LIWA -- Warga Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Provinsi Lampung, antusias mengikuti "Pesta Budaya Sekura 2001 Wajah" yang diselenggarakan pemerintah setempat untuk merayakan Idul Fitri 1433 Hijriah.
PESTA BUDAYA SEKURA. Penari dari Sanggar Seni Setiwang menampilkan tarian sekura betik (baik) karya koreografer Edwarsyah Ma'as, di Liwa, Lampung Barat, Lampung, Minggu (26/8). Pesta budaya sekura ialah ungkapan rasa syukur, sukacita, renungan terhadap sikap dan tingkah laku yang dilakukan massal oleh masyarakat setempat dalam merayakan Idul Fitri. (ANTARA/GATOT ARIFIANTO)
Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri, di Lapangan Merdeka, Liwa yang berada sekitar 278 km sebelah utara Kota Bandarlampung, Minggu, mengatakan Sekura merupakan tradisi khas daerah itu. "Karena itu Sekura harus dipertahankan," kata Bupati pula.
Sekura ialah ungkapan secara massal masyarakat Lampung Barat untuk menyambut dan memeriahkan Idul Fitri, dan biasa dilakukan setiap tanggal 1 sampai dengan 7 Syawal dan berlansung dari pekon (desa/kampung) ke pekon di daerah ini.
Pada perayaan Sekura, masyarakat akan mengubah penampilan sedemikian rupa untuk menghibur, seperti mengenakan topeng binatang, menjadi kakek-kakek dengan membawa tongkat, namun ada juga yang bermain rebana dan gamolan atau alat musik tradisional daerah itu yang terbuat dari bambu.
Kabag Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Burlianto Eka Putra mengatakan, acara pesta Sekura itu dimulai pukul 09.00 WIB.
Namun sejak pukul 08.00 WIB, warga setenpat termasuk sejumlah pelajar dari SMAN 1 Liwa telah berdatangan, dengan memakai topeng, di Lapangan Merdeka Liwa, untuk selanjutnya berjalan menuju areal kantor Pemkab Lambar.
"Saya ikut bersekura untuk melestarikan adat istiadat supaya tidak hilang dan terlupakan," kata warga Pekon Way Empulau Ulu, Kecamatan Balikbukit, Yazli Fauzi.
Meski tidak mendapatkan upah, Yazli mengaku, tetap senang sehubungan kegiatan itu hakikatnya untuk bersilaturahim antarmasyarakat, baik yang tua, muda maupun anak-anak.
Sebelum Bupati Mukhlis Basri melepas kegiatan tersebut, seluruh kelompok Sekura dari berbagai kecamatan di daerah itu diminta beratraksi menari dengan waktu maksimal satu menit untuk dinilai.
Panitia selanjutnya akan mengambil 10 kelompok terbaik, untuk mendapatkan hadiah bagi penampil yang baik.
Pada kegiatan "Pesta Budaya Sekura 2001 Wajah" itu, sejumlah aparat keamanan dari Polres Lampung Barat, Satpol PP, TNI AD dari Kodim 0422, serta Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Lampung Barat membantu pengamanan dan penertibannya.
Sejumlah ambulans dan tim medis juga diturunkan dalam kegiatan tersebut.
"Ambulans dari Dinas Kesehatan disiapkan tiga buah, termasuk tim medis dan obat-obatan, untuk pertolongan pertama jika terjadi hal tidak diinginkan," ujar Kasubag Tata Usaha Puskesmas Liwa, Sumarjo.
Acara selanjutnya berlangsung mulai pukul 10.00 WIB, dengan warga yang telah mengenakan topeng atau bersekura, selanjutnya berjalan menuju lapangan kantor Pemkab Lambar dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Sumber: Antara, Minggu, 26 Agustus 2012
PESTA BUDAYA SEKURA. Penari dari Sanggar Seni Setiwang menampilkan tarian sekura betik (baik) karya koreografer Edwarsyah Ma'as, di Liwa, Lampung Barat, Lampung, Minggu (26/8). Pesta budaya sekura ialah ungkapan rasa syukur, sukacita, renungan terhadap sikap dan tingkah laku yang dilakukan massal oleh masyarakat setempat dalam merayakan Idul Fitri. (ANTARA/GATOT ARIFIANTO)
Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri, di Lapangan Merdeka, Liwa yang berada sekitar 278 km sebelah utara Kota Bandarlampung, Minggu, mengatakan Sekura merupakan tradisi khas daerah itu. "Karena itu Sekura harus dipertahankan," kata Bupati pula.
Sekura ialah ungkapan secara massal masyarakat Lampung Barat untuk menyambut dan memeriahkan Idul Fitri, dan biasa dilakukan setiap tanggal 1 sampai dengan 7 Syawal dan berlansung dari pekon (desa/kampung) ke pekon di daerah ini.
Pada perayaan Sekura, masyarakat akan mengubah penampilan sedemikian rupa untuk menghibur, seperti mengenakan topeng binatang, menjadi kakek-kakek dengan membawa tongkat, namun ada juga yang bermain rebana dan gamolan atau alat musik tradisional daerah itu yang terbuat dari bambu.
Kabag Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Lampung Barat Burlianto Eka Putra mengatakan, acara pesta Sekura itu dimulai pukul 09.00 WIB.
Namun sejak pukul 08.00 WIB, warga setenpat termasuk sejumlah pelajar dari SMAN 1 Liwa telah berdatangan, dengan memakai topeng, di Lapangan Merdeka Liwa, untuk selanjutnya berjalan menuju areal kantor Pemkab Lambar.
"Saya ikut bersekura untuk melestarikan adat istiadat supaya tidak hilang dan terlupakan," kata warga Pekon Way Empulau Ulu, Kecamatan Balikbukit, Yazli Fauzi.
Meski tidak mendapatkan upah, Yazli mengaku, tetap senang sehubungan kegiatan itu hakikatnya untuk bersilaturahim antarmasyarakat, baik yang tua, muda maupun anak-anak.
Sebelum Bupati Mukhlis Basri melepas kegiatan tersebut, seluruh kelompok Sekura dari berbagai kecamatan di daerah itu diminta beratraksi menari dengan waktu maksimal satu menit untuk dinilai.
Panitia selanjutnya akan mengambil 10 kelompok terbaik, untuk mendapatkan hadiah bagi penampil yang baik.
Pada kegiatan "Pesta Budaya Sekura 2001 Wajah" itu, sejumlah aparat keamanan dari Polres Lampung Barat, Satpol PP, TNI AD dari Kodim 0422, serta Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Lampung Barat membantu pengamanan dan penertibannya.
Sejumlah ambulans dan tim medis juga diturunkan dalam kegiatan tersebut.
"Ambulans dari Dinas Kesehatan disiapkan tiga buah, termasuk tim medis dan obat-obatan, untuk pertolongan pertama jika terjadi hal tidak diinginkan," ujar Kasubag Tata Usaha Puskesmas Liwa, Sumarjo.
Acara selanjutnya berlangsung mulai pukul 10.00 WIB, dengan warga yang telah mengenakan topeng atau bersekura, selanjutnya berjalan menuju lapangan kantor Pemkab Lambar dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Sumber: Antara, Minggu, 26 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment