Bandar Lampung, Kompas - Indonesia kini memiliki museum nasional transmigrasi. Museum yang dibangun di Desa Bagelen, Kecamatan Gedung Tataan, Lampung Selatan, itu merupakan satu-satunya museum transmigrasi di dunia.
Demikian diutarakan Direktur Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigran Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Djoko Sidik Pramono, akhir pekan lalu, dalam acara Lokakarya Pengisian Museum Nasional Ketransmigrasian di Desa Bagelen, Kecamatan Gedung Tataan, Lampung Selatan.
Dalam lokakarya yang diikuti pengurus Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) pusat dan daerah, serta perwakilan Dinas Pariwisata Lampung itu terungkap, museum yang dibangun di atas lahan seluas 5,4 hektar itu akan menjadi penanda sekaligus pusat sejarah transmigrasi di Indonesia.
Djoko mengatakan, di Indonesia, transmigrasi sendiri sudah dimulai di Lampung pada era pemerintahan kolonial Belanda, bersamaan dengan pemindahan penduduk Jawa ke Suriname. Sehingga transmigrasi tahun 1905 itu disebut sebagai kolonisasi. Selanjutnya, di era pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru, istilah transmigrasi menggantikan istilah kolonisasi.
Depnakertrans mencatat, sejak periode pra-rencana pembangunan lima tahun (repelita) hingga 2006 tercatat sudah ada sekitar 3.301 unit permukiman transmigrasi (UPT) di Indonesia. Sekitar 954 UPT telah berkembang menjadi desa baru, yang sekarang dihuni setidaknya 12 juta jiwa.
Jumlah tersebut juga telah mendorong terbentuknya 235 kecamatan baru dan 66 kabupaten baru. Program transmigrasi telah berhasil membuka reproduksi baru di bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta menyerap jutaan tenaga kerja.
Kepala Dinas Kependudukan dan Transmigrasi Lampung Haris Fadilah mengatakan, berdasarkan kronologis sejarah itu, Museum Nasional Transmigrasi akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan transmigrasi masa lalu dan sekarang.
Lokakarya tersebut mengajak setiap peserta untuk aktif bertukar pikiran, informasi, dan dialog. Namun, yang sudah menjadi kesepakatan awal, museum nasional itu akan diisi dengan peralatan yang digunakan masyarakat transmigran. Dengan kata lain, museum itu akan menampilkan cara-cara produksi para transmigran. (hln)
Sumber: Kompas, Senin, 14 Mei 2007
No comments:
Post a Comment