RIFA baru duduk di kelas V di SD Alkautsar, Bandar Lampung, tapi segudang prestasi sudah diraihnya. Baik di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.
Prestasi terbaru Rifa Nabila Putri menjadi peserta tamu dalam Adventure Lampung Art 2011, di Taman Budaya Lampung, beberapa waktu lalu.
Rifa mengaku darah seni mengalir begitu saja. Padahal kedua orang tuanya, Supriyadi dan Rohyati Sari, bukanlah pegiat seni. Sejak usia dua tahun, Rifa kecil memang sudah terlihat bakat seninya. Dia suka mencorat-coret kertas pekerjaan ibunya yang kini menjadi staf tata usaha di sebuah SMP Negeri di Maerbaumataram, Lampung Selatan.
"Kini Rifa sudah mulai melukis keindahan alam," kata gadis kecil itu, malu-malu.
Tanggal 4—5 April lalu, Rifa diajak maestro lukis dari Jerman, Swedia, Yogyakarta, Jakarta, Lampung, dan berbagai pelukis profesional dari Indonesia dan asia lainnya, dalam Camping Art. 2011, di Pantai Pegadung, Desa Kelumbayan, Tanggamus.
Sebagai pelukis cilik, Rifa memang tidak sendiri, dia ditemani Nabila Ayu, teman satu sekolahnya.
"Perjalanan empat jam yang melelahkan terbayar dengan panorama keindahan pantai Teluk Kelumbayan," kata putri pertama dari dua bersaudara itu.
Ratusan piala hasil lomba mewarnai dan melukis yang dilakoninya sejak duduk di taman kanak-kanak sudah menyesakkan rumahnya di Way Huwi, Lampung Selatan. Namun, hal itu tidak membuahkan kesombongan dan kepuasan diri dalam diri Rifa. Padahal, dia sendiri telah meraih Best Indrowing dalam lomba nasional menggambar di Jakarta tahun 2007.
Saat masih duduk di TK (2006), Rifa sudah mengikuti lomba mewarnai tingkat internasional di Tangerang. Walaupun tidak juara, Rifa mampu menjadi nominasi sebagai 10 lukisan terbaik peserta lomba.
"Hal yang membanggakan diundang sebagai peserta tamu dalam Adventure Lampung Art 2011 dan Camping Art. 2011. Karena dalam kegiatan itu kita dianggap profesional dan mampu satu panggung dengan pelukis-pelukis profesional dari dalam dan luar negeri," kata dia.
Satu mimpi yang belum terwujud sebelum Rifa menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah dasar. Dia ingin menggelar pameran lukisan dan meleleng lukisan-lukisannya.
Sebuah niatan aman, baik, dan tulus akan dia lakukan dalam pameran dan lelang lukisan itu. Uang hasil lelang dan penjualan lukisan akan dia berikan kepada pamannya yang mengalami cacat di wajah dan sebagian tubuhnya akibat terkena setrum tegangan tinggi saat menjalankan tugas mencari nafkah.
"Rencananya uang hasil lelang akan Rifa berikan kepada Ayah Firmansyah, yang kini membutuhkan biaya operasi face off akibat kecelakaan yang dialaminya," kata Rifa, haru.
Gadis kecil kelahiran Bandar Lampung, 20 April 2011 ini, juga berjiwa sosial. Banyak hadiah yang dia raih, seperti meja belajar, tas, buku, dan uang, dia sumbangkan ke anak-anak kurang mampu dan panti sosial. Apalagi setiap memenangkan lomba melukis, Rifa selalu mendapat uang, trofi, dan hadiah lainnya.
"Rifa diajarkan untuk selalu menolong dan memberi, terutama bagi teman-teman yang kurang mampu. Sebagian hadiah Rifa tabung untuk melanjutkan sekolah nanti," kata dia.
Ditanya soal keikutsertaanya dalam Camping Art. 2011, Rifa mengaku bangga dan terpesona dengan ciptaan yang Mahakuasa. Ternyata, kata dia, Lampung memiliki potensi wisata yang sangat indah, dengan panorama alam yang menakjubkan. Salah satunya Pantai Pegadung, Kelumbayan, Tanggamus.
"Kami diberi kebebasan melukiskan ciptaan Tuhan ke atas kanvas. Rifa berharap kegiatan seperti ini dapat diadakan di lokasi wisata lainnya. Tujuannya, selain menyalurkan jiwa seni di atas kanvas, kita juga dapat merenungi, menghargai, dan menjaga ciptaan Allah itu," kata dia.
Ditanya apakah Rifa tertarik dalam dunia jurnalistik yang sudah cukup banyak mengabadikan namanya dalam dunia mewarnai dan melukis, Rifa mengaku sangat ingin. Terlebih dia juga suka mengarang dan menulis. Namun, kesempatan menjadi reporter cilik belum dia dapatkan. "Mudah-mudahan, tahun depan Rifa bisa bergabung dengan reporter cilik Lampung Post," kata dia bersemangat. (LUKMAN HAKIM/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 17 April 2011
No comments:
Post a Comment