TIDAK terlalu jelas kapan Liwa berkembang menjadi perkampungan. Tapi yang jelas, Liwa telah berpenghuni dan boleh dikatakan daerah perkampungan asli Lampung yang cukup tua umurnya. Beberapa daerah sepeti Kotaagung, Pekontebu, Talangparis, Liba (kependekan dari Liwa Baru), Waya, Negara Batin, dan sebagainya dapat ditelusuri sebagai nama daerah yang penduduknya berasal dari Liwa.
Jika ditanyakan asal-usul mereka (penduduk etnik Lampung di daerah tersebut), banyak di antara mereka yang menjawab, "Sebenarnya kami berasal dari Liwa. Tuyuk (buyut atau nenek moyang) kami dari sana."
Mereka yang merantau itu biasanya masih tetap membawa tradisi dan budaya dari tempat asal mereka. Mereka berusaha tetap mempertahankan kebiasaan leluhur mereka. Akan tetapi yang mengherankan, justru di Liwa sendiri tradisi dan budaya malah tergerus zaman. Mungkin karena letaknya yang strategis membuat daerah ini terlalu banyak menerima pengaruh dari luar. Sayangnya, pengaruh itu tidak terlalu mengakar di daerah ini.
Beberapa kebiasaan (tradisi-budaya) yang masih kita temui di Liwa, antara lain upacara-upacara adat seperti nayuh (pesta pernikahan), nyambai (acara bujang-gadis dalam rangka resepsi pernikahan), bediom (menempati rumah baru), sunatan, sekura (pesta topeng rakyat), tradisi sastra lisan (seperti segata, wayak, hahiwang, warahan, dll), rasan buhimpun (bermusyawarah), butetah (upacara pemberian adok atau gelar adat), dan berbagai upacara adat lainnya.
Air terjun Kubuperahu, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang termasuk sebagian kecil wilayahnya, suasana sejuk karena alam yang masih hijau, dan adat-istiadat setempat (seni-budaya lokal) dapat menjadi hiburan tersendiri bagi yang ingin melepaskan lelah dari kesibukan hidup.
Namun, Kabupaten Lampung Barat mempunyai belasan tempat wisata seperti Danau Ranau, wisata budaya Pekon Kenali, (Belalau), dan pantai sepanjang Pesisir Barat Samudera Indonesia yang dapat diandalkan terutama pantai dan tempat bersejarah.
Salah satunya Situs Prasejarah Batu Jaguar yang terletak di Pekon Purawiwitan, Sumberjaya. Di sini, terdapat sebuah batu menhir yang dipercaya masyarakat dapat memberikan tanda-tanda jika akan terjadi bencana alam. Hal ini terbukti saat gempa Liwa pada 1994. n ZUL/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 26 Februari 2006
No comments:
Post a Comment