Pengembangan Sastra Daerah Tersendat
JAKARTA, KOMPAS - Yayasan Kebudayaan Rancage untuk ke-22 kalinya, tahun ini, memberikan Hadiah Sastra Rancage pada pengarang dan penggerak sastra Sunda, Jawa, Lampung, dan Bali. Hadiah karya diberikan kepada sastrawan yang menerbitkan buku tahun sebelumnya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Ajip Rosidi mengatakan, meskipun masih merupakan kegiatan rumahan, belum menjadi industri yang sesungguhnya, penerbitan buku bahasa Sunda, Jawa, dan Bali secara tetap setiap tahun masih berjalan. Selalu ada buku sastra, baik baru maupun cetak ulang yang terbit. ”Adanya cetak ulang merupakan pertanda bahwa masyarakat menyerap buku tersebut. Sayang dalam kasus bahasa Sunda, buku cetak ulang merupakan buku-buku lama terbitan sebelum perang,” katanya, Selasa (18/5) di Jakarta.
Ajip Rosidi menjelaskan, setelah melakukan penilaian terhadap 30 judul buku bahasa Sunda yang terbit tahun 2009, terpilih untuk mendapat Hadiah Sastra Rancage 2010 adalah Sanggeus Umur Tunggang Gunung (terbitan Kiblat Buku Utama. Bandung), karya H Usep Romli HM. Adapun untuk jasa diraih Karno Kartadibrata, Wakil Pemimpin Redaksi mingguan bahasa Sunda Mangle.
Untuk sastra bahasa Jawa, terbit 12 judul buku. Yang meraih Hadiah Sastra Rancage adalah Layang Panantang (terbitan Balai Bahasa Surabaya), karya Sumono Sandi Asmoro. Untuk jasa diberikan kepada Bonari Nabobenar, Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya.
Hadiah Sastra Rancage untuk karya sastra bahasa Bali—setelah 9 buku yang terbit dinilai—diraih buku Leak Pemoroan (terbitan Balai Bahasa Denpasar) karya I Wayan Sadha. Kategori jasa diraih Agung Wiyat S Ardhi, penulis kreatif yang aktif sebagai pembina bahasa, sastra, dan aksara Bali.
Untuk karya sastra bahasa Lampung hanya ada dua buku yang terbit. Setelah dinilai dan ditimbang dewan juri, buku Cerita-cerita Jak Bandar Negeri Semuong (terbitan BE Press, Bandarlampung) karya Asarpin Aslami ditetapkan sebagai peraih Hadiah Sastra Rancage.
Tak ada yang layak
Ajip Rosidi menjelaskan, Hadiah Samsudi 2010 untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda, tidak ada penerimanya. Hal itu karena dari 4 judul buku bacaan anak-anak yang terbit, tak ada yang layak mendapatkannya.
”Upacara penyerahan Hadiah Sastra Rancage 2010 akan diberikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), 29 Mei 2010,” kata Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage.
Ajip Rosidi mengatakan, pengembangan sastra daerah tersendat karena, antara lain, kurangnya dukungan pemerintah. Anggaran untuk pembelian buku sangat minim, apalagi untuk buku-buku sastra daerah.
”Padahal, buku-buku tersebut bisa ditempatkan di perpustakaan sekolah sehingga bisa digunakan oleh guru dan siswa,” ujarnya.
Rahmat Taufik Hidayat dari Penerbit Kiblat mengatakan, tidak mudah menerbitkan buku-buku berbahasa daerah karena pasarnya sangat terbatas. Selain itu, sangat sedikit toko buku, apalagi toko buku besar, yang mau menjual buku-buku berbahasa daerah. ”Kalaupun mau, persyaratannya sangat berat,” kata Taufik yang tahun 2009 menerbitkan 40 buku berbahasa Sunda. (NAL/THY)
Sumber: Kompas, Rabu, 19 Mei 2010
No comments:
Post a Comment