-- Andi Saputra
ilustrasi (aries/detikcom)
MESKI bukan pemimpin suatu negara, tumbangnya patung mantan Gubernur Lampung Zainal Abidin seakan mengingatkan simbol tumbangnya rezim kediktatoran negara di berbagai belahan dunia. Di Lampung, keturunan Zainal Abidin mengikuti jejak sang ayah, menjadi gubernur dan bupati.
Perubahan kekuasaan diwarnai catatan sejarah pembongkaran simbol-simbol. Seperti pada masa Perang Dunia II, Patung Stalin dibangun di berbagai negara di Eropa Timur dari tahun 1930-an hingga 1950-an. Patung ini menjadi objek pemujaan yang yang seakan-akan menunjukkan kuasaan mistik Stalin.
Namun seiring tumbangnya Stalin, patung-patungnya pun bertumbangan. Seperti dilakukan rakyat Rusia dan negara poros Uni Soviet. Juga di Hungaria yang ramai-ramai merobohkan patung Stalin saat Revolusi Hungaria 1956 di Budapest.
Pembangunan patung dan menjadi simbol kediktatoran juga terjadi di Timur Tengah. Saddam Hussein yang mencengkeram Irak sejak dekade 80-an akhirnya harus tumbang di awal tahun 2003.
Menyusul kekalahan rezim Saddam, ratusan warga ibu kota Irak sekitar pukul 21.50 WIB berhasil merobohkan patung Saddam pada 9 April 2003 yang berada di Taman Firdaus di pusat Baghdad.
Begitu patung itu ambruk ke tanah setelah ditarik derek mobil lapis baja USMC (Marinir AS), mereka berebut menginjak-injak reruntuhan pantung tersebut, sebagai tanda kebencian pada Saddam dan rezimnya.
Lantas bagaimana dengan Zainal Abidin?
Zainal Abidin menjabat Gubernur Lampung pada 1966-1973. Sebelumnya, Zainal Abidin Pagaralam pernah memegang berbagai jabatan di pemerintahan. Antara lain sebagai Bupati Lampung Utara, Bupati Lampung Selatan, Bupati Belitung, Walikota Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung) dan juga sebagai Residen Karesidenan daerah Lampung.
"Peristiwa kemarin merupakan akumulasi kekecewaan warga masyarakat Lampung Selatan yang selama ini tidak didengar aspirasinya oleh Bupati dan DPRD Kabupaten Lampung Selatan," kata Afit Rufiadi, warga setempat saat berbincang dengan detikcom, Selasa (1/5/2012).
Anak Zainal Abidin, Sjahchroedin ZP, sukses malang melintang di dunia kepolisian. Mengawali karier sebagai Kasat Lantas Polda Sumatera Bagian Selatan lalu menjadi Kapoltabes Palembang. Berturut-turut menjabat Direktur Samapta Polda Metro Jaya, Kapolwil Bogor, Direktur Samapta Polri, Kapolda Sumatera Selatan dan terakhir sebagai Kapolda Jawa Barat sebelum akhirnya ngantor di Mabes Polri.
Menggenggam 3 bintang, Sjahchroedin ZP moncer menduduki posisi orang nomor satu di Lampung pada 2004. Lalu dilanjutkan untuk periode kedua pada 2009.
"Tumbangnya patung Zainal Abidin simbol runtuhnya keangkuhan penguasa," ucap Afit.
(asp/nrl)
Sumber: detikNews, Selasa, 01 Mei 2012
ilustrasi (aries/detikcom)
MESKI bukan pemimpin suatu negara, tumbangnya patung mantan Gubernur Lampung Zainal Abidin seakan mengingatkan simbol tumbangnya rezim kediktatoran negara di berbagai belahan dunia. Di Lampung, keturunan Zainal Abidin mengikuti jejak sang ayah, menjadi gubernur dan bupati.
Perubahan kekuasaan diwarnai catatan sejarah pembongkaran simbol-simbol. Seperti pada masa Perang Dunia II, Patung Stalin dibangun di berbagai negara di Eropa Timur dari tahun 1930-an hingga 1950-an. Patung ini menjadi objek pemujaan yang yang seakan-akan menunjukkan kuasaan mistik Stalin.
Namun seiring tumbangnya Stalin, patung-patungnya pun bertumbangan. Seperti dilakukan rakyat Rusia dan negara poros Uni Soviet. Juga di Hungaria yang ramai-ramai merobohkan patung Stalin saat Revolusi Hungaria 1956 di Budapest.
Pembangunan patung dan menjadi simbol kediktatoran juga terjadi di Timur Tengah. Saddam Hussein yang mencengkeram Irak sejak dekade 80-an akhirnya harus tumbang di awal tahun 2003.
Menyusul kekalahan rezim Saddam, ratusan warga ibu kota Irak sekitar pukul 21.50 WIB berhasil merobohkan patung Saddam pada 9 April 2003 yang berada di Taman Firdaus di pusat Baghdad.
Begitu patung itu ambruk ke tanah setelah ditarik derek mobil lapis baja USMC (Marinir AS), mereka berebut menginjak-injak reruntuhan pantung tersebut, sebagai tanda kebencian pada Saddam dan rezimnya.
Lantas bagaimana dengan Zainal Abidin?
Zainal Abidin menjabat Gubernur Lampung pada 1966-1973. Sebelumnya, Zainal Abidin Pagaralam pernah memegang berbagai jabatan di pemerintahan. Antara lain sebagai Bupati Lampung Utara, Bupati Lampung Selatan, Bupati Belitung, Walikota Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung) dan juga sebagai Residen Karesidenan daerah Lampung.
"Peristiwa kemarin merupakan akumulasi kekecewaan warga masyarakat Lampung Selatan yang selama ini tidak didengar aspirasinya oleh Bupati dan DPRD Kabupaten Lampung Selatan," kata Afit Rufiadi, warga setempat saat berbincang dengan detikcom, Selasa (1/5/2012).
Anak Zainal Abidin, Sjahchroedin ZP, sukses malang melintang di dunia kepolisian. Mengawali karier sebagai Kasat Lantas Polda Sumatera Bagian Selatan lalu menjadi Kapoltabes Palembang. Berturut-turut menjabat Direktur Samapta Polda Metro Jaya, Kapolwil Bogor, Direktur Samapta Polri, Kapolda Sumatera Selatan dan terakhir sebagai Kapolda Jawa Barat sebelum akhirnya ngantor di Mabes Polri.
Menggenggam 3 bintang, Sjahchroedin ZP moncer menduduki posisi orang nomor satu di Lampung pada 2004. Lalu dilanjutkan untuk periode kedua pada 2009.
"Tumbangnya patung Zainal Abidin simbol runtuhnya keangkuhan penguasa," ucap Afit.
(asp/nrl)
Sumber: detikNews, Selasa, 01 Mei 2012
No comments:
Post a Comment