GUNUNG Krakatau (Krakatoa, Carcata), 127 tahun lalu, tepatnya pada 26, 27, dan 28 Agustus 1883 meletus. Banyak catatan dan karya tulis yang kemudian lahir dari peristiwa yang menewaskan tidak kurang dari 36 ribu orang ini. Namun, laporan orang asing tentang letusan Krakatau ini lebih menekankan pada aspek geologisnya.
Maka, ketika ahli filologi dan dosen/peneliti di Leiden University, Suryadi, menemukan satu-satunya sumber pribumi tertulis yang memuat kesaksian mengenai letusan Gunung Krakatau pada 1883, banyak orang yang terkejut.
Naskah ini baru ditemukan 125 tahun setelah Krakatau meletus. Penemuan naskahnya pun terpisah-pisah dalam bentuk naskah kuno yang tersimpan di enam negara, yakni Inggris, Belanda, Jerman, Rusia, Malaysia, dan Indonesia.
Suryadi mengungkapkan semua itu setelah melakukan penelitian komprehensif selama lebih kurang dua tahun. Setelah ia alihaksarakan naskah kuno tersebut, ternyata catatan saksi mata dalam bentuk syair itu mengungkapkan banyak hal secara humanis, bagai laporan seorang jurnalis. Penulis laporan itu mengaku bernama Mohammad Saleh:
Hamba mengarang fakir yang hina
Muhammad Saleh nama yang sempurna
Karena hati gundah gulana
Melainkan Allah yang mengetahuinya
Menurut Suryadi, Syair Lampung Karam selesai kira-kira tiga bulan setelah letusan Gunung Krakatau itu. Menariknya, Syair Lampung Karam ditulis dalam aksara Arab Melayu atau huruf Jawi kata orang Malaysia.
"Yang menarik bagi saya, bahasanya cenderung agak Melayu-Riau. Jadi kemungkinan dia bukan orang Lampung asli. Dan memang pada waktu itu, memang seperti digambarkan dalam syair ini, Lampung menjadi pusat bisnis. Banyak orang ke sana," kata Suryadi.
Siapakah Muhammad Saleh? Masih cukup menarik untuk diteliti untuk mengungkapkannya lebih jauh. Begitu mengetahui keberadaan naskah Syair Lampung Karam, kami berusaha menelusuri. Kami terpaku pada sebuah nama yang cukup terkenal sebagai penyebar syiar Islam di Lampung, yang juga disebut-sebut sebagai salah satu pendiri Masjid Jami Al Anwar.
Masjid yang berada di bilangan Jalan Laksamana Malahayati, Telukbetung, Bandar Lampung, ini adalah masjid tertua. Berdasarkan risalah riwayat Masjid Jami Al Anwar, diketahui rintisan masjid ini telah dimulai sejak 1839. Tetapi, pada 1883 masjid itu luluh-lantak terkena letusan Gunung Krakatau. (ZULKARNAIN ZUBAIRI/IYAR JARKASIH/U-3)
Sumber: Lampung Post, Senin 30 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment