Bandarlampung, 3/8 (ANTARA) - Sebulan setelah peluncuran buku "Terasing di Negeri Sendiri", penerbit Indepth Publishing Bandarlampung meluncurkan edisi Inggris buku tersebut dengan judul "Alienated in Their Own Homeland", kemudian mendistribusikannya ke beberapa negara.
Manager Indepth Publishing, Tri Purna Jaya, di Bandarlampung, Jumat, menjelaskan bahwa pihaknya kini mencoba peruntungan dengan mendistribusikan buku-buku terbitannya itu ke luar negeri.
"Khusus untuk buku 'Alienated in Their Own Homeland' karya Oki Hajiansyah Wahab, jejaring kami di Hong Kong, Macau, Taiwan, dan Belanda, sudah menyatakan kesediaannya untuk mendistribusikan buku tersebut," kata dia.
Tri menjelaskan bahwa beberapa negara, seperti Kanada, Amerika Serikat, dan Australia, masih dalam tahap penjajakan mengingat semua masih terkendala dengan mekanisme pengiriman buku.
Khusus negara-negara yang sudah tidak ada masalah lagi, pihaknya memanfaatkan jaringan organisasi swadaya masyarakat dan juga mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Belanda dan kebetulan pulang mudik pada Lebaran kali ini, ujar dia pula.
Menurut dia, buku edisi Inggris itu sedikit berbeda dengan edisi bahasa Indonesia sebelumnya.
Dalam buku itu, kata dia, pihaknya melengkapi dengan peta Kabupaten Mesuji, Register 45, posisi masyarakat Moro Moro dan foto-foto dokumentasi masyarakat Moro Moro. "Kami mencetak 1.000 eksemplar edisi bahasa Inggris," ujar Tri.
Menurut dia, di Hong Kong, buku itu akan dipasarkan dengan harga 100 dolar Hong Kong (Rp118 ribu), dan di Eropa akan dijual 10 Euro (Rp120 ribu).
Penulis buku tersebut, Oki Hajiansyah Wahab, menjelaskan bahwa penerbitan buku edisi bahasa Inggris itu adalah upaya untuk menggalang dukungan bagi keberlanjutan Pos Kesehatan Masyarakat Moro Moro yang dananya diperoleh dari hasil penjualan buku tersebut.
Selain itu, dia berharap buku sederhana itu akan menjadi pengantar untuk memahami apa yang terjadi di Moro Moro di Register 45 Mesuji, Lampung.
Sambutan atas penerbitan buku edisi Inggris disampaikan oleh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila), Dr. Tisnanta, S.H., M.H. yang menyambut baik penerbitannya.
Doktor yang juga memberikan kata pengantar dalam buku itu mengungkapkan bahwa sudah sepatutnya masyarakat Moro Moro mendapatkan hak-hak konstitusionalnya mengingat mereka juga warga negara Indonesia.
Rudi, doktor di Fakultas Hukum Unila, lulusan Kobe University Jepang yang beberapa kali menjadi pembahas buku ini berharap isi buku tersebut akan terus dikembangkan sehingga menjadi sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Rudi berharap akan semakin banyak lagi penulis yang berani mempublikasikan karyanya di luar negeri.
Lindungi Warga Negara
Sebelumnya, saat membahas buku "Terasing di Negeri Sendiri" yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Umitra, di Bandarlampung, Rabu (1/8), terungkap benang merah bahasan bahwa konstitusi tidak begitu saja identik dengan konstitusionalisme.
Menurut Rudi, semangat perlindungan seluruh warga negara Indonesia yang ada dalam konstitusi tidak serta-merta berarti otomatis jaminan itu tersedia. Kondisi perlindungan warga negara yang belum berjalan dengan baik itulah yang dialami warga Moro Moro di Mesuji, Lampung, kata dia.
Rudi menggambarkan bahwa negara demokrasi modern, seperti Amerika Serikat, juga membutuhkan waktu untuk mewujudkan apa yang disebut dengan konstitusionalisme itu.
Selaku pembahas buku itu, dia menilai pengabaian hak-hak warga negara seperti yang terjadi di Moro Moro adalah potret belum terinternalisasinya semangat konstitusionalisme di kalangan para penyelenggara negara.
Sementara itu, Andi Surya, politikus yang juga pimpinan Perguruan Tinggi Umitra Lampung menyatakan keprihatinannya atas apa yang dialami oleh masyarakat Moro Moro selama belasan tahun itu.
Dia berharap akan adanya perubahan kebijakan dialami warga Moro Moro itu di bawah kepemimpinan Bupati Mesuji yang baru, Khamamik.
"Saya juga akan mencoba menanyakan kepada Pak Khamamik yang kebetulan dulu rekan saya di DPRD Lampung agar kiranya segera ada solusi yang memadai bagi masyarakat Moro Moro itu," ujar politikus Partai Hanura Lampung itu pula.
Oki Hajiansyah, penulis buku itu, mengungkapkan bahwa penulisannya merupakan bagian dari upaya advokasi dan kampanye terhadap apa yang terjadi dan dialami warga Moro Moro, di samping juga merupakan bagian dari rencana penelitian disertasinya.
Ia berharap buku itu kelak akan menjadi "general knowledge" bagi masyarakat Moro Moro yang berjuang untuk pemenuhan hak-haknya.
Tisnanta, pakar hukum Unila yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan perlu adanya hati nurani dalam menjalankan negara hukum.
Hukum hendaknya membahagiakan bagi rakyat, ujar doktor lulusan Universitas Diponegoro ini pula.
Acara bedah buku yang dimoderatori Adolf Ayatullah Indrajaya, Pemimpin Redaksi Harian Umum Lampung Ekspres Plus ini diikuti oleh kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di Bandarlampung, jurnalis, dan berbagai kalangan lainnya.
Menurut Tri Purna Jaya, selaku pihak penerbit, buku "Terasing di Negeri Sendiri" karya mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum Universitas Diponegoro-Unila ini, selain menerbitkan edisi Inggris berupa buku "Alienated in Their Own Homeland", pihaknya juga merencanakan akan mencetak edisi kedua buku ini yang hampir habis.
Sumber: Antara, 3 Agustus 2012
Manager Indepth Publishing, Tri Purna Jaya, di Bandarlampung, Jumat, menjelaskan bahwa pihaknya kini mencoba peruntungan dengan mendistribusikan buku-buku terbitannya itu ke luar negeri.
"Khusus untuk buku 'Alienated in Their Own Homeland' karya Oki Hajiansyah Wahab, jejaring kami di Hong Kong, Macau, Taiwan, dan Belanda, sudah menyatakan kesediaannya untuk mendistribusikan buku tersebut," kata dia.
Tri menjelaskan bahwa beberapa negara, seperti Kanada, Amerika Serikat, dan Australia, masih dalam tahap penjajakan mengingat semua masih terkendala dengan mekanisme pengiriman buku.
Khusus negara-negara yang sudah tidak ada masalah lagi, pihaknya memanfaatkan jaringan organisasi swadaya masyarakat dan juga mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Belanda dan kebetulan pulang mudik pada Lebaran kali ini, ujar dia pula.
Menurut dia, buku edisi Inggris itu sedikit berbeda dengan edisi bahasa Indonesia sebelumnya.
Dalam buku itu, kata dia, pihaknya melengkapi dengan peta Kabupaten Mesuji, Register 45, posisi masyarakat Moro Moro dan foto-foto dokumentasi masyarakat Moro Moro. "Kami mencetak 1.000 eksemplar edisi bahasa Inggris," ujar Tri.
Menurut dia, di Hong Kong, buku itu akan dipasarkan dengan harga 100 dolar Hong Kong (Rp118 ribu), dan di Eropa akan dijual 10 Euro (Rp120 ribu).
Penulis buku tersebut, Oki Hajiansyah Wahab, menjelaskan bahwa penerbitan buku edisi bahasa Inggris itu adalah upaya untuk menggalang dukungan bagi keberlanjutan Pos Kesehatan Masyarakat Moro Moro yang dananya diperoleh dari hasil penjualan buku tersebut.
Selain itu, dia berharap buku sederhana itu akan menjadi pengantar untuk memahami apa yang terjadi di Moro Moro di Register 45 Mesuji, Lampung.
Sambutan atas penerbitan buku edisi Inggris disampaikan oleh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila), Dr. Tisnanta, S.H., M.H. yang menyambut baik penerbitannya.
Doktor yang juga memberikan kata pengantar dalam buku itu mengungkapkan bahwa sudah sepatutnya masyarakat Moro Moro mendapatkan hak-hak konstitusionalnya mengingat mereka juga warga negara Indonesia.
Rudi, doktor di Fakultas Hukum Unila, lulusan Kobe University Jepang yang beberapa kali menjadi pembahas buku ini berharap isi buku tersebut akan terus dikembangkan sehingga menjadi sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Rudi berharap akan semakin banyak lagi penulis yang berani mempublikasikan karyanya di luar negeri.
Lindungi Warga Negara
Sebelumnya, saat membahas buku "Terasing di Negeri Sendiri" yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Umitra, di Bandarlampung, Rabu (1/8), terungkap benang merah bahasan bahwa konstitusi tidak begitu saja identik dengan konstitusionalisme.
Menurut Rudi, semangat perlindungan seluruh warga negara Indonesia yang ada dalam konstitusi tidak serta-merta berarti otomatis jaminan itu tersedia. Kondisi perlindungan warga negara yang belum berjalan dengan baik itulah yang dialami warga Moro Moro di Mesuji, Lampung, kata dia.
Rudi menggambarkan bahwa negara demokrasi modern, seperti Amerika Serikat, juga membutuhkan waktu untuk mewujudkan apa yang disebut dengan konstitusionalisme itu.
Selaku pembahas buku itu, dia menilai pengabaian hak-hak warga negara seperti yang terjadi di Moro Moro adalah potret belum terinternalisasinya semangat konstitusionalisme di kalangan para penyelenggara negara.
Sementara itu, Andi Surya, politikus yang juga pimpinan Perguruan Tinggi Umitra Lampung menyatakan keprihatinannya atas apa yang dialami oleh masyarakat Moro Moro selama belasan tahun itu.
Dia berharap akan adanya perubahan kebijakan dialami warga Moro Moro itu di bawah kepemimpinan Bupati Mesuji yang baru, Khamamik.
"Saya juga akan mencoba menanyakan kepada Pak Khamamik yang kebetulan dulu rekan saya di DPRD Lampung agar kiranya segera ada solusi yang memadai bagi masyarakat Moro Moro itu," ujar politikus Partai Hanura Lampung itu pula.
Oki Hajiansyah, penulis buku itu, mengungkapkan bahwa penulisannya merupakan bagian dari upaya advokasi dan kampanye terhadap apa yang terjadi dan dialami warga Moro Moro, di samping juga merupakan bagian dari rencana penelitian disertasinya.
Ia berharap buku itu kelak akan menjadi "general knowledge" bagi masyarakat Moro Moro yang berjuang untuk pemenuhan hak-haknya.
Tisnanta, pakar hukum Unila yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan perlu adanya hati nurani dalam menjalankan negara hukum.
Hukum hendaknya membahagiakan bagi rakyat, ujar doktor lulusan Universitas Diponegoro ini pula.
Acara bedah buku yang dimoderatori Adolf Ayatullah Indrajaya, Pemimpin Redaksi Harian Umum Lampung Ekspres Plus ini diikuti oleh kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di Bandarlampung, jurnalis, dan berbagai kalangan lainnya.
Menurut Tri Purna Jaya, selaku pihak penerbit, buku "Terasing di Negeri Sendiri" karya mahasiswa Program Doktoral Ilmu Hukum Universitas Diponegoro-Unila ini, selain menerbitkan edisi Inggris berupa buku "Alienated in Their Own Homeland", pihaknya juga merencanakan akan mencetak edisi kedua buku ini yang hampir habis.
Sumber: Antara, 3 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment