BANDAR LAMPUNG (Lampost): Musikalisasi puisi di Indonesia makin berkembang, khususnya di daerah-daerah. Terbukti dengan diborongnya penghargaan festival musikalisasi puisi tingkat nasional di Jakarta beberapa waktu lalu, seluruh pemenangnya adalah siswa sekolah menengah atas (SMA) dari daerah.
Pimpinan Deavies Sanggar Matahari Jakarta, Fredie Arsi, mengemukakan hal tersebut saat ditemui di sela-sela kegiatan Pelatihan Musikalisasi Puisi untuk Pelajar SMA Provinsi Lampung yang digelar di Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Rabu (13-2). Dia mengatakan awal berkembangnya seni musikalisasi puisi sekitar tahun 1990 lalu. "Saat itu pertama kali digelar Festival Musikalisasi Puisi untuk tingkat pelajar SMA yang diadakan Kantor Pusat Bahasa. Setelahnya kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang digelar setiap tahunnya," kata Fredie.
Kemudian pada tahun 1994, Kantor Bahasa mengeluarkan program Bengkel Sastra di mana dilakukan semacam pelatihan bagi guru dan siswa yang semakin peduli mengembangkan musikalisasi puisi. "Barulah pada tahun 1999, Bengkel Sastra mulai didirikan di daerah seperti Medan, Semarang, Surabaya, dan Banjarmasin. Dan saat ini, hampir di seluruh provinsi di Indonesia sudah ada," ujar dia.
Kemudian oleh Balai Bahasa, program musikalisasi puisi semakin dikenalkan kepada pelajar di setiap daerah. "Meskipun musikalisasi puisi ini sudah ada sejak dulu dan berkembang dalam budaya kita seperti dari Aceh yang memiliki budaya bersyair. Atau budaya di Riau di mana saat akan menangkap madu juga melafalkan mantra seperti bentuk musikalisasi puisi," ujarnya.
Karena itu, perkembangan musikalisasi puisi bagi pelajar SMA di daerah berkembang dengan baik. "Selain juga terjalinnya hubungan yang baik antarpeserta dengan pelatih dan Kantor Bahasa. Sehingga makin memupuk rasa kedekatan emosional yang mendorong perkembangan musikalisasi puisi di daerah berjalan dengan baik," ujar dia. TYO/S-2
Sumber: Lampung Post, Kamis, 14 Februari 2008
No comments:
Post a Comment