Bandar Lampung, Kompas - Upaya pemerintah untuk melindungi benda-benda bersejarah, khususnya naskah-naskah kuno, dinilai masih minim. Akibatnya, beberapa naskah kuno melayu Tanah Air kini dikoleksi Malaysia.
”Naskah-naskah dari Riau, Padang, Kalimantan, sebagian telah dibeli Malaysia. Uang yang mereka tawarkan sangat banyak sehingga mudah membeli naskah-naskah itu. Kadang, bisa sekarung (uang),” ungkap Titik Pudjiastuti, filolog-kodikologi dari Universitas Indonesia di sela-sela Seminar Penelusuran Sejarah Lampung di Museum Negeri Lampung, Selasa (23/3).
”Yang dicari biasanya naskah-naskah sejarah melayu dan kesusatraan. Yang soal keagamaan macam fikih biasanya tidak dilirik,” ujarnya. Naskah-naskah ini banyak tersimpan di Perpustakaan Negara Malaysia.
Ia mengungkapkan, praktik jual beli benda cagar budaya, termasuk naskah-naskah kuno, meski jelas dilarang, tetapi kenyataannya terjadi. Tidak jarang ditawarkan terbuka. ”Pernah saya ditugasi Kementerian Budaya dan Pariwisata untuk menengok naskah Serat Centhini yang mau dijual di Aceh Rp 3 miliar. Iklannya di koran,” ujarnya.
Pemerintah, melalui Perpustakaan Nasional, akhir-akhir ini berupaya keras melindungi naskah-naskah kuno ini dengan cara membelinya. Namun, dananya tidak sebanding dengan uang dari pihak asing, terutama Malaysia.
”Di kita, satu naskah biasanya hanya Rp 2 juta-Rp 3 juta. Itu pun dilihat kondisinya,” ujarnya. Ia mengatakan, langkah terbaik adalah memberikan pengertian akan pentingnya benda-benda itu bagi negara. ”Tidak bisa main kasar, diminta paksa. Tetapi, harus dengan pendekatan. Disampaikan bahwa lebih baik benda ini disimpan di museum dan mendapat penggantian secukupnya daripada dikoleksi negara luar yang berakibat kehilangan harga diri dan tidak bisa dilihat lagi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan sama, Prof Edi Sedyawati, filolog lainnya dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan, lambat laun bukan tidak mungkin aksara-aksara Nusantara yang pernah ada akan punah. ”Dari segi artefak, sudah banyak naskah kuno kita yang hilang, dimiliki asing. Di lain pihak, penggunanya semakin berkurang,” ujarnya. (JON)
Sumber: Kompas, Rabu, 24 Maret 2010
No comments:
Post a Comment