MINAT warga Lampung untuk membeli buku cukup besar. Angka pembelian buku tiap tahunnya pun selalu meningkat. Toko Buku Fajar Agung mencatat tiap hari rata-rata buku terjual mencapai 900 eksemplar. Bila tahun ajaran baru, penjualan buku makin meningkat dan bisa lebih dari 1.000 eksemplar.
Kepala Divisi Buku Fajar Agung Gede P. Suharto mengatakan angka penjualan buku tiap tahunnya selalu naik. Penjualan buku tahun ini naik 20% dibandingkan pada 2011. Persentase itu lebih besar dibandingkan kenaikan 2010?2011 yang hanya 18%.
Jenis buku yang paling laris adalah bacaan anak-anak dan remaja, seperti buku pelajaran, komik, dan novel. Buku laris lainnya adalah tentang pengembangan diri dan motivasi. Menurutnya, minat baca dan daya beli buku masyarakat Lampung sangat bagus. Banyak warga Lampung yang memiliki kartu anggota Toko Buku Fajar Agung mencapai 10 ribu orang.
Untuk meningkatkan penjual, Fajar Agung menggelar acara wisata buku bagi anak-anak taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Anak-anak bisa melihat dan mengenal berbagai buku. ?Harapannya mereka akan kembali mengajak orang tuanya untuk membeli buku,? kata Gede.
Dia menyambut baik adanya penulis-penulis lokal yang meluncurkan buku. Keberadaan penulis lokal ini bisa meningkatkan penjualan buku. Fajar Agung mencoba mendukung penulis lokal dengan memberikan fasilitas bedah buku gratis. Buku-buku karya penulis Lampung akan ditempatkan di lemari khusus sebagai identitas bahwa karya lokal.
Di Toko Buku Gramedia Lampung, tingkat kunjungan mencapai 2.000 orang per hari. Sedangkan yang membeli buku mencapai 90% dari jumlah pengunjung, atau mencapai 1.800 orang. Dengan jumlah transaksi per orang minimal Rp100 ribu.
Kepala Toko Buku Gramedia Lampung B. Singgih mengatakan setiap orang minimal bisa membeli lebih dari dua buku. Bila dirata-rata, jumlah buku yang dibeli bisa mencapai 250 ribu eksemplar per bulan. Jika ada bazar buku, penjualannya bisa jauh lebih tinggi mencapai sampai 500 ribu?1 juta eksemplar.
Jenis buku yang paling laris adalah buku cerita anak dan aktivitas anak. Selain itu, buku soal agama, kesehatan, dan novel remaja juga termasuk yang laris dan paling banyak dibeli.
Angka penjualan buku tiap tahunnya selalu meningkat. Kenaikannya antara 10% dan 12% tiap tahun. Penjualan buku di Lampung pun, berdasarkan catatan di Gramedia, termasuk tinggi dan mengalahkan kota besar lain di Sumatera bagian selatan. Padahal di Bandar Lampung hanya ada satu Toko Buku Gramedia.
Menurutnya, dari angka penjualan per hari hingga per bulan bisa disimpulkan bahwa minat masyarakat Lampung untuk membeli buku dan membaca sangat besar. Masyarakat Lampung sangat peduli dengan pendidikan dan buku. ?Memang biasanya di daerah agraris, minat terhadap pendidikan besar. Dampaknya, keinginan untuk membeli buku dan
membaca juga tinggi. Berbeda jika mayoritas masyarakat bukan petani, melainkan petambang,? kata dia.
Setiap bulannya, Gramedia bisa menerima sekitar 500 judul buku, termasuk buku lama dan buku baru. Namun, dari sekian banyak judul, tidak satu pun karya penulis lokal Lampung. ?Di Lampung belum tentu ada satu karya penulis lokal dalam satu bulan,? kata Singgih.
Dia menilai perlu ada keberanian penulis lokal untuk menerbitkan karya. Bila belum mampu menembus penerbit besar, bisa memanfaatkan penerbit lokal dengan dukungan sponsor lokal. Singgih mencontohkan Bangka Belitung yang terkenal lewat novel Laskar Pelangi. Setelah novel karya Andrea Hirata itu meledak, banyak sekali bermunculan novelis lainnya.
?Di Lampung tidak perlu menunggu ada orang yang melejit dahulu. Semuanya bisa dimulai dari penulis lokal dan mau mengangkat tema yang belum pernah ditulis. Masih banyak hal menarik di Lampung yang bisa ditulis, tapi sampai saat ini belum ada yang menulis. Misalnya soal permainan tradisional dan budaya Lampung,? kata dia.
Selama ini, kata dia, kebanyakan penulis lokal hanya menulis soal biografi tokoh. Memang ada beberapa buku biografi lokal yang masuk Gramedia. Namun, tidak terlalu laku. ?Kalau biografi kan pesanan saja. Terkadang buku itu juga dibagikan gratis,? katanya. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Desember 2012
Kepala Divisi Buku Fajar Agung Gede P. Suharto mengatakan angka penjualan buku tiap tahunnya selalu naik. Penjualan buku tahun ini naik 20% dibandingkan pada 2011. Persentase itu lebih besar dibandingkan kenaikan 2010?2011 yang hanya 18%.
Jenis buku yang paling laris adalah bacaan anak-anak dan remaja, seperti buku pelajaran, komik, dan novel. Buku laris lainnya adalah tentang pengembangan diri dan motivasi. Menurutnya, minat baca dan daya beli buku masyarakat Lampung sangat bagus. Banyak warga Lampung yang memiliki kartu anggota Toko Buku Fajar Agung mencapai 10 ribu orang.
Untuk meningkatkan penjual, Fajar Agung menggelar acara wisata buku bagi anak-anak taman kanak-kanak (TK) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Anak-anak bisa melihat dan mengenal berbagai buku. ?Harapannya mereka akan kembali mengajak orang tuanya untuk membeli buku,? kata Gede.
Dia menyambut baik adanya penulis-penulis lokal yang meluncurkan buku. Keberadaan penulis lokal ini bisa meningkatkan penjualan buku. Fajar Agung mencoba mendukung penulis lokal dengan memberikan fasilitas bedah buku gratis. Buku-buku karya penulis Lampung akan ditempatkan di lemari khusus sebagai identitas bahwa karya lokal.
Di Toko Buku Gramedia Lampung, tingkat kunjungan mencapai 2.000 orang per hari. Sedangkan yang membeli buku mencapai 90% dari jumlah pengunjung, atau mencapai 1.800 orang. Dengan jumlah transaksi per orang minimal Rp100 ribu.
Kepala Toko Buku Gramedia Lampung B. Singgih mengatakan setiap orang minimal bisa membeli lebih dari dua buku. Bila dirata-rata, jumlah buku yang dibeli bisa mencapai 250 ribu eksemplar per bulan. Jika ada bazar buku, penjualannya bisa jauh lebih tinggi mencapai sampai 500 ribu?1 juta eksemplar.
Jenis buku yang paling laris adalah buku cerita anak dan aktivitas anak. Selain itu, buku soal agama, kesehatan, dan novel remaja juga termasuk yang laris dan paling banyak dibeli.
Angka penjualan buku tiap tahunnya selalu meningkat. Kenaikannya antara 10% dan 12% tiap tahun. Penjualan buku di Lampung pun, berdasarkan catatan di Gramedia, termasuk tinggi dan mengalahkan kota besar lain di Sumatera bagian selatan. Padahal di Bandar Lampung hanya ada satu Toko Buku Gramedia.
Menurutnya, dari angka penjualan per hari hingga per bulan bisa disimpulkan bahwa minat masyarakat Lampung untuk membeli buku dan membaca sangat besar. Masyarakat Lampung sangat peduli dengan pendidikan dan buku. ?Memang biasanya di daerah agraris, minat terhadap pendidikan besar. Dampaknya, keinginan untuk membeli buku dan
membaca juga tinggi. Berbeda jika mayoritas masyarakat bukan petani, melainkan petambang,? kata dia.
Setiap bulannya, Gramedia bisa menerima sekitar 500 judul buku, termasuk buku lama dan buku baru. Namun, dari sekian banyak judul, tidak satu pun karya penulis lokal Lampung. ?Di Lampung belum tentu ada satu karya penulis lokal dalam satu bulan,? kata Singgih.
Dia menilai perlu ada keberanian penulis lokal untuk menerbitkan karya. Bila belum mampu menembus penerbit besar, bisa memanfaatkan penerbit lokal dengan dukungan sponsor lokal. Singgih mencontohkan Bangka Belitung yang terkenal lewat novel Laskar Pelangi. Setelah novel karya Andrea Hirata itu meledak, banyak sekali bermunculan novelis lainnya.
?Di Lampung tidak perlu menunggu ada orang yang melejit dahulu. Semuanya bisa dimulai dari penulis lokal dan mau mengangkat tema yang belum pernah ditulis. Masih banyak hal menarik di Lampung yang bisa ditulis, tapi sampai saat ini belum ada yang menulis. Misalnya soal permainan tradisional dan budaya Lampung,? kata dia.
Selama ini, kata dia, kebanyakan penulis lokal hanya menulis soal biografi tokoh. Memang ada beberapa buku biografi lokal yang masuk Gramedia. Namun, tidak terlalu laku. ?Kalau biografi kan pesanan saja. Terkadang buku itu juga dibagikan gratis,? katanya. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Desember 2012
No comments:
Post a Comment