-- Yulia Sapthiani
SIANG hari, di sebuah jalan desa yang berbatu-batu, beberapa anak kecil terlihat bermain sepeda. Tak jauh dari mereka, sekelompok ibu sedang mengelilingi pedagang sayur, berbelanja kebutuhan mereka.
DARI celotehan anak-anak dan obrolan ibu-ibu di Kampung Cikoneng, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten, itu terdengar logat khas Melayu, seperti logat bahasa orang-orang di beberapa daerah di daratan Sumatera. Tidak hanya sekelompok anak kecil dan ibu-ibu yang bicaranya berlogat Melayu. Seluruh penduduk di desa yang lokasinya tak jauh dari tempat wisata Pantai Anyer itu memiliki logat yang sama ketika berkomunikasi.
"Sini nak, masuk. Silakan duduk," ujar seorang nenek bernama Sapariah (70-an), mempersilakan masuk ke dalam rumahnya. Bersama suaminya, Abdul Halim (80), nenek 12 cucu itu bercerita mengenai kehidupan mereka dan komunitas penduduk Desa Cikoneng.
Dari cerita Sapariah terkuaklah bahwa mereka bersama ribuan warga lainnya di desa tersebut adalah komunitas orang-orang Lampung, provinsi yang letaknya tepat di seberang lautan tempat Sapariah, Abdul Halim, dan ribuan penduduk Lampung Cikoneng-begitu komunitas mereka dikenal-sekarang tinggal.
Keberadaan mereka di tanah Banten yang terkenal dengan para jawaranya ini tumbuh bukan semata-mata ada perpindahan sekelompok orang Lampung ke daerah Banten. Tumbuhnya komunitas Lampung Cikoneng memiliki riwayat tersendiri yang berkaitan dengan sejarah bangsa ini.
Konon, seperti yang diceritakan Abdul Halim dengan gamblang, keberadaan komunitas orang-orang Lampung di provinsi ke-30 di Indonesia ini tumbuh sejak abad XVI, di masa Kesultanan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570).
Ketika itu, Sultan Maulana Hasanuddin, yang juga memiliki ikatan saudara dengan orang Lampung-khususnya dari Kerajaan Tulang Bawang-meminta bantuan orang-orang daerah tersebut untuk melaksanakan tugasnya, yaitu menyebarkan agama Islam di wilayah Banten.
Bersamaan dengan dikirimkannya 40 orang dari Kerajaan Tulang Bawang dari sembilan buay (marga) untuk membantu tugas Sultan tersebut, disepakati pula perjanjian antara Sultan Maulana Hasanuddin dengan Ratu Dara Putih dari Kerajaan Tulang Bawang.
Dalam perjanjian yang ditulis di atas dalong (tembaga)-konon hingga sekarang masih tersimpan di Kuripan, Lampung Selatan-ini dinyatakan bahwa jika orang-orang Banten memiliki masalah, orang-orang Lampung akan memberikan bantuan. Hal ini berlaku sebaliknya.
"Sejak saat itulah, orang-orang Lampung berada di tanah Banten ini," jelas Abdul Halim, yang mengaku lahir di tanah Lampung. Matanya berkaca-kaca mengenang masa lalunya ketika pertama kali datang ke Banten.
"Tahun 1950-an, saya datang ke Banten untuk menjadi nakhoda kapal. Saat itu, ada juragan perahu di Banten yang memiliki banyak kapal, tapi tidak punya nakhoda. Sejak itulah saya merantau ke Banten untuk bekerja menjadi nakhoda, sampai akhirnya bertemu ibu (Sapariah-Red) dan tinggal di sini," cerita Abdul Halim.
Tidak seperti suaminya, Sapariah lahir di tanah Banten, tepatnya di Desa Cikoneng. Namun, seperti halnya Abdul Halim, orangtua Sapariah adalah orang-orang asli kelahiran Lampung.
SELAIN keluarga Abdul Halim, sekitar 1.470 keluarga keturunan Lampung lainnya tinggal di Desa Cikoneng. Mereka tersebar di papekon (empat kampung). Selain Kampung Cikoneng, ribuan penduduk itu tinggal di Kampung Tegal, Kampung Tuhur, dan Kampung Bojong.
Kepala Desa Cikoneng Yakub (50) menceritakan, hingga tahun 1940-an, penduduk Lampung yang tinggal di Desa Cikoneng sangat tertutup terhadap orang luar. Sampai-sampai ada larangan untuk menikah dengan orang di luar komunitas mereka. "Alasannya, takut putus garis keturunan," kata Yakub.
Namun, dengan pertimbangan semakin majemuknya penduduk di sekitar desa yang sebagian besar mata pencaharian warganya adalah bertani ini, pengisolasian diri penduduk Desa Cikoneng pun dicabut. Sejak itu mereka dibebaskan bergaul bahkan menikah dengan orang-orang dari luar desa.
Kini, dengan dibukanya batas-batas pergaulan komunitas Lampung Cikoneng, 25 persen penduduknya adalah orang -orang luar yang menikah dengan orang-orang dari komunitas tersebut. Namun, tak ubahnya orang-orang asli Lampung, warga "pendatang" pun sangat fasih berbahasa Lampung dengan ciri khas logat Melayu-nya.
Saat ini, bahasa memang menjadi satu-satunya budaya Lampung yang masih melekat pada komunitas penduduk Lampung Cikoneng. Tradisi lainnya, seperti upacara adat pernikahan tak pernah lagi dipraktikkan secara utuh. "Kalau ingin melaksanakan upacara-upacara adat Lampung seratus persen, biayanya sangat mahal. Masyarakat tidak mampu lagi menyediakan biaya untuk melaksanakan upacara-upacara itu. Kalaupun dilaksanakan, paling-paling hanya bagian intinya saja," kata Mohammad Husin (60), tokoh masyarakat lainnya.
Untuk itu, setiap keluarga komunitas Lampung Cikoneng berusaha melestarikan tradisi berbahasa Lampung mereka dengan menjadikan bahasa itu sebagai alat berkomunikasi sehari-hari. Sejak kecil, anak -anak mereka diajari bahasa Lampung. Akibatnya, tak sedikit di antara anak-anak itu yang dengan bangganya berkata "saya orang Lampung", meskipun Banten adalah tanah kelahiran mereka dan belum pernah sekalipun mereka menginjakkan kaki di tanah Lampung, tanah nenek moyangnya itu.
Sementara itu, untuk menjalin ikatan persaudaraan antara sesama orang Lampung dari berbagai tempat di seluruh Indonesia, komunitas Lampung Cikoneng bergabung dalam sebuah perkumpulan yang disebut Lampung Say (Lampung Satu). Secara periodik mereka mengadakan pertemuan di berbagai daerah secara bergiliran.
"Dengan semangat Lampung Say, persaudaraan orang-orang Lampung tetap terjaga, meskipun kami tersebar di berbagai daerah di Indonesia," kata Husin.
Sumber: Kompas, Selasa, 18 Maret 2003
saya bangga jadi orang lampung..
ReplyDeletewww.rachmatlampung.com
Ikam Ulun Lampung Pagardewa Tulangbawang
ReplyDeleteikam keturunan jawa tpi ulun tuho ikam kak lahir di lampung jadi ikam munih kak jdi ulun lampung adik ikam kak nikah jamo mulai lampung sepupu ikam kak nikah jamo menganai lampung Bude/kakak dri ibu saya kak nikah jamo Jimo Asli Lampug hehehe ikam munih kik mudik malang dak Lampung Tano ikam beguwai Di Jakarta hehehehe i lov lampung
ReplyDeleteSikam ulun cikoneng lampung...bangga jadi ulun lampung. 😍😘
ReplyDeleteSikam ulun cikoneng lampung...bangga jadi ulun lampung. 😍😘
ReplyDelete