August 31, 2014

Diro Aritonang, Kalianda, dan Krakatau

Oleh Beni Setia


SEKITAR 40 tahun lampau, ketika saya mulai pendidikan pertanian di SPMA di Soreang—sekitar 20 kilometer dari Bandung—, saya sengaja menonton film Bernard Kowalski, Krakatoa, East of Java. Sebuah film yang menarik karena triller termaksud yang disajikan sebelum film inti main, karena judulnya dan sekaligus sebab judul itu mengandung kebenaran fakta serta kesalahan penandaan.

SYAIR LAMPUNG KARAM. Penyair Jawa Barat kelahiran Kalianda, Lamsel,
Diro Aritonang, membaca Syair Lampung Karam karya Muhammad Soleh,
dalam rangkaian Festival Krakatau XXIV di Pasar Seni, Enggal, Bandar
Lampung, Rabu (27/8). (FOTO ISTIMEWA)
Ada dua kepenasaran yang mengikutinya. Hingga apa yang sebenarnya terjadi dengan letusan (gunung) Krakatau itu? Setidaknya kalau dikaitkan dengan fakta: fiksi film kolosal itu punya efek khusus, sebelum era Steven Spielberg, yang melulu menggarap amukan ombak di laut.


Melirik Tanah Lampung

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda


BELANDA dan Inggris bersepakat: mulai Maret 1824, seluruh Pulau Sumatera menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Lampung pun tidak luput. Hampir seluruh bagian selatan Pulau Sumatera termasuk wilayah Lampung, kecuali daerah Komering (yang masuk Residensi Palembang) dan daerah di balik Bukit Barisan (yang termasuk Residensi Bengkulu).

Edward Jenner (1749—1823) dengan vaksin cacar air
yang dikembangkannya sejak 1774.
Pada awal 1800-an, diketahui Lampung termasuk wilayah kekuasaan Banten, bahkan sebelum Islam berpengaruh di sana. Namun, sejarah asal-mula terjadinya kaitan antara Lampung dan Banten tidak banyak diketahui.


August 30, 2014

Kota Budaya, Kota Kreatif

Oleh Udo Z. Karzi


BANDAR Lampung Potensi Jadi Kota Budaya. Demikian judul berita Lampung Post, 23 Januari 2009. Kedengarannya gombal ya?

Bundaran Gajah, Bandar Lampung
Namun, benarlah. Ucapan itu datang langsung dari budayawan, sastrawan, teateran Putu Wijaya. Memang denyut nadi aktivitas kesenian, baik sastra, teater, maupun seni pertunjukan lain, di kota ini sangat kuat.

August 24, 2014

Mencari Perempuan Lampung

Oleh Frieda Amran
Penyuka sejarah, bermukim di Belanda


CERITA percintaan si bujang Lampung dengan gadis idamannya belum berakhir. Walaupun si bujang sudah bolak-balik datang berkunjung dan sudah pula berlembar-lembar surat cinta ditulisnya, percintaan itu belum dapat dilanjutkan ke jenjang selanjutnya, perkawinan, sebelum persetujuan resmi dari orang tua si gadis telah diperoleh.

Burung koewou.
Persetujuan itu baru diberikan setelah si bujang menyerahkan sejumlah uang kepada calon mertuanya. Besarnya jumlah uang itu tergantung dari tingkat dan status sosial keluarga si gadis. Biasanya jumlahnya berkisar di antara $60?$300. Siapa pun dan dari mana pun asalnya boleh saja mengawini seorang gadis Lampung asal gadis itu bersedia dikawini dan lelaki itu sanggup menyerahkan uang yang dituntut untuk mendapatkan jodohnya.