Oleh MD Wicaksono
BULAN ini kita memperingati hari badak. Hari badak sebagai sebuah peringatan keberhasilan kelahiran badak sumatera (Dicerorhinus sumatraensis). Tiga tahun lalu tepatnya tanggal 23 Juni 2012 berhasil lahir badak jantan sumatera di Pusat Konservasi Badak (Suaka Rhino Sumatra/Sumatran Rhino Sanctuary) Taman Nasional Way Kambas Lampung. Badak jantan tersebut diberi nama Andatu oleh Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan RI waktu itu. Nama Andatu merupakan singkatan dan berarti ANugerah DAri TUhan, yang juga merupakan perpaduan nama induknya Andalas dan raTU.
Kelahiran anak badak sumatera jantan saat itu begitu menggemparkan dunia. Hal ini dikarenakan setelah menunggu hampir 124 tahun lamanya, Indonesia berhasil mengembangbiakan badak sumatra yang termasuk satwa hampir punah pada tahun 2012 yang juga merupakan Tahun Badak Internasional. Ahli Badak Indonesia mencatat sejarah mampu mengembangbiakan badak sumatera secara alami di habitatnya.
Indonesia sangat beruntung karena memiliki dua species badak, diantara lima species badak dunia. Lima species badak tersebut adalah Badak Hitam (Diceros bicornis longipes), Badak Putih (Ceratotherium simum), Badak India (Rhinoceros unicornis), Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), dan Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Dua jenis badak yaitu badak hitam dan badak putih berada di benua Afrika, badak India di India, sedangkan badak Jawa dan badak Sumatera berada di Indonesia.
Badak Jawa dan badak Sumatera, lebih mudah dikenali, terutama pada cula dan kulitnya Badak Jawa memiliki cula satu dan berkulit lebih keras dan tebal, sedangkan badak Sumatera memiliki cula dua dan berkulit lebih lunak dan tipis. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dalam duapuluh tahun terakhir mengalami penurunan jumlah. Berdasarkan catatan Yayasan Badak Indonesia (YABI), saat ini populasi badak sumatera tinggal 100 ekor berada di Taman Nasional Leuser (Nangro Aceh Darusalam), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung dan Bengkulu), serta Taman Nasional Way Kambas (Lampung).
Kelahiran Andatu
Kelahiran Andatu, badak sumatera jantan menjadi sebuah semangat baru dalam konservasi satwa badak Indonesia. Melihat upaya dalam konservasi dan pengembangbiakan badak sumatera ini sangatlah panjang, sejak dibuatnya Suaka Rhino Sumatra (SRS), yang berfungsi tahun 1998 seluas 100 hektar. SRS merupakan penangkaran semi in-situ di TNWK. Saat itu terdapat tiga badak sumatera yaitu Bina (betina,15tahun), Dusun (betina,17tahun), dan Torgamba (jantan,20tahun), namun tahun 2001 Dusun mati karena sakit kronis.
Pada tahun 2005 badak di SRS bertambah dua ekor yaitu Rosa (betina,5tahun) dan Ratu (betina,6tahun). Rosa berasal dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, sedangkan Ratu berasal dari Taman Nasional Way Kambas. Namun hampir sepuluh tahun belum memberikan hasil menggembirakan, sehingga tahun 2007 dilakukan upaya lain dengan mendatangkan badak sumatera jantan, Andalas. Andalas lahir di Cincinnati Zoo, Ohio, Amerika Serikat.
Andalas merupakan badak sumatera keturunan dari induk bernama Ipuh dan Emi yang berhasil dikembangbiakan di penangkaran ex-situ. Di penangkaran tersebut berhasil mengembangbiakan tiga ekor badak yaitu Andalas, Suci dan Harapan. Saat ini di kebun binatang tersebut Ipuh dan Emi sudah meninggal, tinggal Suci dan Harapan.
Upaya pemulangan badak sumatera jantan Andalas dari Amerika Serikat ke TNWK Indonesia tidak saja memakan waktu dan biaya yang tinggi. Penggunaan cargo khusus, pengawalan dan penanganan khusus menjadi sebuah pengalaman tak ternilai. Sesampainya di Jakarta, melanjutkan perjalanan darat ke Lampung dengan kendaraan khusus. Selanjutnya perlu waktu guna penyesuaian habitat.
Setelah menyesuaikan diri, Andalas coba dipertemukan dengan badak betina Ratu dan Rosa. Kedua badak ini relatif masih muda dan masih produktif, sedangkan Bina telah terlalu tua. Upaya yang dilakukan ini ternyata tidaklah mudah, namun hal ini menjadi tantangan tim ahli. Masa produktif badak hanya empat minggu dalam setahun. Selama masa produktif, seekor badak betina belum tentu mudah ditemui dan mau dikawinkan, sedangkan masa kehamilan badak berkisar 15-18 bulan.
Sejak kehadiran Andalas, berbagai upaya telah dilakukan agar perkawinan dapat membuahkan janin. Pemantauan oleh tim dokter baik dari Indonesia dan juga luar dilakukan. Perkawinan Andalas dan Ratu telah terjadi, namun tidak langsung berhasil. Dua kali Ratu keguguran, namun demikian tidak mematahkan tim dokter dan petugas SRS. Pada tahun 2011 Ratu dinyatakan kembali positif hamil, sejak saat itu tim dokter berusaha agar dua kali keguguran yang lalu terjadi lagi. Alhamdulillah setelah lebih dari 124 tahun, akhirnya pada tanggal 23 Juni 2013 lahir badak sumatera jantan Andatu dapat lahir secara alami di SRS.
Lestarikan Habitat
Badak sumatera termasuk satwa yang peka terhadap kehidupan alaminya, di hutan hujan tropik dataran rendah (Tropical Rain Forest). Ancaman yang paling membahayakan adalah habitat alami badak sumatera dikarenakan kegiatan dan aktivitas manusia, khususnya illegal logging dan perburuan dan perdagangan satwa illegal. Selain itu juga tekanan habitat akibat perambahan kawasan dan permukiman penduduk, pembangunan infrastruktur dan perkebunan.
Selain habitat alami, juga ketersediaan pakan dan air yang cukup. Pakan alami menjadi kebutuhan harian, satwa penyebar biji (seed dispersal) ini, terutama tumbuhan bergetah. Ancaman bagi satwa ini dari kontaminasi zat berbahaya, khususnya zat besi dan kimia lainnya. Kebutuhan air digunakan untuk minum dan berkubang. Badak sumetera aktivitas hariannya sebagian besar digunakan untuk berkubang.
Hal ini menunjukkan bahwa habitat menjadi penting bagi kehidupan satwa yang hampir punah ini. Upaya ini menjadi tugas kita bersama, agar satwa ini mampu kembali berkembang biak hingga akan lahir adik-adiknya Andatu. Tugas bersama artinya semua pihak pemangku kepentingan terlibat dan berbuat sesuai dengan tugas dan fungsinya. Baik, pemerintah pusat dan daerah, yayasan, NGO dan masyarakat.
Hal ini juga menjadi salah satu kesepakatakan dalam pertemuan Internasional dua tahun lalu. The first Asian Rhino State Meeting dilaksanakan di Bandar Lampung, 2-3 Oktober 2013 lalu dihadiri oleh negara-negara yang memiliki badak di Asia, diantaranya India, Nepal, Bhutan, Malaysia dan Indonesia. Perlindungan satwa badak dan pelestarian habitatnya merupakan sebuah kewajiban masing-masing negara, menjadi salah satu butir yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut.
Mari kita menjadi bagian dari sejarah yang telah berbuat bagi kelestarian sumberdaya alam, hutan dan lingkungan. Momentum Ultah Badak Andatu, sebagai meneguhkan komitmen bersama untuk berbuat terbaik. Semoga.
MD Wicaksono, Sekretaris Kagama Kehutanan Lampung, Pengurus PERSAKI Lampung
Sumber: Fajar Sumatera, Selasa, 23 Juni 2015
BULAN ini kita memperingati hari badak. Hari badak sebagai sebuah peringatan keberhasilan kelahiran badak sumatera (Dicerorhinus sumatraensis). Tiga tahun lalu tepatnya tanggal 23 Juni 2012 berhasil lahir badak jantan sumatera di Pusat Konservasi Badak (Suaka Rhino Sumatra/Sumatran Rhino Sanctuary) Taman Nasional Way Kambas Lampung. Badak jantan tersebut diberi nama Andatu oleh Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan RI waktu itu. Nama Andatu merupakan singkatan dan berarti ANugerah DAri TUhan, yang juga merupakan perpaduan nama induknya Andalas dan raTU.
Seorang pengunjung memberikan makanan kepada Andatu, badak yang tepat berusia tiga tahun pada 23 Juni 2015. (FOTO: WIDODO S RAMONO) |
Indonesia sangat beruntung karena memiliki dua species badak, diantara lima species badak dunia. Lima species badak tersebut adalah Badak Hitam (Diceros bicornis longipes), Badak Putih (Ceratotherium simum), Badak India (Rhinoceros unicornis), Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), dan Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Dua jenis badak yaitu badak hitam dan badak putih berada di benua Afrika, badak India di India, sedangkan badak Jawa dan badak Sumatera berada di Indonesia.
Badak Jawa dan badak Sumatera, lebih mudah dikenali, terutama pada cula dan kulitnya Badak Jawa memiliki cula satu dan berkulit lebih keras dan tebal, sedangkan badak Sumatera memiliki cula dua dan berkulit lebih lunak dan tipis. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dalam duapuluh tahun terakhir mengalami penurunan jumlah. Berdasarkan catatan Yayasan Badak Indonesia (YABI), saat ini populasi badak sumatera tinggal 100 ekor berada di Taman Nasional Leuser (Nangro Aceh Darusalam), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung dan Bengkulu), serta Taman Nasional Way Kambas (Lampung).
Kelahiran Andatu
Kelahiran Andatu, badak sumatera jantan menjadi sebuah semangat baru dalam konservasi satwa badak Indonesia. Melihat upaya dalam konservasi dan pengembangbiakan badak sumatera ini sangatlah panjang, sejak dibuatnya Suaka Rhino Sumatra (SRS), yang berfungsi tahun 1998 seluas 100 hektar. SRS merupakan penangkaran semi in-situ di TNWK. Saat itu terdapat tiga badak sumatera yaitu Bina (betina,15tahun), Dusun (betina,17tahun), dan Torgamba (jantan,20tahun), namun tahun 2001 Dusun mati karena sakit kronis.
Pada tahun 2005 badak di SRS bertambah dua ekor yaitu Rosa (betina,5tahun) dan Ratu (betina,6tahun). Rosa berasal dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, sedangkan Ratu berasal dari Taman Nasional Way Kambas. Namun hampir sepuluh tahun belum memberikan hasil menggembirakan, sehingga tahun 2007 dilakukan upaya lain dengan mendatangkan badak sumatera jantan, Andalas. Andalas lahir di Cincinnati Zoo, Ohio, Amerika Serikat.
Andalas merupakan badak sumatera keturunan dari induk bernama Ipuh dan Emi yang berhasil dikembangbiakan di penangkaran ex-situ. Di penangkaran tersebut berhasil mengembangbiakan tiga ekor badak yaitu Andalas, Suci dan Harapan. Saat ini di kebun binatang tersebut Ipuh dan Emi sudah meninggal, tinggal Suci dan Harapan.
Upaya pemulangan badak sumatera jantan Andalas dari Amerika Serikat ke TNWK Indonesia tidak saja memakan waktu dan biaya yang tinggi. Penggunaan cargo khusus, pengawalan dan penanganan khusus menjadi sebuah pengalaman tak ternilai. Sesampainya di Jakarta, melanjutkan perjalanan darat ke Lampung dengan kendaraan khusus. Selanjutnya perlu waktu guna penyesuaian habitat.
Setelah menyesuaikan diri, Andalas coba dipertemukan dengan badak betina Ratu dan Rosa. Kedua badak ini relatif masih muda dan masih produktif, sedangkan Bina telah terlalu tua. Upaya yang dilakukan ini ternyata tidaklah mudah, namun hal ini menjadi tantangan tim ahli. Masa produktif badak hanya empat minggu dalam setahun. Selama masa produktif, seekor badak betina belum tentu mudah ditemui dan mau dikawinkan, sedangkan masa kehamilan badak berkisar 15-18 bulan.
Sejak kehadiran Andalas, berbagai upaya telah dilakukan agar perkawinan dapat membuahkan janin. Pemantauan oleh tim dokter baik dari Indonesia dan juga luar dilakukan. Perkawinan Andalas dan Ratu telah terjadi, namun tidak langsung berhasil. Dua kali Ratu keguguran, namun demikian tidak mematahkan tim dokter dan petugas SRS. Pada tahun 2011 Ratu dinyatakan kembali positif hamil, sejak saat itu tim dokter berusaha agar dua kali keguguran yang lalu terjadi lagi. Alhamdulillah setelah lebih dari 124 tahun, akhirnya pada tanggal 23 Juni 2013 lahir badak sumatera jantan Andatu dapat lahir secara alami di SRS.
Lestarikan Habitat
Badak sumatera termasuk satwa yang peka terhadap kehidupan alaminya, di hutan hujan tropik dataran rendah (Tropical Rain Forest). Ancaman yang paling membahayakan adalah habitat alami badak sumatera dikarenakan kegiatan dan aktivitas manusia, khususnya illegal logging dan perburuan dan perdagangan satwa illegal. Selain itu juga tekanan habitat akibat perambahan kawasan dan permukiman penduduk, pembangunan infrastruktur dan perkebunan.
Selain habitat alami, juga ketersediaan pakan dan air yang cukup. Pakan alami menjadi kebutuhan harian, satwa penyebar biji (seed dispersal) ini, terutama tumbuhan bergetah. Ancaman bagi satwa ini dari kontaminasi zat berbahaya, khususnya zat besi dan kimia lainnya. Kebutuhan air digunakan untuk minum dan berkubang. Badak sumetera aktivitas hariannya sebagian besar digunakan untuk berkubang.
Hal ini menunjukkan bahwa habitat menjadi penting bagi kehidupan satwa yang hampir punah ini. Upaya ini menjadi tugas kita bersama, agar satwa ini mampu kembali berkembang biak hingga akan lahir adik-adiknya Andatu. Tugas bersama artinya semua pihak pemangku kepentingan terlibat dan berbuat sesuai dengan tugas dan fungsinya. Baik, pemerintah pusat dan daerah, yayasan, NGO dan masyarakat.
Hal ini juga menjadi salah satu kesepakatakan dalam pertemuan Internasional dua tahun lalu. The first Asian Rhino State Meeting dilaksanakan di Bandar Lampung, 2-3 Oktober 2013 lalu dihadiri oleh negara-negara yang memiliki badak di Asia, diantaranya India, Nepal, Bhutan, Malaysia dan Indonesia. Perlindungan satwa badak dan pelestarian habitatnya merupakan sebuah kewajiban masing-masing negara, menjadi salah satu butir yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut.
Mari kita menjadi bagian dari sejarah yang telah berbuat bagi kelestarian sumberdaya alam, hutan dan lingkungan. Momentum Ultah Badak Andatu, sebagai meneguhkan komitmen bersama untuk berbuat terbaik. Semoga.
MD Wicaksono, Sekretaris Kagama Kehutanan Lampung, Pengurus PERSAKI Lampung
Sumber: Fajar Sumatera, Selasa, 23 Juni 2015
No comments:
Post a Comment