Oleh Meza Swastika
GEROBAK berwarna hijau itu nyaris miring karena terus dipadati oleh pembeli yang mengantre memesan makanan. Tepat di belakang gerobak itu, wajan besar dengan puluhan potong ayam goreng yang mulai matang.
Di belakangnya dua pria bercelemek bekas karung tepung serius menggiling bumbu sambal di atas cobek. Sementara empat baris meja panjang itu terlihat penuh dengan pengunjung yang saling berimpit. Pemandangan pada awal tahun 2000-an itu seperti tak berubah hingga kini.
Pecel Lele Bu Gendut. Begitu warung lesehan itu diberi merek. Kedai di Jalan Ki Maja, Way Halim, Bandar Lampung, itu tetap dan selalu ramai pembeli. Ini juga terlihat di tiga warung makan milik Bu Gendut yang ada di pintu selatan PKOR Way Halim bersisian dengan lapangan sofbol.
Juga yang ada di Jalan Ryacudu, pembeli seperti tak pernah sepi. Maka, cukup pantas bagi warga Way Halim dan sekitarnya jika ada statement, ?siapa yang tak tahu Pecel Lele Bu Gendut??.
Dengan menu andalan pecel lele, Bu Gendut memang terus bertahan dan sudah memiliki tempat bagi pelanggannya. Tak ada meja besar dengan gurat-gurat kayu apalagi kursi nyaman. Justru sebaliknya, hanya berupa meja-meja yang dilapisi plastik bermotif dan kursi-kursi plastik amat sederhana.
Ia memulai usaha ini bersama suaminya sejak tahun ?90-an dengan hanya bermodal gerobak di tepian parkir kompleks pertokoan Way Halim di Jalan Ki Maja. Tak ada yang istimewa dalam pecel lele maupun ayam goreng jualannya. Tetapi kebanyakan pelanggannya mengaku sambal pecel lelenya memiliki citarasa yang nikmat.
Selain itu, harga seporsi pecel lele yang lumayan murah. "Kata langganan saya, sambalnya enak," ujar Bu Gendut ketika ditemui, beberapa waktu yang lalu.
Ia mengaku menamai pecel lelenya dengan nama panggilannya. "Dulu yang beli biasa manggil saya, Bu Gendut. Makanya namanya Pecel Lele Bu Gendut.?
Ia kini hanya cukup duduk di meja kasir dan sesekali bertegur sapa dengan ramah kepada pelanggannya. Ia juga kerap mengontrol bumbu-bumbu sambal yang dibuat karyawannya agar rasa tetap terjaga.
Pecel Lele Bu Gendut merupakan salah satu pembuka pintu keterkenalan kawasan Way Halim sebagai pusat kuliner baru di Bandar Lampung. Kini, kawasan pusat kegiatan olahraga Way Halim, ada juga tempat untuk bersantai sekaligus menikmati penganan ringan.
Tempat yang dulunya dikenal sebagai area mesum ini kini sudah bersalin rupa. Pojok-pojok penjual makanan ringan seperti jagung bakar atau menu jagung yang diberi irisan keju dan susu atau Jasuke banyak dijumpai di tempat ini.
Ramainya pengunjung di tempat ini akhirnya memunculkan beragam menu penganan ringan. Mulai dari pisang bakar, siomay goreng sampai warung angkringan dengan harga yang terjangkau. Dan lagi pengunjung bebas bercengkerama di kursi-kursi yang telah disediakan.
Denyut pengunjung akan mulai terasa dari sore hingga dini hari. Berkumpulnya beragam komunitas dan arena permainan anak-anak menjadi pelengkapnya.
Tak hanya pada malam hari, setiap akhir pekan PKOR Way Halim juga ramai dengan pengunjung yang berolahraga atau sekadar mencari sarapan pagi.
Beragam makanan mulai dari yang ringan seperti jagung keju, siomay goreng, es buah sampai beragam kuliner khas, seperti gudek, empal gentong, dan pecel pincuk membuat pengunjung bebas memilihnya.
Harganya pun tak mahal, pedagang menyajikan berbagai pilihan mulai dari menggelar meja kursi hingga tikar-tikar lesehan.
Hanya saja, keberadaan petugas parkir liar dan aksi pemerasan berkedok pengamen sedikit mengganjal pengunjung ketika hendak menikmati kawasan ini. (M1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 19 Januari 2014
GEROBAK berwarna hijau itu nyaris miring karena terus dipadati oleh pembeli yang mengantre memesan makanan. Tepat di belakang gerobak itu, wajan besar dengan puluhan potong ayam goreng yang mulai matang.
Di belakangnya dua pria bercelemek bekas karung tepung serius menggiling bumbu sambal di atas cobek. Sementara empat baris meja panjang itu terlihat penuh dengan pengunjung yang saling berimpit. Pemandangan pada awal tahun 2000-an itu seperti tak berubah hingga kini.
Pecel Lele Bu Gendut. Begitu warung lesehan itu diberi merek. Kedai di Jalan Ki Maja, Way Halim, Bandar Lampung, itu tetap dan selalu ramai pembeli. Ini juga terlihat di tiga warung makan milik Bu Gendut yang ada di pintu selatan PKOR Way Halim bersisian dengan lapangan sofbol.
Juga yang ada di Jalan Ryacudu, pembeli seperti tak pernah sepi. Maka, cukup pantas bagi warga Way Halim dan sekitarnya jika ada statement, ?siapa yang tak tahu Pecel Lele Bu Gendut??.
Dengan menu andalan pecel lele, Bu Gendut memang terus bertahan dan sudah memiliki tempat bagi pelanggannya. Tak ada meja besar dengan gurat-gurat kayu apalagi kursi nyaman. Justru sebaliknya, hanya berupa meja-meja yang dilapisi plastik bermotif dan kursi-kursi plastik amat sederhana.
Ia memulai usaha ini bersama suaminya sejak tahun ?90-an dengan hanya bermodal gerobak di tepian parkir kompleks pertokoan Way Halim di Jalan Ki Maja. Tak ada yang istimewa dalam pecel lele maupun ayam goreng jualannya. Tetapi kebanyakan pelanggannya mengaku sambal pecel lelenya memiliki citarasa yang nikmat.
Selain itu, harga seporsi pecel lele yang lumayan murah. "Kata langganan saya, sambalnya enak," ujar Bu Gendut ketika ditemui, beberapa waktu yang lalu.
Ia mengaku menamai pecel lelenya dengan nama panggilannya. "Dulu yang beli biasa manggil saya, Bu Gendut. Makanya namanya Pecel Lele Bu Gendut.?
Ia kini hanya cukup duduk di meja kasir dan sesekali bertegur sapa dengan ramah kepada pelanggannya. Ia juga kerap mengontrol bumbu-bumbu sambal yang dibuat karyawannya agar rasa tetap terjaga.
Pecel Lele Bu Gendut merupakan salah satu pembuka pintu keterkenalan kawasan Way Halim sebagai pusat kuliner baru di Bandar Lampung. Kini, kawasan pusat kegiatan olahraga Way Halim, ada juga tempat untuk bersantai sekaligus menikmati penganan ringan.
Tempat yang dulunya dikenal sebagai area mesum ini kini sudah bersalin rupa. Pojok-pojok penjual makanan ringan seperti jagung bakar atau menu jagung yang diberi irisan keju dan susu atau Jasuke banyak dijumpai di tempat ini.
Ramainya pengunjung di tempat ini akhirnya memunculkan beragam menu penganan ringan. Mulai dari pisang bakar, siomay goreng sampai warung angkringan dengan harga yang terjangkau. Dan lagi pengunjung bebas bercengkerama di kursi-kursi yang telah disediakan.
Denyut pengunjung akan mulai terasa dari sore hingga dini hari. Berkumpulnya beragam komunitas dan arena permainan anak-anak menjadi pelengkapnya.
Tak hanya pada malam hari, setiap akhir pekan PKOR Way Halim juga ramai dengan pengunjung yang berolahraga atau sekadar mencari sarapan pagi.
Beragam makanan mulai dari yang ringan seperti jagung keju, siomay goreng, es buah sampai beragam kuliner khas, seperti gudek, empal gentong, dan pecel pincuk membuat pengunjung bebas memilihnya.
Harganya pun tak mahal, pedagang menyajikan berbagai pilihan mulai dari menggelar meja kursi hingga tikar-tikar lesehan.
Hanya saja, keberadaan petugas parkir liar dan aksi pemerasan berkedok pengamen sedikit mengganjal pengunjung ketika hendak menikmati kawasan ini. (M1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 19 Januari 2014
thanks ya infonya !!!
ReplyDeletewww.bisnistiket.co.id