BANDARLAMPUNG - Mukri Friatna, mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) daerah Lampung yang kini aktif di eksekutif nasional Walhi Jakarta, meraih "Penghargaan Kamaroeddin" 2013 yang diberikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung.
Pada malam anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 sekaligus resepsi HUT AJI ke-19 di Kafe Dawiells Bandarlampung, Sabtu malam, Dewan Juri menilai adanya konsistensi dan kegigihan perjuangan Mukri Friatna terutama dalam pelestarian lingkungan hidup dan membela kepentingan masyarakat termasuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan serta mendorong kesiapsiagaan, kepedulian sosial publik dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.
"Mukri sebagai aktivis lingkungan memiliki totalitas perjuangan sejak remaja hingga saat ini tanpa kenal lelah, mulai dari skala kelompok kecil, lokal hingga nasional dan global dengan posisinya sekarang di Walhi Nasional," ujar Herdi Mansyah AIB, Direktur Pelaksana Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, salah satu anggota dewan juri anugerah jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013.
Juri lainnya, Dr Tisnanta SH MH menilai Mukri Friatna memiliki dedikasi yang kuat melalui berbagai aktivitasnya di Walhi Lampung dan saat ini di Walhi Nasional yang memiliki kontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan baik di Lampung maupun daerah lain.
"Meskipun saat ini aktivitasnya lebih banyak berada di luar Lampung, perhatian dan perjuangannya untuk terus peduli pada masalah lingkungan hidup dan antisipasi serta penanggulangan bencana alam justru semakin kuat dan terus berlanjut," ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) itu pula.
Dewan juri sebelumnya menilai delapan nominator peraih penghargaan Kamaroeddin 2013 itu, yaitu tujuh tokoh perseorangan dan satu lembaga (LBH Bandarlampung), dengan tujuh tokoh itu adalah Mukri Friatna, Dr Dedy Hermawan (Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik FISIP Unila), Eko (aktivis buruh PT Nestle Lampung), Gaudensius Suhardi (Pemred Harian Umum Lampung Post), I Wayan Mocoh (seniman asal Bali yang mengembangkan seni budaya Gamolan Lampung), Dr Wahyu Sasongko SH MH (dosen Fak. Hukum Unila), dan Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) jurnalis/redaktur Harian Umum Lampung Post juga sastrawan pelestari bahasa dan sastra Lampung.
Tiga unggulan peraih Kamaroeddin Award 2013 adalah Mukri Friatna, I Wayan Mocoh, dan LBH Bandarlampung, serta akhirnya juri memutuskan secara bulat Mukri Friatna yang berhak meraih penghargaan bergengsi setiap tahun diberikan AJI Bandarlampung itu.
Dewan juri (Dr Tisnanta SH MH, Budisantoso Budiman, dan Herdi Mansyah AIB) juga memutuskan peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013 untuk karya jurnalistik terbaik tahun 2013.
Peraih Saidatul Fitriah Award 2013 itu adalah juara kembar/juara bersama, yaitu Ari Suryanto, jurnalis Harian Umum Radar Lampung dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung yang menggunakan peralatan kurang memadai untuk instalasi forensiknya, dan Noval Andriansyah jurnalis Harian Umum Tribun Lampung dengan karya jurnalistik Mutiara yang terbuang tentang.
Noval menuliskan secara berkelanjutan nasib Mutiara, bayi yang dibuang orang tuanya di toilet Stasiun Kereta Api Tanjungkarang dan kemudian diurus satu keluarga petugas Polsus KA.
Namun setelah suaminya meninggal, ibu angkatnya (Pujiarti) itu mengalami sakit-sakitan dan akhirnya harus menyerahkan perawatan bocah itu ke sebuah panti di Jakarta.
Juri berpendapat, kendati secara kuantitas karya yang diikutkan untuk meraih Penghargaan Saidatul Fitriah Award 2013 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara kualitas dinilai cukup membanggakan.
Apalagi sebagian karya yang masuk adalah hasil kerja para jurnalis muda.
Ketua AJI Bandarlampung Yoso Muliawan, didampingi Ketua Panitia Wandi B. Silaban menegaskan bahwa pemberian dua penghargaan yaitu bagi tokoh Lampung berpengaruh, dan karya jurnalistik terbaik yang diberikan mulai tahun 2008 itu, akan terus berlanjut diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi berbagai pihak juga untuk terdorong memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah ini.
"Bagi para jurnalis di Lampung khususnya juga diharapkan terus menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas dengan mengangkat berbagai persoalan publik di daerah ini agar dapat ditangani secara lebih baik," kata Yoso pula.
AJI Bandarlampung menurut Yoso, akan terus mendorong kiprah para tokoh dimaksud maupun para jurnalis yang memberikan dampak positif dan besar bagi masyarakat luas di Lampung maupun secara nasional dan global.
Pada malam penganugerahan dua penghargaan dan resepsi HUT AJI di Bandarlampung itu, ditampilkan pula puisi dan teater mini oleh Teater Satu pimpinan Iswadi Pratama. n
Sumber: Antara, Minggu, 15 September 2013
Mukri Friatna aktivis Walhi yang meraih "Kamaroeddin Award" 2013 diberikan AJI Bandarlampung, Sabtu (14/9) malam. (Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman) |
Pada malam anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 sekaligus resepsi HUT AJI ke-19 di Kafe Dawiells Bandarlampung, Sabtu malam, Dewan Juri menilai adanya konsistensi dan kegigihan perjuangan Mukri Friatna terutama dalam pelestarian lingkungan hidup dan membela kepentingan masyarakat termasuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan serta mendorong kesiapsiagaan, kepedulian sosial publik dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.
"Mukri sebagai aktivis lingkungan memiliki totalitas perjuangan sejak remaja hingga saat ini tanpa kenal lelah, mulai dari skala kelompok kecil, lokal hingga nasional dan global dengan posisinya sekarang di Walhi Nasional," ujar Herdi Mansyah AIB, Direktur Pelaksana Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, salah satu anggota dewan juri anugerah jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013.
Juri lainnya, Dr Tisnanta SH MH menilai Mukri Friatna memiliki dedikasi yang kuat melalui berbagai aktivitasnya di Walhi Lampung dan saat ini di Walhi Nasional yang memiliki kontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan baik di Lampung maupun daerah lain.
"Meskipun saat ini aktivitasnya lebih banyak berada di luar Lampung, perhatian dan perjuangannya untuk terus peduli pada masalah lingkungan hidup dan antisipasi serta penanggulangan bencana alam justru semakin kuat dan terus berlanjut," ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) itu pula.
Dewan juri sebelumnya menilai delapan nominator peraih penghargaan Kamaroeddin 2013 itu, yaitu tujuh tokoh perseorangan dan satu lembaga (LBH Bandarlampung), dengan tujuh tokoh itu adalah Mukri Friatna, Dr Dedy Hermawan (Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik FISIP Unila), Eko (aktivis buruh PT Nestle Lampung), Gaudensius Suhardi (Pemred Harian Umum Lampung Post), I Wayan Mocoh (seniman asal Bali yang mengembangkan seni budaya Gamolan Lampung), Dr Wahyu Sasongko SH MH (dosen Fak. Hukum Unila), dan Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) jurnalis/redaktur Harian Umum Lampung Post juga sastrawan pelestari bahasa dan sastra Lampung.
Tiga unggulan peraih Kamaroeddin Award 2013 adalah Mukri Friatna, I Wayan Mocoh, dan LBH Bandarlampung, serta akhirnya juri memutuskan secara bulat Mukri Friatna yang berhak meraih penghargaan bergengsi setiap tahun diberikan AJI Bandarlampung itu.
Dewan juri (Dr Tisnanta SH MH, Budisantoso Budiman, dan Herdi Mansyah AIB) juga memutuskan peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013 untuk karya jurnalistik terbaik tahun 2013.
Peraih Saidatul Fitriah Award 2013 itu adalah juara kembar/juara bersama, yaitu Ari Suryanto, jurnalis Harian Umum Radar Lampung dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung yang menggunakan peralatan kurang memadai untuk instalasi forensiknya, dan Noval Andriansyah jurnalis Harian Umum Tribun Lampung dengan karya jurnalistik Mutiara yang terbuang tentang.
Noval menuliskan secara berkelanjutan nasib Mutiara, bayi yang dibuang orang tuanya di toilet Stasiun Kereta Api Tanjungkarang dan kemudian diurus satu keluarga petugas Polsus KA.
Namun setelah suaminya meninggal, ibu angkatnya (Pujiarti) itu mengalami sakit-sakitan dan akhirnya harus menyerahkan perawatan bocah itu ke sebuah panti di Jakarta.
Juri berpendapat, kendati secara kuantitas karya yang diikutkan untuk meraih Penghargaan Saidatul Fitriah Award 2013 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara kualitas dinilai cukup membanggakan.
Apalagi sebagian karya yang masuk adalah hasil kerja para jurnalis muda.
Ketua AJI Bandarlampung Yoso Muliawan, didampingi Ketua Panitia Wandi B. Silaban menegaskan bahwa pemberian dua penghargaan yaitu bagi tokoh Lampung berpengaruh, dan karya jurnalistik terbaik yang diberikan mulai tahun 2008 itu, akan terus berlanjut diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi berbagai pihak juga untuk terdorong memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah ini.
"Bagi para jurnalis di Lampung khususnya juga diharapkan terus menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas dengan mengangkat berbagai persoalan publik di daerah ini agar dapat ditangani secara lebih baik," kata Yoso pula.
AJI Bandarlampung menurut Yoso, akan terus mendorong kiprah para tokoh dimaksud maupun para jurnalis yang memberikan dampak positif dan besar bagi masyarakat luas di Lampung maupun secara nasional dan global.
Pada malam penganugerahan dua penghargaan dan resepsi HUT AJI di Bandarlampung itu, ditampilkan pula puisi dan teater mini oleh Teater Satu pimpinan Iswadi Pratama. n
Sumber: Antara, Minggu, 15 September 2013
No comments:
Post a Comment