KALIANDA -- Sejumlah tokoh adat dari Bali dan Lampung di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung menyambut baik adanya pesta adat untuk perdamaian secara massal untuk mempererat tali persaudaraan dan menghindari bentrokan terulang kembali.
"Kedamaian merupakan harga mati untuk kita semua oleh karena itu tidak ada tawar-menawar dan harus segera diwujudkan bersama," kata salah satu Tokoh Adat Lampung, Safrudin, di Desa Balinuraga, Waypanji, Lampung Selatan, Jumat.
Di hadapan para tokoh adat Bali dan Lampung serta masyarakat Balinuraga itu, ia mengatakan akan mengadakan deklarasi bersamai atau ikrar damai secara massal yang melibatkan seluruh warga di Balinuragaa maupun di Kalianda terutama yang terlibat bentrokan kemarin.
"Kami akan melakukan deklarasi damai dengan ribuan warga di Lampung Selatan," kata dia yang juga disambut teriakan setuju seluruh warga Balinuraga yang hadir.
Ia mengatakan, bahwa warga kedua belah pihak harus hidup damai tanpa ada perbedaan karena semua hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), semua sama tidak ada pribumi maupun pendatang, semua memiliki hak yang sama dalam membangun bangsa.
"Kami tidak akan saling mengganggu, malah sebaliknya saling mempererat silaturahim tali persaudaraan," ujar dia.
Kemudian ke depan, kata dia, akan membentuk forum komunikasi antarsuku yang sering digelar agar pertalian persaudaraan selalu terjaga sampai kapan pun tidak ada perbedaan.
Selain itu, akan diadakan "cakak lamban" atau saling mengunjungi ke ruman antar korban agar menjadi saudara dan tidak akan saling membenci dan saling dendam, demi kebaikan bersama karena peristiwa yang lalu tidak perlu diingat kembali.
Sementara itu, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Balinuraga, Made Sumite mengatakan sangat menyambut baik adanya perdamaian massal yang melibatkan seluruh masyarakat itu.
"Itulah yang kami inginkan, agar dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa ada permusuhan dan saling mempererat tali persaudaraan," ujar dia.
Ia mengatakan, warga Balinuraga juga ingin hidup damai, jangan sampai terjadi masalah seperti ini hingga beberapa warga harus kehilangan anggota keluarganya.
"Dengan perdamaian massal ini maka kesepakatan damai tidak hanya para tokoh namun sampai lapisan masyarakat," tambah Made.
Sementara itu, salah satu tokoh Adat Bali, Ketut Pageh, juga memberikan pengarahan kepada pemuda Desa Balinuraga agar jangan lagi suka membuat onar hingga menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan seperti sebelumnya.
"Saya tahu 21 kasus kenakalan pemuda Balinuraga, oleh karena itu jangan mengulanginya," ujar mantan Ketua PHDI Provinsi Lampung itu.
Sebagai contoh, pemuda Balinuraga juga pernah melempar mercon atau petasan kepada rombongan yang sedang takbir keliling, ke depannya jangan sampai terulang lagi, ujarnya dalam penjelasannya hadir pula beberapa DPD-RI dari daerah pemilihan Bali dan Lampung.
Ia mengharapkan, para tetua atau tokoh adat hendaknya dapat mendidik para anak-anak muda agar tidak lagi membuatkeonaran agar perdamaian yang sudah kita wujudkan ini terus terjaga sampai kapan pun juga.
"Kami semua harus berjanji untuk saling mencintai dan menghormati, jangan sampai melanggar karena akan kena tulahnya sendiri jika melanggar," ujar dia.
Sumber: Antara, Jumat, 9 Nopember 2012
"Kedamaian merupakan harga mati untuk kita semua oleh karena itu tidak ada tawar-menawar dan harus segera diwujudkan bersama," kata salah satu Tokoh Adat Lampung, Safrudin, di Desa Balinuraga, Waypanji, Lampung Selatan, Jumat.
Di hadapan para tokoh adat Bali dan Lampung serta masyarakat Balinuraga itu, ia mengatakan akan mengadakan deklarasi bersamai atau ikrar damai secara massal yang melibatkan seluruh warga di Balinuragaa maupun di Kalianda terutama yang terlibat bentrokan kemarin.
"Kami akan melakukan deklarasi damai dengan ribuan warga di Lampung Selatan," kata dia yang juga disambut teriakan setuju seluruh warga Balinuraga yang hadir.
Ia mengatakan, bahwa warga kedua belah pihak harus hidup damai tanpa ada perbedaan karena semua hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), semua sama tidak ada pribumi maupun pendatang, semua memiliki hak yang sama dalam membangun bangsa.
"Kami tidak akan saling mengganggu, malah sebaliknya saling mempererat silaturahim tali persaudaraan," ujar dia.
Kemudian ke depan, kata dia, akan membentuk forum komunikasi antarsuku yang sering digelar agar pertalian persaudaraan selalu terjaga sampai kapan pun tidak ada perbedaan.
Selain itu, akan diadakan "cakak lamban" atau saling mengunjungi ke ruman antar korban agar menjadi saudara dan tidak akan saling membenci dan saling dendam, demi kebaikan bersama karena peristiwa yang lalu tidak perlu diingat kembali.
Sementara itu, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Desa Balinuraga, Made Sumite mengatakan sangat menyambut baik adanya perdamaian massal yang melibatkan seluruh masyarakat itu.
"Itulah yang kami inginkan, agar dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa ada permusuhan dan saling mempererat tali persaudaraan," ujar dia.
Ia mengatakan, warga Balinuraga juga ingin hidup damai, jangan sampai terjadi masalah seperti ini hingga beberapa warga harus kehilangan anggota keluarganya.
"Dengan perdamaian massal ini maka kesepakatan damai tidak hanya para tokoh namun sampai lapisan masyarakat," tambah Made.
Sementara itu, salah satu tokoh Adat Bali, Ketut Pageh, juga memberikan pengarahan kepada pemuda Desa Balinuraga agar jangan lagi suka membuat onar hingga menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan seperti sebelumnya.
"Saya tahu 21 kasus kenakalan pemuda Balinuraga, oleh karena itu jangan mengulanginya," ujar mantan Ketua PHDI Provinsi Lampung itu.
Sebagai contoh, pemuda Balinuraga juga pernah melempar mercon atau petasan kepada rombongan yang sedang takbir keliling, ke depannya jangan sampai terulang lagi, ujarnya dalam penjelasannya hadir pula beberapa DPD-RI dari daerah pemilihan Bali dan Lampung.
Ia mengharapkan, para tetua atau tokoh adat hendaknya dapat mendidik para anak-anak muda agar tidak lagi membuatkeonaran agar perdamaian yang sudah kita wujudkan ini terus terjaga sampai kapan pun juga.
"Kami semua harus berjanji untuk saling mencintai dan menghormati, jangan sampai melanggar karena akan kena tulahnya sendiri jika melanggar," ujar dia.
Sumber: Antara, Jumat, 9 Nopember 2012
No comments:
Post a Comment