SELAIN melalui jalur budaya, perdagangan juga ikut mewarnai masuknya Islam di Lampung. Salah satunya rombongan dari Tiongkok yang dipimpin Laksamana Cheng Ho, berniaga dari Palembang dan menyusuri Way Tulangbawang.
Hal itu diungkapkan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Lampung K.H. Arief Makhya pada diskusi di kantor redaksi Lampung Post, awal Agustus lalu. Menurut dia, salah satu cara pengenalan dan penyebaran Islam di Lampung melalui para saudagar, termasuk rombongan dari Tiongkok.
Awalnya Islam masuk ke Indonesia pada abad VII Masehi Selat Malaka. Perdagangan saat itu menghubungkan Dinasti Tang di China, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan yang sangat baik dengan saudagar dari China, India, Arab, dan Madagaskar. Hal itu bisa dipastikan dari temuan mata uang China, mulai dari periode Dinasti Tang (960�1279 M) sampai Dinasti Ming (abad 14�17 M).
Berkaitan dengan komoditas yang diperdagangkan, berita Arab dari Ibn al-Fakih (902 M), Abu Zayd (916 M), dan Mas'udi (955 M) menyebutkan beberapa di antaranya cengkih, pala, kapulaga, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah, dan penyu. Barang-barang ini dibeli oleh pedagang asing, atau dibarter dengan porselen, katun, dan sutra.
Menurut sumber-sumber China menjelang akhir perempatan ketiga abad VII, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera.
Jalur perdagangan ini kemudian disambung dengan tali perkawinan antara saudagar dan masyarakat setempat, atau bahkan keluarga kerajaan. Dari hasil perkawinan inilah yang membuat perubahan pada kerajaan-kerajaan di Sumatera.
"Salah satu penyebab banyak hilangnya situs-situs milik kerajaan di Sumatera karena dijual keluarga kerajaan kepada saudagar asing," kata Ketua PW Muhammadiyah Lampung K.H. Nurvaif Chaniago dalam diskusi itu.
Situs-situs sebelum Islam masuk berupa patung-patung sesembahan yang kemudian disingkirkan karena bertentangan dengan ajaran Islam. Berbeda dengan kerajaan di Pulau Jawa yang terus mempertahankan benda-benda budayanya, sebab memang Islam masuk sebagian besar melalui jalur budaya.
Barulah sekitar abad XIV perjalanan Laksamana Cheng Ho memasuki Way Tulangbawang dan berinteraksi dengan warga sekitar. Selain itu juga ada pintu masuk lain, yakni Labuhanmaringgai, terbukti ada beberapa daerah yang dinamai Lawangkuri di Gedungwani dari Sultan Banten. (MUSTAAN/E-1)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 13 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment