May 31, 2013

Wakil Bupati Tulangbawang Luncurkan Buku "Acropolis"

BANDAR LAMPUNG -- Wakil Bupati Tulangbawang Heri Wardoyo akan meluncurkan buku Acropolis, Kerajaan Nalar, di rumah dinasnya Menggala Kapubaten Tulangbawang Lampung, Minggu (2/6).

Peluncuran Buku "Acropolis, Kerajaan Nalar," karya Heri Wardoyo,
jurnalis yang kini Wakil Bupati Tulangbawang Lampung.
(FOTO: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Acara yang akan menghadirkan Emha Ainun Nadjib, Mahfud MD, dan kelompok musik etnik Kiai Kanjeng itu akan dikemas dengan nuansa ramah tamah, kata Sudarmono, fasilitator acara itu menjelaskan di Bandarlampung, Jumat (31/5).


May 29, 2013

Mengkaji Lampung secara Komprehensif

Oleh Parjiono


MEMBACA opini Andry Saputra (Lampost, 11 Mei 2013) berjudul Horison Lampung untuk Kaum Muda, sebelumnya opini Darojat Gustian Syafaat (Lampost, 24 April 2013) yang berjudul Menyegarkan (Kembali) Rumusan Kelampungan, dan tulisan Hardi Hamzah (Lampost, Jumat 5 Mei 2013) berjudul Obsesi Punahnya Lampung?, tampaknya ketiga penulis tersebut belum secara komprehensif mengulas buku Udo Z. Karzi, Feodalisme Modern, Wacana Kritis tentang Lampung dan Kelampungan (2013).

Mengapa saya katakan belum komprehensif, karena banyak kajian yang menggigit dalam buku itu secara esensial belum terbahas. Misalnya saja pada halaman 22 dan 23, Udo Z. Karzi menulis dengan subjudul Unila sebagai Pusat Kebudayaan Lampung. Di situ dituturkan Udo tentang kekhawatirannya terhadap kepunahan bahasa Lampung.


May 28, 2013

Buku 'Acropolis Kerajaan Nalar': Wakil Bupati Heri Wardoyo ingin memberi ruh Acropolis kepada Tulangbawang

Sampul buku 'Acropolis Kerajaan Nalar'
WAKIL Bupati Tulangbawang, Provinsi Lampung,  Heri Wardoyo meluncurkan buku Acropolis Kerajaan Nalar pada Minggu, 2 Juni 2013, di Menggala dengan menghadirkan tokoh teras serta budayawan antara lain Mahdud MD, Bagir Manan, Emha Ainun Nadjib, dan Arswendo Atmowiloto.

Buku ini adalah sekumpulan buah pikir Heri yang dipublikasikan di Lampung Post selama dia menjadi wartawan di harian lokal tersebut. Berbagai tulisan yang mencerminkan pemikirannya dilandasi referensi ini dia kemas dalam bahasa jurnalistik, sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.


May 26, 2013

Siswa dan Guru Antusias Kembangkan Media Sekolah

BANDAR LAMPUNG: Para siswa dan guru di sejumlah SMA dan SMK di Bandarlampung dan Lampung Selatan antusias untuk mengembangkan media di sekolah masing-masing sebagai sarana pengembangan minat, bakat, dan hobi serta kreativitas siswa di sekolah tersebut.

Media sekolah yang dibuat para siswa hasil praktik dalam Pelatihan
Menulis yang digelar LMC bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi
Lampung, 21-24 Mei 2013, aula PKBI Lampung di Bandarlampung.
(Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)
Antusiasme para guru dan belasan siswa itu terungkap dalam Pelatihan Menulis yang digelar Lampung Media Center (LMC) selama beberapa hari, 21-25 Mei 2013, berlangsung secara bergantian di aula Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung di Bandarlampung dan berakhir Sabtu (25/5) petang, dengan instruktur-fasilitator para redaktur dan jurnalis darai beberapa media massa di Lampung dibantu aktivis pegiat pendidikan dan antikorupsi di daerah ini.


May 24, 2013

Keberaksaraan dan Kebudayaan Lampung

Oleh Asarpin


TAHUN 2009 terbit sebuah buku terjemahan bahasa Indonesia dengan judul Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (KPG, November 2009). Editornya adalah Henri Chambert-Loir, sejarawan pemikiran asal Prancis yang dikenal karena buku Nusa Jawa-nya yang banyak dipuji oleh sejarawan dan budayawan Indonesia.

Sejauh yang saya ketahui, buku itu adalah buku paling lengkap tentang proses sejarah penerjemahan bahasa-bahasa dunia di nusantara. Buku ini sangat tebal, 1160 halaman. Semua artikel disajikan dengan sangat menarik berdasarkan pilihan tema yang selektif dan otoritatif.


May 23, 2013

[Tradisi] Lampung Dalam Segelas Kopi

Oleh Udo Z. Karzi


"NGUPI pai." Ini bukan gaya hidup yang baru. Sebab, sedari doeloe orang Lampung memang lekat tradisi dengan kopi, mulai dari menanam, memanen, mengolah, menjual, termasuk menikmatinya.

Usia kopi Lampung memang sangat tua. Konon, jauh-jauh para pengelana datang ke Lampung abad ke-17 untuk mencari remah rempah kopi. Wajar jika kemudian kopi menjadi ikon Lampung. Sebutlah kopi maka yang terbayang adalah Lampung atau sebutlah Lampung maka yang teringat adalah kopi.


May 19, 2013

Batu Batu Imaji Ari Susiwa Manangisi

 -- Christian Heru Cahyo Saputro

ARI Susiwa dalam diksi rupa pilihannya berkisah tentang peristiwa Mesuji dan Sidomulyo. Lukisan batu-batu masif saling bertumbukan dan setandan kelapa sawit segar yang ditarik-menarik tali dari berbagai penjuru bertajuk Mesuji ?Amuk? Sidomulyo terpajang di antara 115 karya rupa dalam pameran bertajuk Meta Amuk di Galeri Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta, dari 7?24 Mei 2013.

LUKISAN. "Spirit the Day" karya Ari Susiwa Manangisi
FOTO: DOKPRI ARI SUSIWA
Lukisan bertajuk Mesuji ?Amuk? Sidomulyo karya perupa Lampung, Ari Susiwa Manangisi, cukup menyita perhatian pengunjung pameran, setidaknya karena ukurannya yang lumayan provokatif.


[Fokus] Tempat Seni tanpa Kesenian

TIDAK semua daerah punya pasar seni. Bandar Lampung patut berbangga dengan adanya Pasar Seni yang letaknya strategis di pusat kota. Namun, potensi pasar yang bisa menjadi pusat ekonomi kreatif itu seperti bak berlian yang kehilangan pesonanya. Pasar Seni Enggal jauh dari kesan tempat yang meriah, riuh, dan bergeliat.

Beberapa pihak menilai Pasar Seni sepi dan kurang menarik. Bahkan, ada salah satu penulis di situs Kompasiana yang menilai seperti kuburan. Tidak jarang juga yang memberi cap negatif sebagai tempat mesum karena saat malam kondisinya gelap.

[Fokus] Pasar Seni yang Tak Nyeni

KEBERADAAN Pasar Seni di Bandar Lampung sudah 22 tahun. Sejak mulai beroperasi pada 1991 hingga sekarang, kondisinya masih sama. Pelukis senior, Sutanto, menempati salah satu pondok di Pasar Seni, Enggal, sejak 1991. Pasar yang terakhir direnovasi tahun lalu ini masih dinilai sama dengan saat pertama kali ditempati pelukis asal Salatiga ini.

"Dari dulu kayak gini. Enggak ada yang berubah dengan Pasar Seni. Masih sama dan enggak berkembang," kata Sutanto.


[Fokus] Menghidupkan Kembali Pasar Seni

PASAR Seni, Enggal, Bandar Lampung, yang selama ini identik dengan kesan negatif, kini melawan takdir. Para pihak ingin mengembalikan fungsi ruang publik di tengah kota itu sesuai namanya.

PASAR SENI. Suasana Pasar Seni Enggal, yang sudah dibenahi, Bandar
Lampung, Sabtu (18-5). Pasar Seni Enggal, Bandar Lampung yang selama
ini  identik dengan kesan negatif, kini melawan takdir. Para pihak
ingin mengembalikan  fungsi ruang publik di tengah kota itu sesuai
namanya. (LAMPUNG POST/ IKHSAN DWI NUR SATRIO)
Tepuk tangan membahana ketika musik cetik yang dibawakan dua orang bocah mulai hilang dari pendengaran. I Nyoman Arsana, mengiringi pukulan cetik dua anaknya itu dengan jimbey. Di atas panggung kecil yang luasnya tidak lebih dari 4 x 4 meter ini, keduanya lincah memukul alat musik tradisional Lampung itu.


May 18, 2013

Bangkitkan Kreativitas di Pasar Seni

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Membangkitkan seni dan budaya di Lampung dapat dilakukan dengan meningkatkan kreativitas anak bangsa melalui ketersediaan wadah bagi pelaku dan hasil karya seni. Namun, penampung bakat dan hasil kesenian itu perlu dukungan semua pihak, mulai dari pelaku seni hingga pemerintah daerah.

SENIMAN CILIK. Gusti Ngurahrai Mahardika (kanan) dan Gusti Ngurahrai Pradiva
Jayastu (kiri) membawakan lima lagu daerah lampung menggunakan cetik pada
pembukaan Festival Pasar Seni 2013 di Pasar Seni Enggal Bandar Lampung, Jumat (17-5).
Acara itu memberikan ruang para  seniman Lampung untuk berapresiasi dalam
kegiatan seni Lampung. (LAMPUNG POST/HENDRIVAN GUMAY)
Hal itu dikatakan Manajer Indocraft Dipo Dwi saat pembukaan Festival Pasar Seni, Jumat (17-5) malam. Acara yang digelar Indocraft bersama Lampung Post itu diikuti para penggiat seni di Lampung.

Merenungkan Keluhuran Adat Lampung

Oleh Novan Saliwa


BAGI seorang pemuda yang ingin belajar banyak tentang makna Lampung dan kelampungan, sangat baik kiranya dapat menjalin komunikasi terhadap sosok Udo Z. Karzi yang telah lebih dahulu berkecimpung di berbagai forum dan analisis tentang Lampung. Dia juga mendokumentasikan segala bentuk persepsi masyarakat mengenai Lampung melalui blog ulunlampung. Bahkan, Udo Zul telah menerbitkan buku tentang kelampungan.

Komunikasi itu mampu membuka cakrawala kita mengenai Lampung dari sudut pandangnya selaku sastrawan, yang juga telah lama hidup berdampingan dengan tradisi Lampung di tanah kelahirannya, Pekon Negarabatin, masuk wilayah adat Marga Liwa. Ini terbukti dengan terbitnya buku Feodalisme Modern Wacana Kritis tentang Lampung dan Kelampungan (diterbitkan Indepth Publishing, April 2013).


May 16, 2013

Genta Kencana Open Casting Film

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Genta Kencana Entertainment (GKE), sebuah Rumah Produksi (Producion House) hadir menyemarakkan kehidupan dunia perfilman di Lampung. Komitmennya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan karakter bangsa.

Menurut Direktur GKE, Agus Effendi mengatakan, sebagai “gebrakan” tahun ini, GKE membuka kesempatan bagi masyarakat Lampung mengikuti “Open Casting Film” untuk mencari bintang-bintang berbakat sebagai aktor dan aktris. PH-nya telah siap memproduksi beberapa episode FTV dengan judul besar “Kembang Tanah Air”.


May 15, 2013

Advokat Kebudayaan Lampung

Oleh Asarpin


SEORANG advokat kebudayaan umumnya memiliki kecenderungan sebagai seorang pembela gigih nilai-nilai budaya yang diyakninya benar.  Maka tak heran jika di antara mereka ada yang menjadi pemuja kebudayaan lokal, sekaligus menjadi pejuang gigih warisan kebudayaan primordial. Dalam sikap dan tindakannya, para advokat kebudayaan model ini sangat apologetik dan eksklusif. Mereka akan mempertahankan mati-matian apa yang diyakini benar tanpa mau membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan pihak lain.

Seorang advokat memiliki kecenderungan berdebat dan mengkritik. Bagi mereka, perdebatan adalah ajang unjuk kebolehan argumentasi, unjuk keilmiahan teori, dan ajang memojokkan lawan yang dianggap berbeda dan tak sepaham. Sementara kritik bagi mereka menjadi semacam keharusan untuk membangun wacana kritis di bidang kebudayaan.


May 11, 2013

Horison Lampung untuk Kaum Muda

Oleh Andry Saputra

SANGAT menarik membaca tulisan Darojat Gustian Syafaat berjudul Menyegarkan (Kembali) Rumusan Kelampungan (Lampung Post, 24 April 2013) dan tulisan Hardi Hamzah berjudul Obsesi Punahnya Lampung? (Lampung Post, 3 Mei 2013).

Dua tulisan yang membahas buku Feodalisme Modern Wacana Kritis tentang Lampung dan Kelampungan, karya Udo Z. Karzi (diterbitkan Indepth Publishing, April 2013), membuat saya merenung apakah kita sedang berada di penghujung kekuatan atau kelemahan.


May 8, 2013

[Inspirasi] Arman A.Z.:Menekuni Ihwal Kelampungan

Oleh Lukman Hakim


Arman A.Z
KEBIASAAN membaca sejak SMP mengantarkan pria satu ini menjadi seorang penulis Lampung. Dia ingat buku-buku sastra yang pernah dibacanya, seperti buku-buku Ahmad Tohari, Motinggo Busye, Hamsad Rangkuti, Gola Gong, dan Seno Gumira Ajidarma.

Buku-buku itu dipinjam Arman A.Z. dari perpustakaan sekolah atau Perpustakaan Daerah Lampung. Kini, dia lebih dikenal sebagai cerpenis meskipun juga menulis esai, cerita anak, atau, feature.


May 6, 2013

Mukhlis Ajak Warga Lestarikan Budaya Nyambai

LIWA (Lampost): Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melesatrikan adat dan budaya sebagai salah satu kekayaan yang menjadi warisan leluhur dan telah turun-temurun terjaga di bumi Lampung.

Mukhlis Basri, Minggu (5-5), mengatakan di tengah modernisasi zaman dan kecanggihan teknologi saat ini ternyata kekayaan budaya sebagai warisan nenek moyang masih memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat, tetapi upaya pelestarian budaya mulai kurang diminati oleh kaum muda.


May 5, 2013

Budaya Lampung Versus Budaya Global

Oleh M. Benyamin E. Djauhar


AKULTURASI budaya yang semakin njlimet di indonesia mengingatkan penulis pada Umar Kayam, yang menuturkan bahwa pertumbuhan budaya yang semestinya berstandar pada hakikat kebudayaan dan tradisi rakyat.

Ya, kebudayaan kita njlimet karena berbaur dengan menguatnya kebudayaan massa yang jauh dari prospek pertumbuhan jati diri bangsa. Gencarnya dunia informatika yang telah dijuluki ?tuhan kedua? simultan menggeser nilai-nilai tradisi dan budaya kita yang semakin rapuh. Budi pekerti yang disirnakan oleh proses tonggak reformasi yang mencabik nilai nilai hakiki kita, suka atau tidak suka telah merampas spiritualitas secara universal.


Mahasiswa Kritisi Pemerintah lewat Foto

BANDAR LAMPUNG (Lampost) Mengkritisi pemerintah tidak hanya melalui aksi massa turun ke jalan. Unit Kegiatan Penerbitan Teknokra Unila mengkritik kinerja aparatur pemerintah melalui pameran foto bertema PR untuk pemimpin Lampung di Plaza Lotus, Sabtu (4-5).

Ketua pelaksana kegiatan, Novalinda Silviana, mengatakan Rally Foto Season 7 UKPM Teknokra Unila ini dimulai sejak 28 April. Kemarin panitia memamerkan foto- foto yang menang dengan mengambil empat sub meliputi pembangunan, kemacetan, kemiskinan, dan lingkungan. "Hari ini (kemarin, red) kami pamerkan foto-foto yang menang, di antaranya foto pembangunan, kemacetan, kemiskinan, dan lingkungan," kata Novalinda.


May 4, 2013

[Tajuk] Menghidupkan Kesenian

PEMBANGUNAN selama ini yang hanya memuja politik dan ekonomi telah meninggalkan luka bangsa teramat mendalam, yaitu bangsa berwatak korup. Sudah saatnya bangsa ini menempatkan kesenian sebagai prioritas perhatian.

Kesenian ialah oasis. Sungguh tak terbayangkan kehidupan sebuah bangsa tanpa kesenian. Tapi, justru itulah yang selama ini diabaikan pemerintah, termasuk pemerintah daerah di Lampung. Bukan cerita baru jika nasib seniman selalu memprihatinkan. Hampir tidak ada perhatian berarti pemerintah daerah di Lampung terhadap seniman dan kehidupan kesenian.


May 3, 2013

Obsesi Punahnya Lampung?

Oleh Hardi Hamzah


KEGELISAHAN Udo Z. Karzi (selanjutnya disebut Udo), memang patut mendapat perhatian kita bersama. Udo terus memetakan Lampung dalam artian yang sebenarnya.

Betapa pun, torehan-torehan yang hadir dari bukunya yang berjudul Feodalisme Modern, Wacana Kritis tentang Lampung dan Kelampungan (Indepth Publishing, April 2013) menggugah cakrawala kesadaran kita, di mana, apa, dan  bagaimana mengidentifikasi Lampung secara metodelogis dan terukur dalam dimensi kesejarahan dan keilmuan.


Rembuk Seniman Lampung: Membangun 'Ruang Kreatif' Seniman

ADOLF Ayatullah Indrajaya bersemangat menceritakan pengalamannya bersama sekelompok musisi yang menggelar cetik on street pada Ramadan tahun lalu. Ketika itu, para seniman ini mencari pengusaha swasta sebagai sponsor kegiatan cetik on the street untuk mengisi acara ngabuburit. Tentunya dengan kesepakatan mereka mereka harus mempromosikan produk perusahaan tersebut.

Namun sayang, sponsorship itu batal karena nego harga yang ditolak mentah-mentah oleh pihak pengusaha. “Waduh, gara-gara nego harga dari Rp10 juta menjadi Rp11 juta, kita malah ditolak,” ujar Adolf yang juga Pemimpin Redaksi Lampung Ekspres Plus ini mengutip keluhan teman-temannya waktu itu.


Rembuk Seniman Lampung: Seniman Membuat Hidup Selalu Pas

KEHADIRAN seniman dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Mereka ibarat vitamin dalam yang menggairahkan kehidupan dan membuat takaran hidup menjadi pas dan nyaman.

Pemimpin Redaksi Lampung Post Gaudenisus Suhardi mengungkapkan hal itu  pada 'Rembuk Seniman Lampung' yang digelar di aula Lampung Post, Rabu (1-5).


Bahasa Lampung Masuk Kurikulum 2013

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Bahasa Lampung akan masuk kurikulum 2013. Muatan lokal (mulok) ini terintergerasi ke dalam mata pelajaran Seni Budaya. Demikian disampaikan oleh Kepala Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhammad Hamka, saat workshop metodologi pembelajaran bahasa dan aksara Lampung di Hotel Kurnia, Bandar Lampung, Kamis (2-5).

Dimasukkannya mulok Bahasa Lampung ke kurikulum tersebut sesuai UUD 1945 Pasal 32 Ayat (1) menyebutkan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Serta Ayat (2) bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.


May 2, 2013

[Inspirasi] Djuhardi Basri: Pendidik yang Juga Sastrawan Lampung

Oleh Lukman Hakim


Djuhardi Basri dan istri
BAGI pria satu ini, puisi adalah menangkap kata-kata yang menggetarkan sehingga diksi menjadi unsur yang sangat penting dalam menciptakan puisi. Siapa lagi kalau bukan Djuhardi Basri. Dia dilahirkan di Kotabumi, 27 November 1960, putra dari pasangan Basri K.A. dan Nurhayati yang merupakan ulun (orang) Lampung asli. Ketekunan Djuhardi membaca karya-karya puisi Prancis semasa kuliah membawanya terinspirasi membuat karya-karya puisi sendiri.

Masa sekolahnya dari tingkat SD hingga SMA dia selesaikan di Lampung. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra dan Filsafat, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Dia juga pernah kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Slamet Riyadi, Solo, tetapi tidak diselesaikan.