kelapa rapat. Meskipun pengelolaannya sederhana, Klara sudah sangat dikenal dan mendapat tempat di hati masyarakat.
Bergeser sekitar 300 meter, satu pantai lagi mulai dikelola warga dengan dukungan Inkopal. Seperti ingin mendompleng pantai tetangganya, pantai ini diberi merek Claura.
Meskipun baru dan sederhana, pantai ini menawarkan pantai dengan pasir laut tanpa batu karang dengan riak ombak sedang. “Di sini tidak ada batu karangnya dan dalam airnya sampai sekitar 100 meter hanya 1,5 meter. Jadi aman dan enak untuk berenang anak-anak,” kata Aan, salah satu pengelola.
Untuk masuk lokasi, setiap mobil, berapa pun penumpangnya, dikenai bea parkir Rp20 ribu. Untuk sepeda motor Rp5.000. “Kalau orang tidak kami hitung bayaran,” kata Ajat, teman Aan.
Belasan gubuk untuk berteduh dan mengobrol disediakan pengelola dengan sewa Rp20 ribu. Fasilitas lain, ada kolam ikan air payau yang berisi ikan nila dan beberapa jenis lainnya dipersilakan pengunjung untuk memancing gratis.
“Musala sedang kami buat, meskipun sederhana. Mudah-mudahan tiga hari ini selesai,” kata Ajat.
Soal keamanan, lokasi yang berada di wilayah otoritas marinir ini, kata Ajat, dijamin aman. “Termasuk juga keamanan anak-anak yang berenang, kami ikut menjaga,” kata dia. (M-1)
Teks: Sudarmono
Foto: Hendrivan Gumay
Sumber: Lampung Post, Minggu, 22 Januari 2012
No comments:
Post a Comment