METRO (Lampost): Dua penyair Lampung Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat secara jujur menilai buku antologi puisi bertajuk 100 M Dari Gardu Pos Kota, yang diterbitkan Dewan Kesenian Metro (DKM) terbaik di Lampung.
"Luar biasa, ketika saya menerima buku antologi saya sempat kaget. Ini lebih baik dari antologi yang terakhir diterbitkan di DKL," ujar Iswadi ketika membahas antalogi puisi hasil karya tujuh penyair tempaan DKM, pada acara peluncuran antologi puisi di Gedung Serba Guna Kampus STAIN Jurai Siwo Metro, Senin (9-4).
Iswadi yang juga Manajer Teater Satu ini menilai antologi DKM cukup berhasil. Isinya apresiasi tujuh penyair yang ditempa DKM dan sudah cukup layak untuk dipublikasikan di media lokal maupun nasional. "Ini sudah menasional, banyak buku antologi puisi di Indonesia, tapi tidak sebaik ini," ujarnya.
Ia mengatakan cover-nya pun cukup menggoda. "Saya melihat terjadi keharmonisan antara penyair dan perupa di Dewan Kesenian Metro. Karena penyajian puisi juga terdapat lukisan yang mengambarkan pas dengan isi puisi."
"Lampung memang negeri penyair. Tidak ada di Indonesia penyair yang menyamai Lampung jumlahnya, kecuali di Bali," kata Iswadi lagi.
Karena itu, ia meminta DKM terus bisa menempa dan menerbitkan apresiasi semacam yang lebih baik lagi.
Keberhasilan tersebut juga tak terlepas dari peran editor yang dilakukan dua penyair Lampung, yakni Ari Pahala Hutabarat dan Rifian A Chepy yang terkesan sangat telaten.
Peluncuran antologi puisi dilakukan Ketua STAIN Dr. Syarifuddin Basyar yang juga seniman teater.
Peluncuran puisi mendapat antusias para pelajar, guru bahasa serta mahasiswa, karena diwarnai dengan apresiasi para seniman yang tampil memukau membacakan puisi hasil karya tujuh penyair Metro--Abdul Rauf, Ahmad Muzaki, Mahmud Akas, Erwinsyah, Nompi Kurniawan, Zulaihatul Mahmuda, dan Solihin Arby.
Ikut hadir dalam acara ini Pemimpin Redaksi Lampung Post Ade Alawi, Ketua DKM Tato Gunarto, Ketua Harian Chepy dan Ketua Komisi Sastra dan Teater DKM Agus Chandra dan seniman Metro Mulya. Selain itu juga penampilan musikal puisi oleh komunitas Impas STAIN dengan lantunan musik tradisional dan lagu.
Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung (DKL) Syafariah Widianti yang akrab dipanggil Atu Ayi, yang diharapkan bisa tampil tak datang. Begitu juga Wali Kota Lukman Hakim.
Ketua Umum DKM menuturkan antologi semacam bisa menjadi aspirasi yang mampu mendorong karya para penyair. Dia mengharapkan kedepan bisa muncul lagi antalogi semacam. Sementara, Ketua STAIN Syarifuddin menuturkan akan terus mendukung para penyair untuk berkarya yang berasal dari STAIN. "Saya meminta DKM terus menempa dan membina para seniman STAIN untuk berkarya," ujarnya.
Ketua harian DKM Rifian A. Chepy mengakui, saat DKM pun masih terus mengemas dengan menghidupkan jejaring dilingkungan pelajar, melalui gelar pelatihan dan workshop diperuntukkan guru-guru bahasa dan sastra serta siswa. Hal itu dimaksudkan untuk menarik minat pelajar mencintai sastra dan teater di Metro. n CAN/D-2
Sumber: Lampung Post, Selasa, 10 April 2007
No comments:
Post a Comment