BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sekolah diminta kreatif menyusun bahan ajar dalam bidang bahasa dan sastra untuk mengatasi rendahnya minat siswa pada sastra.
Sastrawan Taufiq Ismail mengatakan kurikulum yang mengajarkan kecintaan membaca buku dan kemampuan menulis telah tertinggal selama 63 tahun. "Sebelumnya, pada zaman penjajahan Belanda, justru pengajaran sastra sangat maju. Wajib satu karya seminggu, 18 karangan dalam 1 semester," ujar dia, saat dihubungi Lampung Post, Rabu (12-6).
Untuk meningkatkan minat siswa pada sastra, Taufiq menyarankan agar pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus memperbaiki kurikulum terlebih dulu.
Seharusnya sastrawan senior tersebut hadir dalam kegiatan Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) di SMP 16 Bandar Lampung, Rabu (12-6). Namun, karena sesuatu dan lain hal, ia berhalangan hadir di tengah-tengah acara tersebut.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya mengatakan minimnya minat siswa menandakan hal buruk pada keberlangsungan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. "Budaya tidak cukup hanya dilestarikan, melainkan harus dikembangkan. Sastra merupakan salah satu pendorong perkembangan budaya di suatu daerah," ujar Sukarma dalam kegiatan SBSB di SMP 16 Bandar Lampung.
Sukarma mengatakan kegiatan tersebut merupakan motivasi yang positif bagi para siswa untuk tekun dalam seni, termasuk sastra. Selama ini siswa hanya mempelajari seni dalam kegiatan formal di sekolah, mungkin belum terlalu menarik bagi siswa.
Terkait hal ini, mantan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Kota Bandar Lampung Abdul Hanif menilai para guru bisa mengajak siswa mengarang puisi dengan mengambil tempat belajar di luar kelas. "Dengan suasana dan tema khusus, minat dan ketertarikan siswa pada sastra akan terus meningkat," kata Hanif.
Ia menambahkan layanan pendidikan tentang bahasa dan sastra pada siswa telah mengalami kemajuan. Hanif mencontohkan materi tentang musikalisasi puisi kini sudah masuk pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar tentang tata bahasa yang terkesan membosankan. (IMA/S3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 14 Juni 2013
Sastrawan Taufiq Ismail mengatakan kurikulum yang mengajarkan kecintaan membaca buku dan kemampuan menulis telah tertinggal selama 63 tahun. "Sebelumnya, pada zaman penjajahan Belanda, justru pengajaran sastra sangat maju. Wajib satu karya seminggu, 18 karangan dalam 1 semester," ujar dia, saat dihubungi Lampung Post, Rabu (12-6).
Untuk meningkatkan minat siswa pada sastra, Taufiq menyarankan agar pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus memperbaiki kurikulum terlebih dulu.
Seharusnya sastrawan senior tersebut hadir dalam kegiatan Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) di SMP 16 Bandar Lampung, Rabu (12-6). Namun, karena sesuatu dan lain hal, ia berhalangan hadir di tengah-tengah acara tersebut.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya mengatakan minimnya minat siswa menandakan hal buruk pada keberlangsungan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. "Budaya tidak cukup hanya dilestarikan, melainkan harus dikembangkan. Sastra merupakan salah satu pendorong perkembangan budaya di suatu daerah," ujar Sukarma dalam kegiatan SBSB di SMP 16 Bandar Lampung.
Sukarma mengatakan kegiatan tersebut merupakan motivasi yang positif bagi para siswa untuk tekun dalam seni, termasuk sastra. Selama ini siswa hanya mempelajari seni dalam kegiatan formal di sekolah, mungkin belum terlalu menarik bagi siswa.
Terkait hal ini, mantan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Kota Bandar Lampung Abdul Hanif menilai para guru bisa mengajak siswa mengarang puisi dengan mengambil tempat belajar di luar kelas. "Dengan suasana dan tema khusus, minat dan ketertarikan siswa pada sastra akan terus meningkat," kata Hanif.
Ia menambahkan layanan pendidikan tentang bahasa dan sastra pada siswa telah mengalami kemajuan. Hanif mencontohkan materi tentang musikalisasi puisi kini sudah masuk pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar tentang tata bahasa yang terkesan membosankan. (IMA/S3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 14 Juni 2013
No comments:
Post a Comment