BANDAR LAMPUNG (Lampost): Para siswa enggan mempelajari bahasa Indonesia. Selain dianggap sebagai bahasa sendiri, juga karena penyajian dan penyampaian materi pelajaran tersebut tidak menarik.
Demikian disampaikan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung Agus Sri Danardana, M. Hum., di sela-sela Pelatihan Musikalisasi Puisi untuk Pelajar SMA Provinsi Lampung yang digelar Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Rabu (13-2).
Akibat minimnya minat siswa mempelajari pelajaran tersebut, banyak siswa mendapatkan nilai minim di rapor pada mata pelajaran ini. "Ini kan lucu. Padahal bahasa sendiri, kenapa mereka mendapatkan nilai minim. Itu semua karena materi penyajiannya tidak menarik sehingga membuat siswa bosan untuk mempelajari pelajaran tersebut," ujar dia.
Yang lebih parah lagi pelajaran Sastra Indonesia. Para siswa sama sekali tidak berminat mempelajari pelajaran tersebut.
Siswa enggan mempelajari bahasa Indonesia dan sastra karena terlalu banyak difokuskan kepada keilmuan bukan bagaimana cara memanfaatkan bahasa san sastra tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Parahnya, sebagian besar guru Bahasa Indonesia enggan mengajarkan sastra kepada siswa. Bahkan, ujar dia, dalam pelajaran sastra yang disatukan pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, banyak guru yang enggan "menyentuh" dan justru menghindari pelajaran tersebut. Mereka berpikir yang berkompeten memberikan pelajaran sastra hanya sastrawan bukan guru Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, banyak guru "terpaksa" mengajar sastra karena tuntutan kurikulum bukan atas dasar bagaimana meningkatkan pemahaman dan apresiasi siswa terhadap sebuah karya sastra. "Sebab itu, saat mengajar, mereka hanya mengajarkan memperkenalkan, seperti Sutan Takdir Alisyahbana (STA) sebagai angkatan Pujangga Baru, tanpa mencoba bagaimana mengapresiasi karya STA tersebut," ujar dia.
Sebab itu, pemikiran tersebut harus diubah. Dia mencontohkan pelatih sepak bola, belum tentu mereka seorang pemain sepak bola andal. Juga guru Matematika bukan harus mereka ahli matematika.
Untuk meruntuhkan benteng tersebut, kata dia, perlu diberikan penyegaran dan pelatihan para guru Bahasa Indonesia agar mampu meningkatkan apresiasi dan membuat cara jitu dan menarik saat mengajar sehingga siswa mencintai pelajaran tersebut. Supaya pelajaran tersebut dapat menarik siswa harus dikemas dengan baik. Seperti saat mengajar guru sambil bercerita atau diajarkan bagaimana cara membuat karangan, tulisan yang baik, puisi, cara mengapresiasi karya sastra, dan sebagainya.
Untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia, pihaknya juga akan menggalakkan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) kepada para siswa. Tahun ini juga dijadikan sebagai Tahun Bahasa dan Sastra. "Tahun sebelumnya jika setiap bulan Oktober merupakan bulan bahasa, maka tahun ini dijadikan Tahun Bahasa dan Sastra. Tahun ini harus kita jadikan momentum meningkatkan kecintaan terhadap bahasa sendiri," ujar dia.
Selain itu untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap puisi, pihaknya menggelar musikalisasi puisi yang diikuti 36 peserta dari 6 SMA, yaitu SMAN 2, SMAN 4, SMAN 11, dan SMA Taman Siswa Bandar Lampung, SMAN 1 Natar, Lampung Selatan, dan SMAN 1 Seputih Agung, Lampung Tengah. n AST/S-1
Sumber: Lampung Post, Kamis, 14 Februari 2008
No comments:
Post a Comment