SESEORANG baru datang ke Liwa. "Kayak di negeri dongeng saja," katanya.
Ya, Liwa menyimpan banyak misteri, yang mungkin lupa di-warahko tamong (diceritakan kakek).
Tentang asal-usul nama Liwa, menurut cerita orang, berasal dari kata-kata meli iwa (bahasa Lampung), artinya membeli ikan. Konon, dahulu Liwa merupakan daerah yang subur dengan persawahan yang luas, sehingga hasil pertaniannya melimpah.
Way Setiwang, Way Robok, dan Way Sindalapai yang mengaliri wilayahnya merupakan sumber kekayaan daerah ini. Ditambah pula, penduduk yang masih jarang membuat masyarakat daerah ini menjadi makmur dan sejahtera.
Di daerah ini dulu terdapat bendungan-bendungan tempat ikan (bidok, bahasa Lampungnya), sehingga terkenallah daerah ini sebagai penghasil ikan. Hampir setiap orang yang datang dari dan ke tempat itu jika ditanya sewaktu bertemu di jalan: "Mau ke mana?" atau "Dari mana?" selalu menjawab: "Jak/aga mit meli iwa" (Dari/hendak membeli ikan).
Lama-kelamaan jawaban itu berubah menjadi "mit meli iwa". Kemudian karena diucapkan secara cepat kedengarannya seperti "mit liwa". Dan, akhirnya daerah ini mereka namakan Liwa.
Kalau kita kontekskan dengan sekarang, Liwa memang menjadi tempat pertemuan ikan laut dari Krui di tepi Samudera Hindia, ikan tawar dari Danau Ranau, dan ikan tawar lain dari sungai dan sawah.
Di samping memiliki potensi alamiah seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pariwisata, dan pertambangan, Liwa juga menyimpan sejarah budaya. n ZUL/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 26 Februari 2006
No comments:
Post a Comment