PRINGSEWU (Pringsewu) Festival Bambu Seribu yang digelar Pemkab Pringsewu akan diakhiri dengan penyelenggaraan malam pesona yang berlangsung Sabtu (16-3) malam.
Acara tersebut merupakan rangkaian yang diawili berbagai lomba yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Parawisata setempat, di antaranya lomba tari kreasi Lampung, lomba lagu pop Lampung, lomba musik bambu, lomba film dokumenter, dan lomba desain kaus Pringsewu.
Dipastikan hadir dalam malam pesona tersebut Bupati Sujadi Saddat, Wakil Bupati Handitya Narapati, kepala Dinas Pendidikan dan Pariwisata Lampung, sekkab, anggota DPRD Pringsewu, unsur Muspida, para kepala SKPD, kepala UPT dinas, dan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten/kota.
Ketua Penyelenggara Suchairi Sibarani mengatakan Festival Bambu Seribu yang digelar tahun ini merupakan kegiatan yang kedua, dengan menampilkan pertunjukan seni dari masing-masing pemenang sekaligus menampilkan pemenang ke-2 lomba sastra lisan tingkat provinsi yang pemenangnya berasal dari Pringsewu.
Melalui Festival Bambu Seribu Pringsewu, diharapkan dapat memberdayakan potensi yang ada dalam rangka mengembangkan industri pariwisata, menggali dan mengembangkan budaya daerah dalam upaya memperkaya khazanah budaya nasional.
Tak kalah penting memberikan sarana hiburan bagi masyarakat Kabupaten Pringsewu khususnya, serta masyarakat Lampung pada umumnya.
Menurut Suchairi Sibarani, dengan diselenggarakannya Festival Bambu Seribu, bahwa tidaklah dapat diingkari bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni budaya dan setidaknya terdapat 370 suku bangsa dengan 67 bahasa induk yang tersebar di 13 ribu lebih pulau-pulau yang terbentuk wilayah nusantara dengan luas 5, 3 juta kilometer persegi.
Namun, dengan perkembangan informasi telekomunikasi saat ini menjadikan seni dan budaya kehilangan peminat, sekalipun oleh generasi pemudanya sendiri, masuknya budaya asing membuat budaya kita sendiri menjadi terpinggirkan dan menjadikan pilihan kedua.
Kesenian daerah hanya menjadi kegiatan tambahan bukan menjadi kegiatan yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah.
Oleh karena itu, pemerintah daerah, melalui Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Pringsewu, pada 2013 menggagas sebuah Festival Bambu Seribu dengan dikemas sedemikian rupa agar menjadi bagian dari kalender pariwisata nasional. (ONO/D-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 16 Maret 2013
Acara tersebut merupakan rangkaian yang diawili berbagai lomba yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Parawisata setempat, di antaranya lomba tari kreasi Lampung, lomba lagu pop Lampung, lomba musik bambu, lomba film dokumenter, dan lomba desain kaus Pringsewu.
Dipastikan hadir dalam malam pesona tersebut Bupati Sujadi Saddat, Wakil Bupati Handitya Narapati, kepala Dinas Pendidikan dan Pariwisata Lampung, sekkab, anggota DPRD Pringsewu, unsur Muspida, para kepala SKPD, kepala UPT dinas, dan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten/kota.
Ketua Penyelenggara Suchairi Sibarani mengatakan Festival Bambu Seribu yang digelar tahun ini merupakan kegiatan yang kedua, dengan menampilkan pertunjukan seni dari masing-masing pemenang sekaligus menampilkan pemenang ke-2 lomba sastra lisan tingkat provinsi yang pemenangnya berasal dari Pringsewu.
Melalui Festival Bambu Seribu Pringsewu, diharapkan dapat memberdayakan potensi yang ada dalam rangka mengembangkan industri pariwisata, menggali dan mengembangkan budaya daerah dalam upaya memperkaya khazanah budaya nasional.
Tak kalah penting memberikan sarana hiburan bagi masyarakat Kabupaten Pringsewu khususnya, serta masyarakat Lampung pada umumnya.
Menurut Suchairi Sibarani, dengan diselenggarakannya Festival Bambu Seribu, bahwa tidaklah dapat diingkari bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni budaya dan setidaknya terdapat 370 suku bangsa dengan 67 bahasa induk yang tersebar di 13 ribu lebih pulau-pulau yang terbentuk wilayah nusantara dengan luas 5, 3 juta kilometer persegi.
Namun, dengan perkembangan informasi telekomunikasi saat ini menjadikan seni dan budaya kehilangan peminat, sekalipun oleh generasi pemudanya sendiri, masuknya budaya asing membuat budaya kita sendiri menjadi terpinggirkan dan menjadikan pilihan kedua.
Kesenian daerah hanya menjadi kegiatan tambahan bukan menjadi kegiatan yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah.
Oleh karena itu, pemerintah daerah, melalui Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Pringsewu, pada 2013 menggagas sebuah Festival Bambu Seribu dengan dikemas sedemikian rupa agar menjadi bagian dari kalender pariwisata nasional. (ONO/D-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 16 Maret 2013
No comments:
Post a Comment